C. Stres
Istilah stres digunakan untuk menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar ia beradaptasi atau menyesuaikan diri.
Sumber stres disebut stresor. Stresor menyangkut faktor-faktor psikologis seperti ujian sekolah, masalah hubungan sosial, dan perubahan hidup seperti kematian
orang tercinta, perceraian, atau pemutusan hubungan kerja PHK. Stresor menyangkut pula masalah sehari-hari seperti kemacetan lalu lintas dan faktor
lingkungan fisik seperti kebisingan dan suhu udara yang terlalu panas atau dingin. Istilah stres perlu dibedakan dengan istilah distres. Istilah distres mengacu pada
penderitaan fisik atau mental. Dalam batas tertentu stres sehat untuk diri kita, stres membantu kita untuk tetap aktif dan waspada. Akan tetapi stres yang sangat kuat
atau berlangsung lama dapat melebihi kemampuan kita untuk mengatasi dan menyebabkan distres emosional seperti depresi atau kecemasan, atau keluhan fisik
seperti kelelahan dan sakit kepala Nevid et al., 2003. Respon yang diberikan setiap organisme terhadap adanya stimulus
stresor dinamakan General Adaptation Syndrome GAS yang terdiri dari tiga fase. Fase pertama disebut kegelisahan, yaitu ketika organisme mempersiapkan
diri untuk melawan ancaman. Selama fase ini, saraf simpatik teraktifkan dan aktifitas adrenalis meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, dan
tubuh disiapkan untuk bergerak. Jika organisme dapat bertahan dari ancaman terdahulu, maka ancaman berikutnya akan membawa organisme masuk dalam
fase dua yaitu fase bertahan. Selama fase ini organisme akan terus melawan, menggunakan segala macam mekanisme pertahanan yang tersedia termasuk
penggunaan energi tubuh yang berlebihan. Seandainya ancaman muncul terus menerus pada jangka waktu yang relatif lama, maka organisme memasuki fase
ketiga, yaitu fase keletihan. Organisme yang berada pada fase ini akan kehabisan sumber tenaga untuk melawan ancaman dan menjadi rentan terhadap luka
fisiologis serta penyakit. Beberapa penyakit yang dikarenakan oleh habisnya tenaga untuk melawan ancaman ini dinamakan penyakit adaptasi disease of
adaptation Bishop, 1994.
Stres dapat diukur dengan beberapa cara antara lain : 1.
Pengukuran self-report Merupakan metode yang paling sering digunakan karena mudah dalam
memberi penilaian. 2.
Pengukuran prestasi Didasarkan pada efek nyata stres dimana seseorang sulit untuk memberikan
hasil yang baik ketika dia berada pada situasi yang penuh tuntutan. 3.
Pengukuran fisiologi Pengukuran dilakukan pada peningkatan denyut jantung, tekanan darah, dan
respirasi, atau perubahan daya tahan kulit terhadap arus listrik Galvanic Skin Response
sebagai hasil adanya aktifasi saraf simpatik. 4.
Pengukuran biokimia Stres juga mempunyai dampak yang penting terhadap sistem endokrin, yaitu
adanya peningkatan sekresi kortikosteroid oleh korteks adrenal dan katekolamin oleh medula adrenalis. Peningkatan jumlah hormon ini dapat
dideteksi pada darah dan urin melalui serangkaian uji. Bishop, 1994
Stres juga merupakan suatu fenomena psikofisiologik Bishop, 1994. Stres mempunyai efek domino dalam sistem endokrin, yaitu sebuah sistem tubuh
yang berupa kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon, langsung ke saluran darah. Sistem endokrin yang terdiri dari kelenjar-kelenjar
mendistribusikan hormon ke seluruh tubuh Nevid et al., 2003. Beberapa kelenjar endokrin terlibat dalam respon tubuh terhadap stres.
Pertama, hipotalamus, suatu struktur kecil di otak, melepas suatu hormon yang menstimulasi kelenjar pituitari di dekatnya untuk menghasilkan hormon
adrenokortikotropik ACTH. ACTH selanjutnya menstimulasi kelenjar adrenal yang berlokasi di atas ginjal. Di bawah pengaruh ACTH, lapisan terluar kelenjar
adrenal yang disebut korteks adrenal melepas sejumlah steroid. Kortikol steroid ini disebut juga kortikosteroid merupakan hormon yang mempunyai sejumlah
fungsi yang berbeda-beda dalam tubuh. Hormon ini mendorong perlawanan terhadap stres, membantu perkembangan otot dan menyebabkan hati melepaskan
gula, yang merupakan tenaga dalam menghadapi stresor Nevid et al., 2003. Cabang simpatis dari susunan saraf otonom menstimulasi lapisan dalam
dari kelenjar adrenal, medula adrenalis, untuk melepas katekolamin, yaitu epinefrin adrenalin dan norepinefrin noradrenalin. Zat ini berfungsi sebagai
hormon setelah terlepas di dalam aliran darah. Norepinefrin juga diproduksi di sistem saraf dan berfungsi sebagai neurotransmiter. Gabungan epinefrin dan
norepinefrin menggerakkan tubuh menghadapi stresor dengan meningkatkan kerja jantung dan menstimulasi hati untuk melepaskan persediaan gula menjadi tenaga
Nevid et al., 2003. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI