4.2 Instalasi OS mikrotik pada PC router
Langkah selanjutnya penulis akan melakukan pengistalan MikrotikOS pada sebuah PC yang telah dipersiapkan dengan spesifikasi PC seperti pada bab
sebelumnya. Sebelum proses penginsatalan, Pertama-tama penulis menyiapakan OS mikrotik yang akan diinstall, OS mikrotik dapat diunduh dari situs resmi mirotik
yaitu www.mikrotik.com. Setelah itu OSmikrotik dibakar burn kesebuah CD Compaq Disk. Adapun langkah-langkah penginsatalan mikrotik seperti berikut :
a. Setting BIOS untuk booting pertama mengunakan CD room
b. Setelah proses booting akan muncul menu pilihan fitur mikrotik yang
akan dipasanag atau diinstall, Penulis memilih sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan yaitu :
System
PPP
DHCP
Software ID-Crack
Advanced Tote
Routing
Routing Test
Security
User Manager
Synchronous
Gambar 4.2 Paket software Mikrotik
c. Ketik i setelah selesai memilih option softwae, lalu akan muncul pesan konfirmasi sebagai berikut :
Gambar 4.3 Konfirmasi Installasi
d. Setelah itu ketik y kemudian akan muncul proses insatalasi MikrotikOS sebagai berikut :
Gambar 4.4 Proses Installasi Mikrotik
e. Sistem akan meminta reboot komputer setelah proses installasi selesai, kemuadian Mikrotik akan melakukan konfigurasi sistem secara otomatis.
f. Selanjutnya akan muncul user login. User dan password default Mikrotik adalah User: Admin Password: kosong. Setelah login akan muncul tamplan
welcome screen Mikrotik.
Gambar 4.5 Welcome screen Mikrotik
4.3 Konfigurasi Load balancing
4.3.1 Konfigurasi Dasar
Dalam tahap konfigurasi dasar, hal pertama yang dilakukan adalah melakukan konfigurasi hardware yaitu memasangkan semua modem ke port
USB yang tersedia. Untuk memastikan bahwa modem yang digunakan telah tersupport oleh MikrotikOS dapat dilihat menggunakan perintah system-
resource-usb melalui winbox atau terminal, keterangan lebih lengkap dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.6 Pengecekan USB modem
Jika semua modem telah terbaca oleh mikrotik maka modem tersebut telah support oleh Mikrotik. Dan Mikrotik akan membuatkan interface baru
untuk kedua modem tersebut degan nama ppp-out1 dan ppp-out2. Untuk memudahkan penulis dalam mengembangkan sistem perlu dilakukanya
inisialisasi interface dengan cara memberikan nama pada masing-masing interface
. Langkahnya sebagai berikut :
Interface Ethernet
set 0 comment= disable=no name=lokal set 1 comment= disable=no name=modem1
set 2 comment= disable=no name=modem2
Perintah set merupakan perintah untuk memilih interface yang akan dikonfigurasikan dengan menggunakan nomer 0 sampai 2 untuk membedakan
modem 1 modem 2
interface yang satu dengan interface yang lain. Inteface pertama yaitu lokal
merupakan interface yang menuju ke lokal jaringan sedangkan modem1 dan modem2 merupakn interface yang menuju ke jaringan public.
