1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu pepatah Jawa mengatakan, “guru iku digugu lan ditiru” yang berarti bahwa seorang guru adalah sosok yang dijadikan panutan oleh
para siswanya. Dalam pepatah tersebut banyak orang beranggapan bahwa guru yang paling berpengaruh besar sebagai penentu keberhasilan siswa.
Guru memiliki peran penting dalam membantu mewujudkan keberhasilan pembelajaran, tidak hanya sebagai pedoman, tetapi sebagai agen
pembelajaran yang berkompeten pada bidangnya. Dewasa ini guru menjadi perhatian pada bidang pendidikan di
Indonesia, karena kualitas kualifikasi akademik, kompetensi sebagai hal yang mendasar, sertifikat pendidik, serta kemampuan dan keahlian yang
dimiliki untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah menyediakan wadah untuk meningkatkan
profesionalisme melalui program sertifikasi. Kebijakan ini tertuang dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang disahkan pada
Desember 2005. Mulai saat itu, sertifikasi menjadi topik yang banyak dibicarakan oleh masyarakat, terutama dalam dunia pendidikan. Dengan
diberlakukannya Undang-Undang tersebut minimal memiliki tiga fungsi. Pertama, sebagai landasan yuridis bagi guru dari perbuatan semena-mena
dari siswa, orang tua, dan masyarakat. Kedua, untuk meningkatkan
profesionalisme guru. Ketiga, untuk meningkat kesejahteraan guru Muslich, 2007:V. Untuk itu, guru diharapkan dapat meningkatkan
kompetensi yang sudah ada. Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad
Nuh dalam pembukaan Seminar dan Pelatihan Guru Menulis di Media Massa yang diadakan harian Kompas dan Surya serta Ikatan Guru
Indonesia di Gedung PDAM Surabaya, Jawa Timur, Minggu 3110. “Guru-guru yang sudah lolos sertifikasi umumnya tidak menunjukkan
kemajuan, baik dari sisi pedagogis, kepribadian, profesional, maupun sosial. Guru hanya aktif menjelang sertifikasi, tetapi setelah dinyatakan
lolos, kualitas mereka justru semakin menurun. ” Ujarnya melalui
http:edukasi.kompas.comread2010110106080956Kualitas.Guru.Lol os.Sertifikasi.Tetap.Rendah diakses tanggal 17 September 2012 pada
pukul 06:08 WIB. Sedangkan menurut Mulyasa 2007, seorang guru layak disebut
berkompeten jika telah memegang sertifikat sebagai tanda mampu untuk mengembangkan potensi peserta didiknya. Jadi untuk mewujudkan
keberhasilan dalam pembelajaran, hal pertama yang harus dimiliki adalah kompetensi. Kompetensi tersebut mencakup kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
standar profesi guru. Guru yang telah mendapat sertifikat berarti telah mempunyai kualifikasi mengajar seperti yang dijelaskan dalam sertifikat
itu Suyatno, 2008:2. Jadi, sebagai guru profesional yang telah menyandang sertifikat pendidik, guru wajib untuk mempertahankan
profesionalitasnya sebagai guru. Melalui proses sertifikasi guru ini, Depdiknas mengajak para guru
untuk melakukan ketertiban dalam hal administrasi dan dokumentasi. Pemerintah juga mengajak para guru untuk meningkatkan kompetensi
profesional yang dimiliki. Namun pada kenyataannya, guru yang telah memiliki sertifikat pada umumnya tidak menunjukkan peningkatan dan
kualitas mereka justru semakin menurun. Hal tersebut akan berdampak pada siswa yang menjadi peserta didiknya, karena pelayanan pendidikan
yang dilakukan oleh guru tersebut justru kualitasnya menurun. Jika kualitas menurun, maka kegiatan belajar mengajar tidak akan maksimal
dalam proses, hasil, dan pencapaian tujuan pendidikan. Semua siswa menginginkan guru mereka maksimal dalam
memberikan pelayanan pengajaran, bisa membimbing sesuai potensi dan minat bakat yang dimiliki siswa, sehingga berdampak pada tujuan
pendidikan yang tercapai. Untuk mewujudkan semua itu, guru harus memiliki kompetensi dan sertifikat sebagai bukti pendukung memiliki
kemampuan yang prasyaratkan. Jika guru telah memiliki seertifikat,maka guru tersebut tentunya juga memiliki kompetensi seperti yang tertuang
dalam isi sertifikat. Tapi apakah benar guru Ekonomi yang telah sertifikasi itu benar-benar sudah berkompeten dalam pelayanan pendidikan menurut
persepsi siswa?
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti di SMA Pangudi Luhur van Lith, Muhammadiyah 2 Muntilan, dan Marsudirini Muntilan
Tahun Ajaran 20122013, apakah di SMA tersebut juga mengalami hal yang sama atau justru lebih baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS KOMPETENSI GURU EKONOMI YANG BERSERTIFIKASI BERDASARKAN PERSEPSI
SISWA”. Penelitian ini merupakan survei pada siswa kelas XI di SMA
Pangudi Luhur van Lith, Muhammadiyah 2 Muntilan, dan Marsudirini Muntilan Tahun Ajaran 20122013.
B. Batasan Masalah Penelitian