Aspek Perasaan Inferior INFERIORITAS

anak perempuan terjadi pada usia 10,5 tahun, sedangkan lonjakan pertumbuhan pada anak laki-laki terjadi pada usia 12 tahun. Tampak bahwa lonjakan pertumbuhan anak perempuan terjadi 2 tahun lebih awal dari anak laki-laki. Lonjakan pertambahan berat badan terjadi bersamaan seiring dengan pertumbuhan tinggi badan. Masa remaja merupakan masa pubertas yang mana remaja mengalami kematangan seksual. Pada remaja laki-laki tampak pada bertambah panjangnya penis, membesarnya testis, tumbuh rambut di wajah maupun disekitar daerah kemaluan , dan mengalami ‘mimpi basah’. Pada wanita perubahan paling menonjol adalah perkembangan payudara yang membesar, tumbuh rambut kemaluan, dan mengalami menstruasi. Perkembangan seksual primer ini menjadikan remaja selalu memperhatikan tubuh mereka dan membangun citra dirinya sendiri bagaimana harus ditampilkan di depan orang lain. Pada saat pubertas, remaja lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan akhir masa remaja. 2 Aspek kognitif cognitive processes Aspek kognitif meliputi perubahan dalam cara berpikir, inteligensi dan bahasa individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif remaja adalah pemikiran operasional formal formal operational stage yang muncul pada usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal ini bersifat lebih abstrak dan idealis. Semakin berkembangnya pemikiran abstrak dan idealis tersebut membuat remaja memiliki pemikiran egosentrisme. Egosentrisme remaja menggambarkan meningkatnya kesadaran diri remaja dalam wujud sebuah keyakinan bahwa orang lain memiliki perhatian amat besar pada perasaan dan keunikan dirinya, seperti perhatian mereka pada orang-orang di sekitarnya. Pemikiran egosentrisme remaja dibagi menjadi dua jenis, yaitu imaginary audience penonton imajiner dan personal fable dongeng pribadi. Imaginary audience mencakup berbagai perilaku untuk mendapatkan perhatian, keinginan agar kehadirannya diperhatikan, disadari oleh orang lain dan menjadi pusat perhatian. Personal fable merupakan perasaan remaja yang merasa memiliki keunikan pribadi. Perasaan akan keunikan pribadi remaja ini membuat remaja merasa bahwa tidak ada satu orang pun yang mampu memahami perasaannya. 3 Aspek sosial-emosional socioemotional processes Aspek sosial-emosional ini mencakup perubahan ketika melakukan hubungan antara individu dengan orang lain yang melibatkan emosi, kepribadian, dan peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Seperti, membantah orang tua, berperilaku agresif terhadap teman sebaya, berkembangnya sifat asertif, dan orientasi peran gender dalam masyarakat. Dapat disimpulkan, bahwa ketiga aspek tersebut yaitu fisik, kognitif, dan sosial-emosional saling berkaitan satu dengan yang lain. Aspek sosial membentuk aspek kognitif, aspek kognitif mengembangkan atau menghambat aspek sosial, dan aspek fisik mempengaruhi aspek kognitif Santrock, 2003.

C. HUBUNGAN PERASAAN INFERIORITAS DENGAN PERILAKU

BULLYING Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengalami perubahan besar dalam perkembangan fisik, kognitif, dan sosioemosi. Masa transisi ini memberikan peluang bagi para remaja untuk tumbuh dan berkembang secara fisik, kognitif maupun sosial, sehingga menjadi periode perkembangan yang amat berisiko Papalia, 2008. Dengan berkembangnya fisik, kognitif dan sosial tersebut menimbulkan suatu kompetisi antar remaja dalam mendapatkan otonomi, harga diri, dan intimasi yang dapat memunculkan dorongan agresi pada remaja. Dalam teori psikologi individual Alfred Adler dikemukakan bahwa dorongan agresi adalah dorongan dasar dalam kehidupan seseorang Semium, 2013. Hal ini diperkuat dengan masa remaja merupakan waktu meningkatnya perbedaan diantara remaja mayoritas dan minoritas yang akan menghadapkan mereka pada masalah besar yaitu persaingan Offer Schonert-Reichl, 1992. Dalam teori psikologi individual, semua manusia memiliki kelemahan fisik sejak lahir yang memicu perasaan inferior oleh karena sifat alami manusia untuk meraih sesuatu yang utuh atau lengkap Feist Feist, 2010. Manusia secara terus menerus didorong untuk mengatasi perasaan inferior sehingga membuat manusia berjuang meraih superioritas. Kelemahan fisik

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Remaja.

2 13 17

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Remaja.

0 2 17

Kemampuan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik dan pengaruhnya bagi motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi di SMP Pangudi Luhur ST. Vincentius Sedayu tahun ajaran 2016/2017.

0 2 241

Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

6 113 132

Inspirasi spiritualitas Santo Vincentius De Paul untuk peningkatan kepedulian sosial peserta didik SMP Pangudi Luhur Santo Vincentius Sedayu Kabupaten Bantul.

0 5 150

Hubungan antara kedisiplinan guru, kedekatan dan perhatian guru dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi : studi kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 0 141

Efektivitas pembelajaran dengan program Cabri 3D ditinjau dari hasil belajar dalam pokok bahasan luas permukaan kubus dan balok di kelas VIII B SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu tahun ajaran 2012/2013.

0 2 236

Kemampuan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik dan pengaruhnya bagi motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa siswi di SMP Pangudi Luhur ST. Vincentius Sedayu tahun ajaran

0 6 239

dari pangudi luhur sedayu paket 2

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Bullying pada Peserta Didik Kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga

0 1 20