Setelah semua interface diberi nama sesaui dengan fungsinya, maka langkah selanjutnya adalah memberikan IP address. PC router yang
digunakan memiliki tiga interface yaitu interface modem1, modem2 yang merupakan interface yang digunakan untuk WAN melewati modem USB dan
interface lokal digunakan untuk LAN atau interface yang mengghubungakan
antara router dengan client. Pada interface lokal, pemberian IP address dilakukan dengan perintah sebagai berikut :
ip address Add address=192.168.2.224 network=192.168.2.0
brodcast address=192.168.2.255 Interface=lokal
Baris pertama perintah untuk masuk ke menu IP address selanjutnya merupakan perintah untuk memberikan IP address pada interface lokal
dengan IP 192.168.2.2 dan subneting 24. Keterangan selanjutnya seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.7 IP address pada masing-masing interface
Untuk Interface modem1 dan modem2 tidak dilakukan pemberian IP address
secara manual, karena setelah modem melakukan dial, maka modem tersebut otomatis akan mendapatkan IP address, Ip address tersebut bersifat
dinamis, yang artinya jika modem tersebut di putus dan melakukan dial lagi maka IP address pada modem tersebut akan berubah. Berikut adalah
konfigurasi pada Interface modem1 dan modem2 agar modem dapat melakukan dial ke internet :
a. Pada interface modem1
interface ppp-client add add-default-route=yes
allow=pap,chap,mschap1,mschap2 data-channel=2 dial-command=ATDT dial-on-demand=no disabled=no info-
channel=1 keepalive-timeout=30 max-mru=1500 max-mtu=1500 modem-
init= mrru=disabled name=modem1 null-modem=no
password=no phone=99
pin= port=usb2 APN=3data
profile=default use-peer-dns=no user=
b. Pada interface modem2
interface ppp-client add add-default-route=yes
allow=pap,chap,mschap1,mschap2 data-channel=0 dial-command=ATDT dial-on-demand=no disabled=no info-
channel=0 keepalive-timeout=30 max-mru=1500 max-mtu=1500 modem-
init= mrru=disabled
name=modem2 null-modem=no password=no phone=99
pin= port=usb3 APN=indosat3g
profile=default use-peer-dns=no user=
Keterangan lainya seperti pada gambar berikut : Modem ZTE menggunakan provider Tri
Gambar 4.8 Konfigurasi Interface modem1
Modem HUAWEI mengguanakan provider Tri
Gambar 4.9 Konfigurasi interface modem2
Yang terakhir dalam konfigurasi dasar yaitu pemberian IP DNS server
. Seperti penjelasan sebelumnya, DNS server berguna untuk memetakan host name
sebuah komputer ke IP address. Pada tahap ini alamat DNS yang digunakan merupakan DNS public yang dimiliki oleh google. Konfigurasinya
seperti berikut :
ip dns set servers=8.8.8.8 allow-remote-requests=yes
Sampai disini konfigurasi dasar yang dilakukan telah selesai, tahap selanjutnya adalah melakukan konfigurasi load balancing.
4.3.2 Konfigurasi NAT Network Address Translation
Agar komputer client dapat terhubung dengan internet, maka perlu dilakukan translasi dari IP privat yang dimiliki client ke IP publik.
Konfigurasi NAT dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
ip firewall nat add chain=srcnat out-interface=modem1
action=masquerade add chain=srcnat out-interface=modem2
action=masquerade
Baris pertama merupakan perintah untuk masuk ke menu konfigurasi NAT,
selanjutnya perintah
tersebut mengintruksikan
router agar
menggantikan sumber alamat IP dari sebuah paket ke alamat IP publik yang dimiliki interface modem1 dan interface modem2 dengan metode
masquerade .
4.3.3 Konfigurasi Mangle
Mangle digunakan untuk melakukan penandaan suatu paket yang keluar atau masuk dari suatu interface sebelum paket itu diproses sesuai
dengan rule routing yang dibuat. Penulis menggunakan beberapa perintah Mangle yaitu :
1. Chain Prerouting
adalah proses
dimana router
dapat memanipulasi paket sebelum paket di route-kan.
2. Chain Input adalah proses pemeriksaan paket yang akan memasuki dan diproses oleh router melalui salah satu interface.
3. Chain output adalah proses pemeriksaaan paket yang telah diproses oleh router yang akan menuju ke keluar sebelum proses
routing. Berikut ini tahap-tahap untuk melakukan konfigurasi pada mangle mikrotik :
1. Dimulai dengan melakukan penandaan koneksi yang berasal dari luar jaringan atau interface public yang menuju ke alamat lokal.
