Undang-undang No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP

15 11 Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan, baik yang berada di perairan Indonesia, zona ekonomi eksklusif Indonesia, maupun laut lepas dilakukan pengendalian melalui pembinaan perizinan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan internasional sesuai dengan kemampuan sumber daya ikan yang tersedia; 12 Pengawasan perikanan; 13 Pemberian kewenangan yang sama dalam penyidikan tindak pidana dibidang perikanan kepada penyidik pegawai negeri sipil perikanan, perwira TNI-AL dan pejabat polisi negara Republik Indonesia; 14 Pembentukan pengadilan perikanan; dan 15 Pembentukan dewan pertimbangan pembangunan perikanan nasional.

2.1.2 Undang-undang No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP

Pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah dalam pelayanan, pengaturan dan perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan negara serta pemanfaatan sumberdaya alam guna pencapaian tujuan pembangunan nasional dapat mewujudkan suatu bentuk penerimaan negara yang disebut sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP. Sumberdaya alam yang dimaksud tersebut adalah segala kekayaan alam yang terdapat di atas, di permukaan dan di dalam bumi yang dikuasai oleh negara. Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasal 23 ayat 2 antara lain menegaskan bahwa segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat seperti pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan Undang-Undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Oleh karena itu, penerimaan negara di luar penerimaan perpajakan seperti PNBP yang menempatkan beban kepada rakyat juga harus didasarkan kepada Undang-Undang. Ketentuan tentang hal ini telah ditetapkan dalam UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP. Dalam Ketentuan Umum UU Nomor 20 Tahun 1997, dikatakan bahwa PNBP adalah penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Kelompok PNBP diantaranya adalah dapat berupa : 1 Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah; 2 Penerimaan dari pemanfaatan sumberdaya alam; 3 Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah; 16 4 Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi; 5 Penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-Undang tersendiri. Jenis PNBP yang tercakup atau yang belum tercakup dalm kelompok PNBP tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah PP. Dengan demikian PP yang mengatur ketentuan kelompok PNBP tersebut bersifat mengikat dan harus dipatuhi, bila tidak dipatuhi maka akan menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sebagai konsekuensinya, maka akan diberikan ancaman pidana sesuai dengan Ketentuan Pidana dalam UU Nomor 20 Tahun 1997 pasal 20. Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan kegiatan pemerintah sehubungan dengan jenis PNBP yang bersangkutan dan aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat, yaitu : 1 Tujuan perumusan UU tentang PNBP yang berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan dan kesederhanaan, yaitu : 2 Menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan negara dan pembiayaan pembangunan melalui optimalisasi sumber-sumber PNBP dan ketertiban administrasi pengelolaan PNBP serta penyetoran PNBP ke kas negara; 3 Lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya dari kegiatan-kegiatan yang menghasilkan PNBP; 4 Menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta investasi di seluruh wilayah Indonesia; 5 Menunjang upaya terciptanya aparat pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawa, penyederhanaan prosedur dan pemenuhan kewajiban, peningkatan tertib administrasi keuangan dan anggaran negara serta peningkatan pengawasan. Seluruh PNBP yang diterima oleh negara akan dikelola dalam sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sebagian dana dari suatu jenis PNBP 17 dapat digunakan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut oleh instansi yang bersangkutan, seperti : 1 Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi; 2 Pelayanan kesehatan; 3 Pendidikan dan pelatihan; 4 Penegakkan hukum; 5 Pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu; dan 6 Pelestarian sumberdaya alam.

2.1.3 KepMen No. KEP. 38men Tahun 2003 tentang Produktivitas Kapal Penangkap Ikan