Komunikasi Terpadu Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal

4. Penguatan Ekonomi Lokal a. Pembangunan Sarana Air Bersih SAB

Sebagai persiapan dan mematangkan rencana, tim GCI melibatkan pakar sarana air bersih yang pernah aktif di WASPOLA Indonesia – Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning Pak Agus dan Edy. Dalam prosesnya, terdapat tiga tahapan yang perlu dicermati, yaitu tahap pra pembangunan SAB, tahap pelaksanaan pembangunan SAB dan tahap pasca pembangunan SAB. Berikut adalah keterangan tentang proses yang masih berjalan, yaitu tahap pra Pembangunan SAB. I. Pra Pembangunan SAB. Pada tahap ini diperlukan terlebih dahulu mengetahui lokasi mata air yang akan menjadi pusat aliran air. Dari hasil turun lapang bersama tim pakar, direkomendasikan mata air Cisaladah Rasamala-Gorowong sebagai sumber air masyarakat dengan debit air adalah 0,5 liter per detik. Pengukuran jarak dan berbeda tinggi yang melibatkan tim IPB dengan menggunakan teodolit dihasilkan jarak mata air ke pemukiman terdekat RT 01 sejauh 2.200 meter. Posisi mata air lebih rendah 11 m dari pemukiman terdekatnya RT 01, namun pada jarak 1.800 m dari sumber air, pemukiman berada 40 m lebih tinggi dari sumber mata air. Pada tahap pra pembangunan dilakukan rancang model pembangunan fisik maupun jalur pipa. Jalur pipa direncanakan akan melalui melalui jalan perkebunan teh Cianten. Hal ini diperlu ditindaklanjuti dengan proses diskusi ke pihak-pihak terkait. Untuk rancangan biaya pembangunan sarana air bersih, berdasarkan perhitungan Pak Edy pakar dibutuhkan biaya total sekitar Rp 278.260.500 yang diharapkan dari pihak donor Rp 242.537.000 dan masyarakat Rp 35.723.500. Hal lain yang perlu dirumuskan sebelum masuk ke tahap pembangunan adalah merumuskan aturan pengelolaan SAB, termasuk kelembagaan yang akan mengelolanya. Kesepakatan-kesepakatan diantara pengguna air sangat penting dilakukan untuk menjaga fungsi keberlanjutan SAB yang sudah dibangun.