Penandaan dilakukan dengan mengatur koneksi yang berasl dari modem1 akan diberi tanda modem1-conn dan koneksi yang
berasal dari modem2 akan diberi tanda modem2-conn. Konfigurasinya sebagai berikut :
add chain=input action=mark-connection new- connection mark=modem1-conn passthrough=yes
in-interface=modem1 add chain=input action=mark-connection new-
connection-mark=modem2-conn passthrough=yes in-interface=modem2
2. Tahap selanjutnya melakukan penandaan routing mark sebagai jalur paket connection yang sudah ditandai yang akan keluar dari
router . Untuk tiap-tiap koneksi yang ditandai dengan modem-
conn1 akan diberikan mark-routing jalur1 yang akan dilewatkan pada interface modem1 dan tiap-tiap koneksi yang
ditandai dengan modem2-conn akan diberikan mark-routing jalur2 yang akan dilewatkan pada interface modem2.
konfigurasinya sebagai berikut :
chain=output action=mark-routing new- routing mark=jalur-1 passthrough=yes
connection-mark=modem1-conn chain=output action=mark-routing new-
routing-mark=jalur-2 passthrough=yes connection-mark=modem2-conn
3. Setelah dilakukan penandaan koneksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembagian jalur koneksi menjadi dua jalur
dengan dibantu algoritma PCC. Algoritma PCC akan menjumlahkan both address dan port
pada masing-masing koneksi, kemuadian dibagi oleh suatu bilangan, pada penelitian ini menggunakan 2 dua, sesuai dengan
jumlah ISP yang digunakan. Kemuadian sisa hasil baginya akan digunakan sebagi penanda, jika sisa hasil bagi 0 nol maka
koneksi tersebut akan ditandaai sebagai modem1-conn kemudian
dilewatkan ke
routing-mark jalur1
yaitu
menggunakan gateway modem1, dan jika sisa hasil bagi 1 satu maka koneksi tersebut akan ditandai sebagai modem2-conn
kemudian dilewatkan
ke routing-mark
jalur2 yaitu
menggunakan gateway modem2.
konfigurasinya sebagai berikut :
chain=prerouting action=mark-connection new-connection-mark=modem1-conn
passthrough=yes dst-address-type=local in- interface=lokal per-connection-
classifier=both-addresses-and-ports:20 chain=prerouting action=mark-connection
new-connection-mark=modem2-conn passthrough=yes dst-address-type=local in-
interface=lokal per-connection- classifier=both-addresses-and-ports:21
chain=prerouting action=mark-routing new- routing-mark=jalur-1
passthrough=yes in-interface=lokal connection-mark=modem1-conn
chain=prerouting action=mark-routing new- routing-mark=jalur-2
passthrough=yes in-interface=lokal connection-mark=modem2-conn
4.3.4 Konfigurasi Routing
Setelah penandaan paket selesai pada tahap konfigurasi magle, langkah selanjutnya adalah melakukan konfigurasi routing tabel agar paket
bisa teruskan ke gateway ISP yang sesuai dengan marking-route yang dibuat pada konfigurasi mangle, dengan aturan mark-route jalur1 akan
menggunakan gateway IP yang dimiliki modem1 dan mark-route jalur2 akan menggunakan gateway IP yang dimiliki modem2. Konfigurasi yang
dibuat sebagi berikut :
ip route add dst-address=0.0.0.00 gateway=modem1 routing-
mark=jalur1 check-gateway=ping distance=1 add dst-address=0.0.0.00 gateway=modem2 routing-
mark=jalur2 check-gateway=ping distance=1
4.3.5 Konfigurasi Failover
Ketika terjadi pemutsan koneksi pada salah satu jalur, maka pada jalur yang putus tidak dapat melayani request yang ada, dan ketika melakukan
browsing pada situs tertentu situs tersebut tidak termuat secara sempurna atau
