23
Kredit komersial diberikan untuk memperlancar kegiatan nasabah yang bidang usahanya adalah perdagangan. Seperti kredit usaha
pertokoan dan kredit ekspor. 2. Kredit konsumtif
Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan dan bagi debitur yang ingin membeli barang atau
kebutuhan-kebutuhan konsumtif. 3. Kredit produktif
Kredit produktif diberikan dalam rangka memperlancar kegiatan produksi debitur. Kredit ini mencakup antara lain kredit untuk
pembelian bahan baku dan pembayaran upah.
e. Berdasarkan penggunaan
1. Kredit modal kerja Kredit modal kerja pada prinsipnya adalah kredit untuk
penggunaan dana selama satu siklus usaha, mulai dari perolehan uang tunai dari kredit bank, kemudian penggunaanya untuk
membeli barang dagangan atau bahan baku, selanjutnya dijual sampai memperoleh uang kas kembali.
2. Kredit investasi Kredit investasi diberikan kepada debitur agar dapat membeli
barang-barang modal maupun jasa yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, dan pendirian usaha.
24
C. Return on Asset ROA
1. Pengertian profitabilitas
Menurut Dendawijaya 2005 : 119 rasio profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha yang
dicapai oleh suatu perusahaan yang bersangkutan. Selain itu profitabilitas di definisikan sebagai kemampuan bank dalam menghasilkan laba.
Hasibuan, 2006 : 104. Menurut Hanafi dan Halim 2009 : 27, Return on Assets ROA
merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas
mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan
keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu.
Dari berbagai pendapat diatas, dapat diketahui bahwa tujuan analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisisensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh suatu bank. Dengan rasio-rasio keuangan akan dapat dilihat pada posisi dan kondisi keuangan suatu bank pada
periode tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan
operasi untuk menghasilkan keuntungan. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.
Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden
25
akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat
sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto 2007:196 angka ROA dapat dikatakan
baik apabila 2. Rumus menghitung ROA Return on Asset
D. Loan to Deposit Ratio LDR.
Loan to Deposit Ratio LDR menurut Lukman Dendawijaya 2005 : 116 adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank. Rasio ini dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kerawanan atau kemampuan dalam suatu bank, karena bank
dituntut untuk dapat menyediakan kemampuannya dalam membayar kembali dana yang ditarik oleh deposan dengan mengandalkan pemberian
kredit yang dilakukan bank tersebut untuk mendapatkan likuiditas
.
Sehingga aktivitas pengkreditan dapat mempengaruhi aktivitas bank, penilaian atas kesehatan bank, tingkat kepercayaan nasabah dan juga
pencapaian laba yang didapatkan
.
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3023UPPB tanggal 19 Maret 1998, rasio Loan to Deposit Ratio LDR dihitung dari
pembagian kredit dengan dana yang diterima yang meliputi giro, deposito,
26
dan tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito
dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih
dari 3 bulan, modal inti, dan modal pinjaman. Kemudian disesuaikan dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 623DPNP tanggal 31 Mei
2004, rasio Loan to Deposit Ratio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk antar bank dengan
Dana Pihak Ketiga DPK yang mencakup giro, tabungan, dan deposito tidak termasuk antar bank. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, angka
LDR seharusnya berada di sekitar 85 - 110. Amithya, 2012. Rumus Loan to Deposit Ratio LDR:
E. Non Performing Loan NPL
NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian
kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank.
Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah
kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan
27
kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan
terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5, jika
melebihi 5 maka akan mempengaruhi penilain tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Riyadi, 2006:161.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
semakin tinggi nilai NPL diatas 5 maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank.
Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin berkurang sehingga pertumbuhan tingkat retun saham bank akan
mengalami penurunan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: