48
5 0,551
0,361 Valid
5 0,859
0,361 Valid
6 0,857
0,361 Valid
6 0,696
0,361 Valid
Empati Kepuasan Pasien
1 0,688
0,361 Valid
1 0,739
0,361 Valid
2 0,771
0,361 Valid
2 0,835
0,361 Valid
3 0,851
0,361 Valid
3 0,941
0,361 Valid
4 0,799
0,361 Valid
4 0,841
0,361 Valid
5 0,662
0,361 Valid
5 0,795
0,361 Valid
6 0,584
0,361 Valid
6 0,759
0,361 Valid
7 0,484
0,361 Valid
8 0,837
0,361 Valid
9 0,743
0,361 Valid
10 0,692
0,361 Valid
3.4.3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan kehandalan dan dapat dipercaya dengan menggunakan
metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha 0,600, maka dinyatakan reliabel
Riduwan, 2008.
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas data penelitian bahwa seluruh variabel penelitian dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach Alpha setiap variabel yang
diteliti lebih besar dari 0,600 Cronbach Alpha 0,600. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2. Hasil Uji Reliabilitas Angket Variabel
Cronbachs Alpha Hitung
Cronbachs Alpha Tabel
Keputusan
Bukti Langsung 0,867
0,600 Reliabel
Kehandalan 0,716
0,600 Reliabel
Ketanggapan 0,859
0,600 Reliabel
Jaminan 0,762
0,600 Reliabel
Empati 0,824
0,600 Reliabel
Kepuasan Pasien 0,916
0,600 Reliabel
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian
Universitas Sumatera Utara
49
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel dependen yaitu mutu pelayanan kefarmasian meliputi bukti langsung
tangible, kehandalan reliability, ketanggapan responsive, jaminan assurance, dan empati empathy, sedangkan Variabel independen dalam penelitian ini yaitu
kepuasan pasien. 3.5.2. Definisi Operasional
1. Mutu pelayanan kefarmasian adalah kualitas layanan yang diberikan petugas kesehatan pada bagian kefarmasian kepada pasien meliputi bukti langsung
tangible, kehandalan reliability, cepat tanggap responsive, jaminan assurance, dan empati empathy.
2. Bukti langsung adalah kualitas layanan yang diberikan petugas kefarmasian kepada pasien meliputi fasilitasperalatan dan kenyamanan, ruang tunggu pasien
serta waktu tunggu. 3. Kehandalan adalah kualitas layanan yang diberikan petugas kefarmasian kepada
pasien meliputi cara kerja yang terampil, akurat, menghilangkan keluhan pasien, dan tepat waktu.
4. Cepat tanggap adalah kualitas layanan yang diberikan petugas kefarmasian kepada pasien meliputi kemampuan, kesigapan tenaga kesehatan untuk selalu siap
membantu dan memberikan pelayanan yang cepat, tepat. 5. Jaminan adalah kualitas layanan yang diberikan petugas kefarmasian kepada
pasien meliputi kemampuan dan pengetahuan petugas kesehatan dalam menumbuhkan kepercayaan kepada pasien.
6. Empati adalah kua litas layanan yang diberikan petugas kefarmasian kepada pasien meliputi perhatian petugas kesehatan, keramahan, dan hubungan
komunikasi yang baik.
Universitas Sumatera Utara
50
7. Kepuasan pasien adalah rasa puas, rasa senang dan kelegaan pasien atas mutu layanan yang diterima dari tenaga kesehatan bagian kefarmasian.
3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Mutu Pelayanan Kefarmasian
a. Bukti langsung tangible Pengukuran variabel bukti langsung berdasarkan pada skala ordinal dari 6
pertanyaan dengan alternatif jawaban 5 sangat baik, 4 baik, 3 sedang, 2 buruk, dan 1 buruk sekali, sehingga skor terendah adalah 6 6x1, skor
tertinggi adalah 30 6x5, kemudian bukti langsung tangible dikategorikan menjadi:
1 Baik, jika responden memperoleh skor 50 19-30 0 Kurang baik, jika responden memperoleh skor
≤50 6-18 b. Kehandalan reliability
Pengukuran variabel kehandalan berdasarkan pada skala ordinal dari 6 pertanyaan dengan alternatif jawaban 5 sangat baik, 4 baik, 3 sedang, 2
buruk, dan 1 buruk sekali, sehingga skor terendah adalah 6 6x1, skor tertinggi adalah 30 6x5, kemudian kehandalan reliability dikategorikan
menjadi: 1 Baik, jika responden memperoleh skor 50 19-30
0 Kurang baik, jika responden memperoleh skor ≤50 6 -18
Universitas Sumatera Utara
51
c. Ketanggapan responsiveness Pengukuran variabel ketanggapan berdasarkan pada skala ordinal dari 6
pertanyaan dengan alternatif jawaban 5 sangat baik, 4 baik, 3 sedang, 2 buruk, dan 1 buruk sekali, sehingga skor terendah adalah 6 6x1, skor
tertinggi adalah 30 6x5, kemudian dikategorikan menjadi: 1 Baik, jika responden memperoleh skor 50 19-30
0 Kurang baik, jika responden memperoleh skor ≤50 6-18
d. Jaminan assurance Pengukuran variabel jaminan berdasarkan pada skala ordinal dari 6 pertanyaan
dengan alternatif jawaban 5 sangat baik, 4 baik, 3 sedang, 2 buruk, dan 1 buruk sekali, sehingga skor terendah adalah 6 6x1, skor tertinggi adalah 30