bahkan tidak bisa mengakses situs tersebut. Maka dari itu perlu dibuatkan routing backup untuk mencegah hal itu
terjadi. Failover berguna agar ketika salah satu koneksi putus, koneksi yang
masih aktif akan mengambil alih semua request yang ada. Konfigurasi yang dibuat sebagi berikut :
ip route add dst-address=0.0.0.00 gateway=modem1 routing-
mark=jalur2 check-gateway=ping distance=2 add dst-address=0.0.0.00 gateway=modem2 routing-
mark=jalur1 check-gateway=ping distance=2
Pada konfigurasi diatas merupakan sebuah aturan routing yang digunakan sebagai routing backup dari default route yang telah dibuat
sebelumnya. Cara kerja failover ini adalah Setiap router akan mentransmisikan data
ke alamat tujuan, router akan memeriksa gateway apakah aktif atau tidak dengan cara melakukan ping ke IP gateway tersebut. Kemudian jika tenyata
gateway tidak memberi jawaban, router akan memilih jalur lain yaitu rule
routing yang memiliki parameter Distance yang lebih besar dari rule routing
sebelumnya. Parameter distance ini menunjukkan prioritas pada saat pemilihan jalur routing, semakin kecil nilai distance maka semakin besar
prioritas yang diberikan.
4.4 Uji coba
Pada tahap uji coba penulis akan mengukur sejauh mana sistem yang telah dibangun dapat berjalan secara optimal, dengan cara melihat unjuk kerja sistem load
balancing serta melihat kualitas jaringan yang digunakan pada load balancing.
Uji coba yang dilakukan mengacu pada perancangan sistem uji yang telah dibuat pada bab 3 yaitu meliputi 4 empat tahap yaitu pengujian browsing,
download , failover dan QOS Quality of Service.
4.4.1 Pengujian Browsing
Pada tahap pengujian browsing ini penulis akan melakukan browsing menggunakan PC client dengan situs yang dituju mengacu pada Bab III.
Kegiatan ini sebagi sample aktifitas browsing dari client. Karena sifat PCC yang akan mengingat jalur yang telah dilewati diawal trafik koneksi, maka
penulis akan membersihkan chace route pada router sebelum melakukan browsing
agar router melakukan proses load balancing dari awal. Langkah selanjutnya adalah menganalisis koneksi yang terjadi dan
besar paket yang dilewatkan pada masing-masing interface sehingga dapat diketahui sistem load balancing telah bekerja dengan baik atau belum.
Berikut ini salah satu hasil monitoring koneksi yang terjadi ketika PC1 client melakukan browsing pada situs www.usd.ac.id :
Gambar 4.10 Koneksi yang terjadi ketika PC1 melakukan browsing
Hasil capture yang lebih lengkap dapat dilihat pada halaman Lampiran. Dari monitoring yang telah dilkauakan penulis memasukkan data
koneksi ke dalam tabel kemudian melakukan perhitungan berapa koneksi yang ditandai sebagai modem1-conn dan modem2-conn, Tabel dapat
dilihat pada halaman lampiran : Dari tabel yang berada pada Lampiran, koneksi yang ditandai dengan
modem1-conn dan modem2-conn hampir berimbang yaitu 52 dan 55 kali, hal ini berarti PCC telah menandai koneksi yang terjadi secara seimbang,
yang selanjutnya akan diserahkan pada proses routing yaitu koneksi yang ditandai sebagai modem1-conn akan dilewatkan ke routing-mark jalur1
yaitu menggunakan gateway modem2 dan koneksi yang ditandai sebagai modem2-conn akan dilewatkan ke routing-mark jalur2 yaitu menggunakan
gateway modem2. Selanjutnya penulis akan melakukan analisis besar paket
yang dilewatkan pada masing-masing interface.