3. Kegiatan Penunjang Lainnya

Pada tahap perencanaan terdapat usulan untuk membangun PSP Permanent Sample Plot seluas 1 ha di area koridor Halimun-Salak sebagai ‘scientific model’ sekaligus sumber bibit. Namun hingga berakhirnya periode program ini, kegiatan ini belum terealisasi. Pada 14 Juni 2013 diadakan diskusi di BTNGHS terkait dengan hasil investigasi pembalakan pohon di wilayah Garehong. Hadir dalam diskusi yaitu RMI, Kehati, dan perwakilan masyarakat Kp.Padajaya. Hal penting yang disepakati dalam diskusi bahwa perlu keterbukaan informasi semua dan antar pihak khususnya yang berada di wilayah koridor Halimun-Salak. Pada Juni 2013 juga diadakan pertemuan antara RMI dengan BTNGHS untuk mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan RMI di wilayah Halimun- Salak. Dalam pertemuan ini juga sekaligus perkenalan formal dengan Kepala Resort Gunung Butak yang baru per 1 Juni 2013. Hasil pertemuan ini akan ditindaklanjuti dengan diskusi penyusunan rencana kerja antara BTNGHS dengan RMI di wilayah Halimun-Salak agar kerja-kerja kegiatan dapat lebih sinergis. Namun diskusi ini belumterlaksana sehubungan dengan adanya pergantian Kepala BTNGHS per akhir Juli 2013 dan akhirnya pertemuan ini terlaksana pada tanggal 25 Sepetember 2013 di Kantor BTNGHS Kabandungan. Ada inisiasi usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat Kp.Padajaya yang dimulai sejak akhir Juli 2013. Masyarakat secara swadaya membuat saung rumah jamur yang terbuat dari bilik bambu. Baglog media untuk menumbuhkan jamur tiram dari campuran limbah serbuk gergaji, dedak dan kapur pertanian. Sayangnya, usaha budidaya jamur tiram ini belum berjalan baik karena ternyata butuh keahlian khusus pengalaman untuk merawat jamur ini dan budidaya jamur ini baru pertama kalinya dilakukan oleh masyarakat. Tahap Pemantauan dan Evaluasi Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. Monitoring dan evaluasi pernah dilakukan oleh tim GCI Kehati sekaligus pencacahan pohon yang dilakukan pada bulan November 2013, diperoleh bahwa jumlah tanaman yang hidup di areal restorasi Kp. Padajaya hanya sejumlah 11.400 atau setara dengan 39 dari 29.046 pohon. Sehingga perlu untuk dilakukan replanting di blok Palahlar dan Cimapag sebanyak 17.646 bibit. Namun pada saat crosscheck ke lapangan pada awal Desember 2013, tim RMI dan masyarakat menemukan kembali pohon-pohon yang luput dari tim pencacah Kehati, sejumlah 975 pohon. Tahap evaluasi dilakukan beberapa kali, evaluasi biasanya dilakukan pada saat pelaksanaan program telah selesai dilakukan. Pihak yang hadir diantaranya masyarakat, RMI, Cevron, KEHATI dan BTNGHS. Hasil evaluasi menghasilkan pembelajaran dan tantangan untuk implementasi program GCI pada tahun berikutnya. hasil evaluasi tersebut diantaranya : 1. Tantangan dan Kendala Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu: a. Komunikasi multipihak untuk menyamakan persepsi bukanlah hal yang mudah. Menyatukan pemahaman dan perbedaan memang biasa, namun menjadi tantangan tersendiri bagi tim untuk menemukenali dan membaca karakter penerima manfaat secara langsung masyarakat serta pihak pendukung lainnya, seperti BTNGHS, Resort Gunung Butak, Pemerintah Desa Purwabhakti. b. Koordinasi multipihak secara intensif dan efektif tetap harus dijaga. Mengingat menguatnya informasi sepihak yang diterima masyarakat dari pihak tertentu yang terkait dengan besaran dana pembiayaan proyek tanpa diimbangi dengan informasi yang utuh. Informasi yang tidak utuh, holistic dan logis akan berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek. c. Di dalam internal tim kerja, rasa tidak percaya diantara tim, turunnya semangat dan motivasi diri menjadi tantangan dan kendala yang cukup berpengaruh terhadap perjalanan program. Menjaga kepercayaan serta berbagi tugas dengan baik untuk menjalankan kesepakatan menjadi tantangan yang dihadapi tim. d. Mendorong dan memperkuat masyarakat dalam mengelola area restorasi terutama agar masyarakat pun memiliki posisi tawar yang kuat mengingat mereka sudah tinggal di wilayah kampungnya sejak lama dan membutuhkan penghidupan yang lebih baik di masa mendatang. e. Kesepakatan dengan BTNGHS termasuk Resort Gn.Butak pada Juni 2013 akan menyusun agenda bersama terkait kerja di area koridor Halimun-Salak agar dapat bersinergi secara lebih baik. Adanya pergantian personel yang cepat, terutama di Resort Gn.Butak memberikan tantangan tersendiri bagi tim Kepala BTNGHS juga mengalami pergantian per Agustus 2013. f. Komitmen dukungan Pemerintah Desa belum terealisasi dengan baik. Proses komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah desa pun harus diperbaiki. 2. Pembelajaran dan Rekomendasi Pembelajaran dalam proses kegiatan ini yaitu: a. Mempertajam substansi tentang konsep restorasi menjadi penting bagi seluruh stakeholder dalam program GCI ini, misalnya perbedaan konsep jarak tanam dan proses pemeliharaan tanaman. Hal ini penting sebagai bentuk peningkatan kapasitas tim kerja. b. Pemetaan area restorasi semestinya dilakukan sebelum kegiatan penanaman sehingga plot area restorasi sudah jelas dan disepakati bersama dengan pihak lain terutama BTNGHS. Hal ini untuk menghindari kesulitan koordinasi untuk overlay peta, selain itu untuk memudahkan bagi masyarakat ketika ingin menyusun rencana pemeliharaan dan pengelolaannya. c. Kombinasi kegiatan teknis dan non teknis dapat dimanfaatkan secara sinergis dalam mencapai tujuan bersama. Penanaman, pengadaan air bersih, pemetaan, kerajinan tangan merupakan kegiatan teknis yang dapat menyeimbangkan kegiatan pengkayaan wawasan non teknis seperti dalam SLR dan penyusunan konsep RTRK. d. Berhadapan dengan masyarakat perlu ketegasan dan ‘tidak romantis’. Perlu ada sinergis yang baik dan contoh perilaku yang konsisten dari pendamping masyarakat pada kelompok masyarakat yang didampingi. e. Di tingkat tim kerja GCI RMI dan KEHATI perlu bersama-sama membangun kesepakatan mekanisme dan etika berkomunikasi, baik di tim maupun di lapangan masyarakat, serta tetap menjaga kepercayaan