6x5, kemudian dikategorikan menjadi: 1 Baik, jika responden memperoleh skor 50 19-30
0 Kurang baik, jika responden memperoleh skor ≤50 6 -18
e. Empati empathy Pengukuran variabel empati berdasarkan pada skala ordinal dari 6 pertanyaan
dengan alternatif jawaban 5 sangat baik, 4 baik, 3 sedang, 2 buruk, dan 1 buruk sekali, sehingga skor terendah adalah 6 6x1, skor tertinggi adalah 30
6x5, kemudian dikategorikan menjadi: 1 Baik, jika responden memperoleh skor 50 19-30
0 Kurang baik, jika responden memperoleh skor ≤50 6-18
Universitas Sumatera Utara
52
3.6.2. Kepuasan Pasien
Pengukuran variabel kepuasan pasien pada pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara didasarkan pada skala ordinal dari 10
pertanyaan dengan alternatif jawaban 5 sangat puas, 4 puas, 3 cukup puas, 2 kurang puas, dan 1 tidak puas, sehingga skor terendah adalah 10 6x1, skor
tertinggi adalah 50 10x5, kemudian dikategorikan menjadi: 1
Puas, jika responden memperoleh skor 50 31-50 Tidak puas, jika responden memperoleh skor
≤50 10 -30 Untuk lebih jelasnya metode pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.3. Metode Pengukuran Variabel Penelitian Variabel
Jlh Soal
Kategori Skor
Skala Ukur
Independen
a. Bukti langsung 6
1 Baik 0 Kurang baik
Skor 50 19-30 Skor
≤50 6-18 Ordinal
b. Kehandalan 6
1 Baik 0 Kurang baik
Skor 50 19-30 Skor
≤50 6-18 Ordinal
c. Ketanggapan 6
1 Baik 0 Kurang baik
Skor 50 19-30 Skor
≤50 6-18 Ordinal
d. Jaminan 6
1 Baik 0 Kurang baik
Skor 50 19-30 Skor
≤50 6-18 Ordinal
e. Empati 6
1 Baik 0 Kurang baik
Skor 50 19-30 Skor
≤50 6-18 Ordinal
Dependen
Kepuasan pasien 10
1 Puas 0 Tidak puas
Skor 50 31-50 Skor
≤50 10-30 Ordinal
3.7 . Metode Analisis Data
Universitas Sumatera Utara
53
Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan program statistik Statistic Data analysis dengan tahapan sebagai berikut :
1. Analisis Univariat Analisis dan penyajian data penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif yang
dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui karakteristik dan distribusi data.
2. Analisis Bivariat Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square
χ
2
dengan tingkat kemaknaan p0,05 digunakan untuk mengetahui kekuatan pengaruh antara dua variabel
bebas dengan variabel terikat. Uji Chi-Square digunakan untuk memilih variabel sebagai kandidat yang mempunyai nilai signifikan
≤0,25 masuk sebagai model dalam regresi logistik berganda multiple regresi logistic.
3. Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Uji
regresi logistik ganda digunakan untuk melihat pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap kepuasan pasien. Dalam uji regresi logistik ganda
ini digunakan metode seleksi forward stepwise conditional. Model persamaan regresi logistik ganda yang dapat digunakan untuk peramalan probabilitas
individu yang merasa kepuasan yaitu :
γ
i
= ln
− p
p 1
= β
+ β
1
x
1
+ ...... β
i
x
i
Dimana : p = probabilitas pasien yang merasa puas.
p =
........
1 1
1 1
i i
x x
e
β β
β
+ +
−
+
β
i
= 0, 1, 2, ......, n adalah parameter model regresi logistik. x
i
= 1, 2, 3, ......, n adalah variabel bebas yang diperhatikan
Universitas Sumatera Utara
54
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Rumah Sakit Cut Meutia
Rumah Sakit Umum Lhokseumawe telah ada sejak awal proklamasi kemerdekaan R.I yaitu merupakan normalisasi dari eks Rumah Sakit perkebunan
milik Belanda pada jaman penjajahan dan dialihkan menjadi rumah sakit milik pemerintah RI. Keadaan bangunan prasarana fisik Rumah Sakit Umum
Lhokseumawe sebelum repelita masih sangat sederhana, yaitu berupa gedung-gedung peninggalan Belanda. Bangunan tambahan yang dibangun Tahun 1961 dan 1963
dengan kapasitas berjumlah 40 empat puluh tempat tidur. Semenjak Repelita I sampai dengan Repelita IV dengan dana APBD dan
bantuan pihak ketiga, fasilitas prasarana fisik telah dikembangkan dengan membangun gedung tambahan serta mengganti gedung-gedung yang telah sangat tua
serta tidak sesuai lagi dengan kebutuhan. Setelah ditingkatkan klasifikasinya dengan Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
Nomor : 303MenkesSKIV1978 tanggal 30 April 1987 tentang peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Aceh Utara Daerah Kelas D menjadi Rumah Sakit Umum
Pemerintah Kelas C, yang mengharuskan adanya peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dari yang bersifat umum menjadi pelayanan kesehatan dengan
paling sedikit 4 empat cabang Spesialisasi. Keputusan tersebut mengacu kepada
Universitas Sumatera Utara