Gambar 4.11 Besar paket yang dilewatkan pada masing-masing gateway
Dari gambar ... besar paket antara modem1 dan modem2 ternyata tidak seimbang, hal ini dikarenakan PCC hanya membagi beban berdasarkan
koneksi yang terjadi, bukan dari besar paket. Sehingga tiap koneksi akan melakukan pengiriman paket yang memiliki besar yang berbeda-beda
sehingga menyebabkan ketidak seimbangan besar paket yang dilewatkan pada masing-masing interface.
4.4.2 Pengujian Downlaod
Pengujian downlaod dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sistem akan membagi beban koneksi kepada kedua gateway pada saat melakukan
downlaod suatu file, file yang di downlaod merupakan file dengan format
.mp4 yang berukuran 52 MB yang diambil dari situs www.youtube.com.
Parameter yang digunakan pada pengujian ini adalah jumlah penyebaran koneksi dan besar trafik downlaod dari masing-masing interface
yang ditandai pada kotak merah, yang dapat dilihat dari menu interface.
Gambar 4.12 Koneksi yang terjadi pada saat melakukan download
Dari monitoring yang telah dilkauakan penulis memasukkan data koneksi ke dalam tabel kemudian melakukan perhitungan berapa koneksi
yang ditandai sebagai modem1-conn dan modem2-conn, Tabel dapat dilihat pada halaman lampiran.
Dari tabel yang berada pada Lampiran, koneksi yang ditandai dengan modem1-conn dan modem2-conn hampir berimbang yaitu 9 dan 11 kali,
Hal ini berarti PCC telah membagi koneksi yang terjadi cukup seimbang.
Selanjutnya dilakukan analisis kecepatan dan besar paket yang dilewatkan pada masing-masing interface.
Gambar 4.13 Pengujian download
Tabel 4.1 Data pembagian kecepatan trafik pada setiap modem
Kecepatan Download tiap modem Kecepatan Downlaod
Modem1 Modem2
4.7 Mbps 4.5 Mbps
1.15 MBps
Pada gambar proses downlaod diatas ketika PCclient melakukan downlaod
suatu file menggunakan tools IDM, gateway yang digunakan adalah modem1 dan modem2 karena tools IDM akan memecah file menjadi beberapa
bagian kemudian akan didownlad secara bersama-sama. Dari gambar diatas masing-masing gateway memiliki kecepatan 4.7Mbps dan 4.5Mbps dan
selisih antara modem1 dan modem2 tidak terlalu jauh. Sehingga kecepatan downlaod
pada tool IDM adalah kurang lebih 1.15 MBps. Dari sini dapat disimpulkan bahwa load balancing telah berhasil
membagi beban koneksi secara cukup seimbang kepada masing-masing gateway
.
4.4.3 Monitoring hasil pengujian load balancing
Setelah melakukan pengujian browsing dan downlaod, penulis melakukan monitoring terhadap kecepatan internet setelah dilakukan load
balancing dan besar trafik yang dilewatkan pada masing-masing interface
yang dapat terlihat dari banyaknya paket dan besar paket dari masing-masing interface
, yang penulis tandai dengan kotak merah. Kecepatan internet setelah dilakukan load balancing yang diukur
dengan menggunakan tool berbasis web yaitu speedtest.net dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.14 Hasil speedtest setelah load balancing
Dan besar paket yang dilewatkan pada masing-masing interface dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.15 Besar jumlah dan besar paket yang dilewatkan pada tiap
modem
Tabel 4.2 Data Besar jumlah dan besar paket yang dilewatkan pada tiap interface
Tx byte MiB Rx byte MiB
Tx Packets Rx Packets
Modem1 Modem2 Modem1 Modem2 Modem1 Modem2 Modem1 Modem2
1.5 1.9
36.9 35.4
20991 30595
35440 41395
Dari gambar diatas terlihat bahwa selisih besar paket dan jumlah paket yang dilewatkan pada masing-masing interface terjadi perbedaan dari sisi
upload maupun downlaod. Hal ini disebabkan PCC hanya membagi beban
trafik berdasarkan koneksi, dan tiap koneksi tersebut melewatkan besar dan jumlah paket yang berbeda. sehingga walaupun koneksi telah dibagi sama
rata, belum tentu jumlah paket yang dilewatkan pada masing-masing interface juga sama. Tetapi perbedaan jumlah dan besar paket yang dilewatkan masih
dapat ditoleransi karena selisihnya cukup sedikit. Dari analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa laod balancing sudah
berjalan dengan cukup baik.
