Faktor Penyebab Bullying BULLYING

Feist Feist, 2006. Ada pun orang yang dapat dikatakan memiliki sifat-sifat kompensatori sebagai berikut Semium, 2013 : kelancangan sikap dan keberanian pada orang lain, sikap keras kepala, sikap suka memberontak, kurang sopan dan kurang menghargai orang lain, dan memiliki sikap menantang. Dari sifat-sifat kompensatori tersebut dapat dilihat bahwa dalam memperjuangkan harga dirinya ke arah superior atau kesuksesan, ada dorongan agresi dalam diri individu Feist Feist, 2006. Dorongan agresi ini dapat menjadi stimulus negatif maupun stimulus postitif bagi individu. Dorongan agresi negatif akan menjadikan individu berperilaku maladaptif, sedangkan dorongan agresi positif akan menjadikan individu memiliki motivasi ke arah yang lebih baik yaitu kesuksesan dan tercapainya tujuan hidup yaitu berjuang ke arah superior Feist Feist, 2006. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perasaan inferior merupakan rasa rendah diri dan rasa kurang berharga yang muncul karena adanya perasaan ketidak berdayaan dan ketidak mampuan untuk mengaktualisasikan dirinya.

2. Faktor Penyebab Perasaan Inferior

Perasaan inferior yang dimiliki individu dapat disebabkan dari berbagai faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan perasaan inferior antara lain : i. Ketidaksempurnaan organ atau fisik individu Perasaan inferior yang disebabkan dari individu yang lahir secara tidak sempurna dan memiliki kecacatan fisik seperti badan yang kecil, lemah, dan tidak berdaya seperti badan yang terlalu gemuk atau terlalu kurus, ketidaksempurnaan organ tubuh seperti tidak memiliki tangan atau kaki, dan memiliki kelemahan dalam berpikir, dapat Feist Feist, 2006. Pada jaman sekarang, perasaan inferior lebih disebabkan oleh adanya ketidakpuasan fisik individu. Individu memiliki kelengkapan fisik namun masih kurang merasa puas dengan tubuh yang dimilikinya. ii. Pengalaman masa kanak-kanak Individu yang pada masa kanak-kanaknya memiliki pengalaman tidak menyenangkan seperti diejek oleh teman-temannya karena dirinya memiliki kekurangan fisik dan memiliki prestasi yang kurang, individu tersebut akan bertumbuh dengan perasaan inferior Semium, 2013. iii. Pola asuh orang tua yang memanjakan dan mengabaikan Pola asuh orang tua yang memanjakan dapat menjadikan anak lemah dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan anak yang dimanjakan oleh orang tuanya segala keinginan dan kebutuhan akan dipenuhi. Selain itu, anak yang dimanjakan biasanya mendapatkan perlakukan overprotective dari kedua orang tuanya. Anak dengan pola asuh seperti itu dapat menjadi anak yang kurang memiliki semangat, terlalu sensitif, tidak sabar, memiliki emosi yang buruk, dan menjadi pencemas. Sedangkan, anak dengan pola asuh orang tua yang mengabaikan akan cenderung bertindak menyakiti orang lain sebagai kompensasi karena dirinya kurang mendapatkan kasih sayang orang tua Feist Feist, 2006. iv. Lingkungan sosial individu Individu yang berada dalam lingkungan sosial yang kurang baik seperti individu yang tinggal dalam keluarga yang kurang harmonis, bertempat tinggal di kawasan pemukiman miskin dan rawan akan tindak kekerasan akan memiliki kecenderungan memiliki perasaan inferior Huber, Widdifield Johnson, 1989.

3. Aspek Perasaan Inferior

Menurut Semium 2003, orang dapat dikatakan merasa inferior apabila memiliki karakteristik takut-takut, dan merasa diri tidak aman; pemalu, dan memiliki kebutuhan akan dukungan dari orang lain; serta memiliki kecenderungan sifat submisif yaitu menganggap diri lebih rendah dari orang lain dan sering menghindari konflik, dan berpikiran bahwa diri tidak pantas bergaul karena diri aneh dan jelek sehingga cenderung menarik diri lingkungan. Selain itu, menurut Kenchappanavar 2012 menyebutkan bahwa orang yang memiliki perasaan inferior adalah orang yang kebiasaan dan

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Remaja.

2 13 17

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Remaja.

0 2 17

Kemampuan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik dan pengaruhnya bagi motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa-siswi di SMP Pangudi Luhur ST. Vincentius Sedayu tahun ajaran 2016/2017.

0 2 241

Evaluasi pendidikan kepangudiluhuran di SMP Pangudi Luhur Yogyakarta, SMP Pangudi Luhur Sedayu dan SMP Pangudi Luhur Moyudan.

6 113 132

Inspirasi spiritualitas Santo Vincentius De Paul untuk peningkatan kepedulian sosial peserta didik SMP Pangudi Luhur Santo Vincentius Sedayu Kabupaten Bantul.

0 5 150

Hubungan antara kedisiplinan guru, kedekatan dan perhatian guru dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi : studi kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 0 141

Efektivitas pembelajaran dengan program Cabri 3D ditinjau dari hasil belajar dalam pokok bahasan luas permukaan kubus dan balok di kelas VIII B SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu tahun ajaran 2012/2013.

0 2 236

Kemampuan komunikasi interpersonal guru Pendidikan Agama Katolik dan pengaruhnya bagi motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik siswa siswi di SMP Pangudi Luhur ST. Vincentius Sedayu tahun ajaran

0 6 239

dari pangudi luhur sedayu paket 2

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Bullying pada Peserta Didik Kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga

0 1 20