Tabel 14.3 Analisis Inferioritas dan Perilaku Bullying Mental
Correlations
total_if tot_mental
Spearmans rho total_if
Correlation Coefficient 1.000
-.040 Sig. 2-tailed
. .654
N 130
126 tot_mental
Correlation Coefficient -.040
1.000 Sig. 2-tailed
.654 .
N 126
126
Berdasarkan hasil analisis antara variabel inferioritas dan perilaku bullying mental,diperoleh besarnya koefisien korelasi kedua variabel
sebesar r = -0,040 dengan nilai signifikansi p = 0,654. Nilai signifikansi p 0,654 α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel inferioritas
dan perilaku bullying mental tidak berkorelasi. Hasil uji analisis tiga temuan tersebut disimpulkan bahwa
inferioritas tidak berkorelasi secara signifikan dengan perilaku bullying baik fisik, verbal, maupun mental.
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku bullying dan inferioritas pada remaja awal. Berdasarkan hasil uji
hipotesis, didapatkan koefisien korelasi r -0,091 dengan nilai signifikansi
p = 0,303 p0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini yang berbunyi “ada hubungan antara inferioritas dan perilaku bullying
pada remaja awal di sekolah” ditolak. Tidak adanya hubungan ini dapat diduga karena kurang konsistennya
pemaparan definisi operasional antara variabel inferioritas terhadap perilaku bullying. Pada penelitian ini, pemaparan definisi inferioritas dan perilaku
bullying kurang menggambarkan aspek yang akan diteliti. Variabel yang didefinisikan secara tidak sama atau kurang konsisten pada kesimpulan tiap
variabel dan pemaparan definisi operasional. Kejelasan konsep mengenai atribut yang hendak diukur memungkinkan perumusan indikator-indikator
perilaku yang menunjukkan ada-tidaknya atribut yang bersangkutan Aswar, 2009. Rumusan indikator perilaku berdasar dari operasionalisasi konsep
teoritik mengenai komponen-komponen atribut yang bersangkutan menjadi rumusan yang terukur measurable Azwar, 2009.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian mengisi skala perilaku bullying dengan skor terendah yaitu nol
0. Dengan demikian dapat diduga bahwa subjek dalam penelitian ini memang tidak melakukan perilaku bullying.
Asumsi yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu remaja yang memiliki inferioritas yang tinggi maka akan cenderung melakukan perilaku bullying.
Berdasarkan hasil uji mean teoritik dan mean empiris antara variabel inferioritas dan perilaku bullying menunjukkan bahwa tingkat inferioritas
yang dialami remaja awal di sekolah tergolong rendah, serta kecenderungan
remaja melakukan perilaku bullying di sekolah tergolong rendah. Dengan demikian, subjek dalam penelitian ini cenderung tidak inferioritas sehingga
tingkat perilaku bullying yang dilakukan juga cenderung rendah. Dilihat dari reliabilitas dan validitas alat ukur inferioritas dan perilaku
bullying tergolong cukup tinggi, sehingga tidak mengindikasikan bahwa penyebab tidak signifikannya variabel inferioritas dan perilaku bullying
adalah kualitas alat ukurnya. Peneliti menduga bahwa hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya kontrol peneliti terhadap administrasi alat ukur.
Subjek penelitian mengerjakan skala penelitian dengan ditemani guru Bimbingan Konseling BK. Hal tersebut dapat menimbulkan faking yang
ditimbulkan oleh subjek penelitian, yaitu upaya untuk memilih jawaban sesuai dengan harapan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat pada
umumnya, bukan apa yang sebenarnya terjadi Azwar, 2009. Peneliti menduga demikian karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK
sebelumnya, dari catatan perkembangan siswa di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu tercatat bahwa kasus bullying masih menjadi masalah
urgent yang harus segera diselesaikan karena sangat mempengaruhi perkembangan para siswa-siswinya.
Berdasarkan uji normalitas dan uji statistik nonparametris Spearman Ro yang menghasilkan data tidak berdistribusi normal dan tidak berkorelasi,
berkonsekuensi pada jenis kesimpulan yang dibuat. Hal tersebut mempengaruhi dalam cara generalisasinya akan lebih sempit, yaitu hanya
berlaku pada kelompok sampel yang diteliti.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan, maka hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara perasaan inferioritas dan perilaku bullying ditolak. Peneliti menduga bahwa adanya kecenderungan faking atau menjawab skala penelitian sesuai
dengan harapan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, bukan apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu, adanya faktor lain seperti faktor individu,
keluarga, lingkungan sekolah, sosial ekonomi, dan media massa lebih mempengaruhi munculnya perilaku bullying pada remaja di sekolah. Temuan
ketidaknormalan distribusi data dalam uji normalitas dan uji statistik nonparametris Spearman Ro berkonsekuensi pada jenis kesimpulan yang
cakupan generalisasinya lebih sempit, yaitu pada kelompok sampel yang diteliti.
B. Saran
1. Bagi Remaja
Hendaknya penelitian ini dapat menjadi umpan balik dan bahan evaluasi bagi remaja dalam mengkompensasikan perasaan inferior. Hal ini
dikarenakan remaja awal memiliki perasaan inferior yang tinggi sehingga perlu mengkompensasikannya agar dapat mencapai tujuannya. Selain itu,
penelitian ini juga mengharapkan agar remaja dapat mempertimbangkan kembali perilaku bullying yang akan dilakukan untuk mengkompensasikan
perasaan inferior.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian yang akan datang sebaiknya memperhatikan pemaparan definisi variabel yang akan diteliti sesuai dengan aspek yang akan diteliti sehingga
alat ukur dapat mengukur dengan tepat variabel yang akan diteliti. Selain itu, lebih memberikan kontrol terhadap proses administrasi skala perilaku
bullying, sehingga dugaan faking dapat diminimalkan. Selain itu, dapat juga meneliti pada kelompok sampel lain agar cakupan generalisasinya
lebih luas dan lebih memberi manfaat khasanah kajian ilmu psikologi.