4.4.4 Pengujian Failover
Pengujian failover berguna untuk mengetahui perilaku sistem jika terjadi pemutusan koneksi pada dalah satu jalur koneksi, Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, pengujian ini terdiri dari tiga bagian yaitu pengujian pada protokol ICMP, TCP dan UDP. Pada pengujian protokol ICMP,
dilakukan dengan cara salah satu client melakukan PING ke suatu situs yang
telah ditentukan yaitu www.usd.ac.id. kemudian memutus salah satu jalur dengan cara mendisable interface yang digunakan sebagai gateway pada saat
melakukan PING. Berikut adalah gambar perilaku sistem ketika terjadi pemutusan salah
satu koneksi :
Gambar 4.16
Ping ke www.usd.ac.id
Gambar 4.17 Modem2 sebagai gateway ping
Dari gambar diatas terlihat bahwa gateway yang dipakai untuk melakukan ping adalah modem2, hal ini dilihat dari adanya lalu lintas data
pada interface modem2 dengan kecepatan 480bps dari sisi upload dan download
. sedangkan interface modem1 tidak terjadi lalulintas data. Pada saat pengujian, PC client tidak melakukan aktifitas lain selain melakukan
ping. Setelah mengetahui gateway yang digunakan dalam melakukan ping,
selanjutnya penulis akan melakukan pemutusan koneksi dengan cara men- disable interfae Modem2.
Gambar 4.18 Pemutusan jalur koneksi pada interface modem2
Gambar 4.19 Ping setelah pemutusan jalur koneksi pada modem2
Dari gambar diatas terlihat bahwa setelah pemutusan jalur koneksi pada modem2 gateway yang dipakai dalam melakuakan ping berganti
menjadi modem1 ditunjukan dengan tanda panah.
Berikutnya penulis akan mencoba melakukan percobaan perpindahan otomatis dari modem1 ke modem2.
Gambar 4.20 Pemutusan jalur koneksi pada modem1
Setelah melakukan ping, penulis akan memutus jalur koneksi pada modem1, Gambar diatas terlihat bahwa interface yang digunakan dalam
melakukan ping adalah modem1.
Gambar 4.21 Pemutusan jalur koneksi pada modem2
Gambar 4.22 Ping setelah pemutusan jalur koneksi pada modem1
Dari gambar diatas terlihat bahwa setelah pemutusan jalur koneksi pada modem1 gateway yang dipakai dalam melakuakan ping berganti
menjadi modem2 ditunjukan dengan tanda panah. Selanjutnya adalah pengujian dengan protokol TCP yaitu dengan PC
client melakukan downlaod salah satu video pada situs www.youtube.com
kemudian dilakukan pemutusan salah satu koneksi. Berikut adalah gambar perilaku sistem ketika terjadi pemutusan salah
satu koneksi :
Gambar 4.23 Proses downlaod sebelum pemutusan koneksi
Pada gambar diatas gateway yang digunakan pada proses downlaod adalah modem2, pada proses downlaod penulis hanya mengaktifkan salah
satu interface saja hal ini dimaksudkan agar mempermudah dalam melakukan analisa, karena jika semua interface di aktifkan maka pada proses download
akan menggunakan semua interface. Setelah itu akan dilakukan pemutusan koneksi pada interface modem2.
Gambar 4.24 Proses downlaod setelah pemutusan interface modem2
Setelah melakuakan pemutusan koneksi, ternyata gateway yang digunakan tidak bisa berpindah secara otomatis. Untuk melakukan
perpindahan gateway, proses downlaod harus di pause terlebih dahulu selanjutnya di start kembali. Dari gambar diatas terlihat bahwa gateway yang
digunakan setelah pemutusan koneksi modem2 telah berpindah menjadi modem1. Hal ini berarti bahwa peroses failover untuk perpindahan
modem2 ke modem1 kurang berjalan dengan baik karena harus melakukan pause terlebih dahulu pada proses downlaod.
Selanjutnya akan kembali dilakukan pemutusan koneksi pada interface modem1 :
Gambar 4.25 Proses downlaod setelah pemutusan interface modem1
Setelah melakuakan pemutusan koneksi, ternyata gateway yang digunakan juga tidak bisa berpindah secara otomatis. Untuk melakukan
perpindahan gateway, proses downlaod harus di pause terlebih dahulu. Pada gambar diatas terlihat bahwa setelah pemutusan koneksi interface modem1
gateway telah berpindah ke interface modem2. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa sistem failover pada protokol TCP kurang berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena protokol TCP akan menjalin koneksi, sebelum
pengiriman data. Pengirim akan menginisiasi untuk menjalin koneksi terlebih dahulu dengan penerima yang disebut dengan three-way handshake.
Maka dari itu ketika pada saat proses transmisi data, gateway yang digunakan berganti, maka akan terjadi kegagalan koneksi dan harus
melakukan proses three-way handshake kembali untuk meneruskan proses transmisi data.
Selanjutnya akan melakukan penujian pada protokol UDP yang mengacu pada skenario pada Bab3 yaitu dengan cara melakukan panggilan
video menggunakan situs www.facebook.com.
Berikut adalah gambar perilaku sistem ketika terjadi pemutusan salah satu koneksi :
Pertama penulis melakukan panggilan video menggunakan fasilitas dari www.facebook.com. Setelah panggilangan video berjalan kemudian
penulis akan melakukan pemutusan pada interface modem2.
Gambar 4.26 Interface sebelum pemutusan koneksi
Gambar 4.27 Video call sebelum pemutusan koneksi
Pada gambar diatas terlihat bahwa gateway yang digunakan pada saat pertama kali video call dilakukan adalah interface modem2. Langkah
selanjutnya adalah melakukan pemutusan koneksi pada interface modem2 :
Gambar 4.28 Gateway berpindah menjadi interface modem1
Gambar 4.29 Proses video call sesudah pemutusan koneksi modem2
Setelah pemutusan dilakukan ternyata proses video call tetap berjalan dan tidak terputus. Dari sini dapat disimpulkan bahwa perpindahan gateway
dari interface modem2 ke interface modem1 secara otomatis telah berjalan dengan baik.
