Restorasi Habitat Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal

difasilitasi oleh Asep Suryana. Sayangnya peserta yang hadir hanya sedikit 10 orang, terdiri atas 6 laki-laki dan 4 perempuan sehingga SLR topic ini masih harus diulang dan dipertajam pada aspek membangun tata ruangnya. iii. Pada 20 Maret 2013 diadakan SLR topik ‘Restorasi dan Aspek Pemeliharaan Tanaman’ dengan narasumber Bapak Ismayadi Samsoedin, PhD Puslitbanghut dan Ibu Ika Urusan KKH BTNGHS. Pada SLR bulan Maret ini dihadiri oleh 28 peserta 18 laki-laki dan 10 perempuan. Kepala dan staf baru Resort Gn.Butak pun turut hadir sekaligus silaturahmi pada masyarakat Kp.Padajaya. Pada SLR ini membahas tentang pentingnya fungsi koridor, pemahaman tentang restorasi dan pemeliharaan tanaman pengetahuan tentang kompos dan mengidentifikasi bahan-bahan yang ada di Kp.Padajaya yang dapat dijadikan kompos. iv. SLR topik ‘Pemetaan Partisipatif dan Tata Ruang Kesepakatan’ diadakan pada 11 April 2013 yang dihadiri oleh 18 peserta 11 laki-laki dan 7 perempuan. Narasumber pada SLR kali ini yaitu Imam Hanafi JKPP-Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif dan Iwan Ridwan Urusan KK BTNGHS. Bapak Imam Hanafi menjelaskan mengenai latar belakang munculnya pemetaan partisipatif, pentingnya melakukan pemetaan dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemetaan partisipatif. Sedangkan Bapak Iwan lebih menjelaskan mengenai pola tata ruang kawasan Taman Nasional zonasi. v. Pada 16 Mei 2013 diadakan SLR dengan topic ‘Pembelajaran Dalam Membangun RTRK’ dengan narasumber Bapak Atim Haetami dan Ahmad Rizky dari Kp.Nyungcung Desa Malasari Kab.Bogor yang dihadiri oleh 38 peserta 16 laki-laki dan 22 perempuan. Masyarakat Kp.Nyungcung pada tahun 2003 telah memiliki pengalaman dalam membangun RTRK melalui konsep KDTK Kampung Dalam Tujuan Konservasi dengan difasilitasi oleh RMI dan pada tahun 2010 dibangun nota kesepakatan antara masyarakat dengan BTNGHS untuk mengelola lahan garapan di zona khusus. Pengalaman inilah yang dapat dijadikan pembelajaran bagi masyarakat Kp.Padajaya ketika akan membangun RTRK. Pembelajaran antar masyarakat petani seperti ini dirasakan cukup efektif dalam membangun pemahaman bersama dan rasa solidaritas. vi. Topik ‘Olah Limbah Kreatif’ disampaikan pada 6 Maret dan 10 April 2013 yang dihadiri oleh 21 peserta 7 laki-laki dan 14 perempuan. Bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan yaitu sampah plastik kemasan bekas kemasan kopi, mie, dll dan karung goni. Sampah plastic dibuat kerajinan antara lain bentuk dompet dan tas, sedangkan karung goni dibuat rompi dan tas. Narasumber untuk praktek yaitu Mulya dan Laode Saung Tinta. Bentuk kerajinan tangan seperti ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternative pendapatan masyarakat yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

4. Penguatan Ekonomi Lokal a. Pembangunan Sarana Air Bersih SAB

Sebagai persiapan dan mematangkan rencana, tim GCI melibatkan pakar sarana air bersih yang pernah aktif di WASPOLA Indonesia – Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning Pak Agus dan Edy. Dalam prosesnya, terdapat tiga tahapan yang perlu dicermati, yaitu tahap pra pembangunan SAB, tahap pelaksanaan pembangunan SAB dan tahap pasca pembangunan SAB. Berikut adalah keterangan tentang proses yang masih berjalan, yaitu tahap pra Pembangunan SAB. I. Pra Pembangunan SAB. Pada tahap ini diperlukan terlebih dahulu mengetahui lokasi mata air yang akan menjadi pusat aliran air. Dari hasil turun lapang bersama tim pakar, direkomendasikan mata air Cisaladah Rasamala-Gorowong sebagai sumber air masyarakat dengan debit air adalah 0,5 liter per detik. Pengukuran jarak dan berbeda tinggi yang melibatkan tim IPB dengan menggunakan teodolit dihasilkan jarak mata air ke pemukiman terdekat RT 01 sejauh 2.200 meter. Posisi mata air lebih rendah 11 m dari pemukiman terdekatnya RT 01, namun pada jarak 1.800 m dari sumber air, pemukiman berada 40 m lebih tinggi dari sumber mata air. Pada tahap pra pembangunan dilakukan rancang model pembangunan fisik maupun jalur pipa. Jalur pipa direncanakan akan melalui melalui jalan perkebunan teh Cianten. Hal ini diperlu ditindaklanjuti dengan proses diskusi ke pihak-pihak terkait. Untuk rancangan biaya pembangunan sarana air bersih, berdasarkan perhitungan Pak Edy pakar dibutuhkan biaya total sekitar Rp 278.260.500 yang diharapkan dari pihak donor Rp 242.537.000 dan masyarakat Rp 35.723.500. Hal lain yang perlu dirumuskan sebelum masuk ke tahap pembangunan adalah merumuskan aturan pengelolaan SAB, termasuk kelembagaan yang akan mengelolanya. Kesepakatan-kesepakatan diantara pengguna air sangat penting dilakukan untuk menjaga fungsi keberlanjutan SAB yang sudah dibangun.

3. Kegiatan Penunjang Lainnya

Pada tahap perencanaan terdapat usulan untuk membangun PSP Permanent Sample Plot seluas 1 ha di area koridor Halimun-Salak sebagai ‘scientific model’ sekaligus sumber bibit. Namun hingga berakhirnya periode program ini, kegiatan ini belum terealisasi. Pada 14 Juni 2013 diadakan diskusi di BTNGHS terkait dengan hasil investigasi pembalakan pohon di wilayah Garehong. Hadir dalam diskusi yaitu RMI, Kehati, dan perwakilan masyarakat Kp.Padajaya. Hal penting yang disepakati dalam diskusi bahwa perlu keterbukaan informasi semua dan antar pihak khususnya yang berada di wilayah koridor Halimun-Salak.