Model-model Implementasi Kebijakan Implementasi Kebijakan 1. Definisi Implementasi Kebijakan
c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas. Hal ini menunjukan kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran
dan tujuan program. d. Karakterisktik agen pelaksana. Hal ini menunjuk seberapa besar daya
dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.
e. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Menunjuk bahwa kondisi dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu
sendiri. f. Disposisi implementor. Hal ini menunjukkan bahwa sikap pelaksana
menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, antusias, dan responsif terhadap kelompok sasaran dan
lingkungan beberapa yang dapat ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.
2. Model Merilee S. Grindle Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua
variabelbesar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan mencakuptentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat
yang akan dihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan,siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara
itu,konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti kekuasaan,kepentingan dan strategi aktor yang terlibat; karakteristik lembaga dan
penguasa;kepatuhan dan daya tanggap Dwidjowijoto, 2006.
3. Model Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier Mazmanian dan Sabatier Dwidjowijoto, 2006 mengklasifikasikanproses
implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel. Pertama, variabelindependen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan denganindikator
masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman obyek, dan perubahanseperti apa yang dikehendaki.Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan
kebijakan untukmenstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensitujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber
dana, keterpaduan di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana,dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen
sertakualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasidengan lima tahapan. Yaitu, pemahaman
dari lembagabadan pelaksana dalambentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaanatas hasil nyata tersebut, dan akhirnya
mengarah kepada revisi atas kebijakanyang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yangbersifat mendasar.
4. Model George C. Edwards III Model implemetasi dalam pandangan George C.Edwards ini lebih
melihatdari sisi administrasinya .Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakandipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
a. Komunikasi. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran
kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan
tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
b. Sumberdaya. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan
konsisten, tetapi bila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan dengan efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan
hanya tinggal diatas kertas dan menjadi dokumen saja. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya
finansial serta fasilitas-fasilitas. c. Disposisi.
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis. Apabila implementator
memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor
memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
d. Struktur Birokrasi. Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya
prosedur operasi yang standar standart operating procedures atau SOP. Dengan
menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Subarsono,
2005.