Selanjutnya akan dilakukan pemutusan pada interface modem1 :
Gambar 4.30 Gateway berpindah menjadi interface modem2
Gambar 4.31 Proses video call sesudah pemutusan koneksi modem1
Setelah pemutusan interface modem2, ternyata proses video call tetap berjalan Dari sini dapat disimpulkan bahwa perpindahan gateway dari
interface modem1 ke interface modem2 secara otomatis telah berjalan
dengan baik. Dari pengujian protokol UDP diatas dapat berpindah secara otomatis
karena protokol UDP pada saat mengirimkan data tidak melakukan proses three-way handshake
, sehingga pada saat melakukan transmisi data walaupun gateway
yang digunakan berpindah atau berganti UDP akan tetap berjalan. Untuk mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk perpindahaan
gateway penulis melakukan capture paket menggunakan tools wireshark
dengan cara mengurangi waktu dimana paket ping diterima reply dengan waktu dimana paket dikirim request yang diberi tanda kotak merah. Waktu
yang dibutuhkan untuk perpindahan gateway dapat dilihat dari tabel berikut :
Gambar 4.32 Hasil capture wireshark paket ICMP
Gambar 4.33 Hasil capture wireshark paket UDP
Tabel 4.3 Waktu yang dibutuhkan untuk perpindahan gateway
Gateway Waktu
Protokol Modem2 -- modem1
5.8 s ICMP
Modem1 -- modem2 10.6 s
Modem2 -- modem1 -
TCP Modem1 -- modem2
- Modem2 -- modem1
0,2 s UDP
Modem1 -- modem2 1,6 s
Tabel 4.4 Perilaku sistem saat pemutusan salah satu jalur koneksi
PC1 Kondisi ISP
Status Jalur yang digunakan ISP1
ISP2 ISP1
ISP2 PING
www.usd.ac.id UP
UP Reply
UP
Down Reply
Down UP
Reply
Download www.youtube.com
UP UP
-
UP Down
-
Down UP -
Video Call www.facebook.com
UP UP
Reply
UP Down
Reply
Down UP Reply
Berdasarkan hasil dari pengujian failover diatas yang dapat dilihat pada Tabel 4.4, dapat dianalisa bahwa sistem failover sudah berjalan dengan
baik Pada protokol ICMP dan UDP karena pada saat pemutusan koneksi pada salah satu jalur yang digunakan sistem akan otomatis berpindah pada jalur
yang masih aktif. Tetapi pada protokol TCP sistem tidak bisa berpindah secara otomatis ke jalur yang masih aktif.
Dari sisi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perpindahan gateway
, perpindahan gateway dari modem2 ke modem1 lebih cepat daripada perpindahan dari modem1 ke modem2 hal ini disebabkan dari
kecepatan masing-masing provider dalam melakukan pengiriman data atau respon time
dari masing-masing provider yang berbeda.
4.4.5 Pengujain QOS Quality of Service
Tahap ini penulis akan melakukan pengujian kualitas layanan internet pada jaringan yang digunakan. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 2
parameter QOS yang digunakan adalah delay, paketloss, throughput dan jitter. Pengujian ini mengacu pada perancangan sistem uji QOS Quality of
Service yang sudah dibuat pada Bab 3. Berikut adalah hasil pengujian yang telah dilakuakan :
a. Pengujian Delay
Berikut adalah
besar Delay
berdasarkan pengujian
menggunakan tools axence NetTools.
Gambar 4.34 Hasil Pengujian Delay dengan Axence NetTools
Tabel 4.5 Data pengujian Delay
Keteranagan : Jam
WIB Delay ms
Rata-rata ms
Status Gateway Keterangan
PC1 PC2
PC3 ISP1
ISP2 10.00
146 109
137 130
Hidup Hidup
Sangat Bagus
21.00 84
102 84
90
10.00 115
114 120
116 Mati
Hidup Sangat
Bagus 21.00
106 106
106 106
10.00 146
93 95
111 Hidup
Mati Sangat
Bagus 21.00
76 78
77 77
- ISP 1 : Indosat
- ISP 2 : Tri
Dari data pengujian Delay pada Tabel 4.5 ketika kedua gateway
hidup atau salah satu mati pada jam 21.00 WIB, dari masing- masing PCclient waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan suatu
paket sebesar 32bit ke tujuan rata-rata kurang dari 150 ms. Dan ketika pengujian jam 10.00 WIB terjadi peningakatan delay tetapi tidak
terlalu besar. Hal ini terjadi karena meskipun pada saat trafik jaringan sedang padat, kerana paket yang dikirim cukup kecil maka tidak
terlalu mempengaruhi delay yang dihasilkan. Menurut standart TIPHON nilai delay dengan rata-rata kurang
dari 150 ms termasuk dalam kategori sangat bagus.
b. Pengujian Packet Loss