Kondisi Lingkungan Perairan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

12 faktor penangkapan. Stok yang dieksploitasi optimal, maka laju mortalitas penangkapan F sama dengan laju mortalitas alami M dan sama dengan 0.5.

2.8. Kondisi Lingkungan Perairan

Informasi mengenai lingkungan perairan penting untuk diketahui karena dapat menjelaskan hubungan antara spesies target dan lingkungannya. Parameter yang diukur pada umumnya adalah parameter yang diperkirakan berpengaruh langsung terhadap biologi, sebaran, dan kelimpahan ikan. Parameter perairan, yang diperlukan relatif mudah dan tidak memerlukan banyak biaya untuk diukur adalah suhu perairan King 1995. Perubahan suhu berpengaruh pada proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya. Peningkatan suhu juga dapat meningkatkan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme akuatik dan selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu 10°C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut Effendie 2002. Menurut Brown 1987 in Effendie 2002, peningkatan suhu sebesar 1°C akan meningkatkan kondisi oksigen sekitar 10. Kelarutan oksigen dan gas-gas berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar Effendie 2002.

2.9. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Sumberdaya ikan di laut adalah milik bersama common property dan setiap orang berhak memanfaatkannya open access sehingga akan menimbulkan persaingan pada proses penangkapan. Persaingan yang ada dapat dilihat dari para pelaku perikanan yang berusaha menangkap ikan sebanyak-banyaknya dengan menggunakan teknologi yang terus berkembang dan bukan tidak mungkin akan terjadi konflik antar pelaku perikanan apabila sumberdaya yang ada telah menipis. Sumberdaya perikanan sama seperti sumber daya pertambangan yaitu sama-sama mempunyai batasan, namun berbeda dengan sumber daya produk pertambangan 13 seperti minyak bumi, sumberdaya perikanan memiliki daya reproduksi atau bersifat dapat diperbaharui, sehingga apabila dikelola dengan baik maka akan dapat digunakan secara berkesinambungan. UU Perikanan No. 45 tahun 2009 pasal 2 menjelaskan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan Indonesia salah satunya dilakukan melalui asas pembangunan yang berkelanjutan, dimana pengelolaan perikanan yang dilakukan secara terencana dan mampu meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat dengan mengutamakan kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk masa kini dan masa yang akan datang. JICA 2009 juga menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan tanpa melakukan penangkapan sama sekali belum tentu dapat mengamankan stok sumberdaya ikan di lautan, akan tetapi dalam kondisi yang berkesinambungan dapat ditentukan banyaknya ikan yang boleh di tangkap potensi lestari sehingga kegiatan penangkapan dan kegiatan pencegahan dalam rangka mempertahankan volume sumberdaya alam di lautan dapat berlangsung secara berkesinambungan. 14

3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Lokasi pengambilan contoh ikan tembang adalah di TPI Muara Angke, Provinsi DKI Jakarta. Ikan contoh diperkirakan telah ditangkap dari perairan Teluk Jakarta Gambar 6. Pengambilan data primer dilakukan mulai dari bulan Februari sampai Maret 2010. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilaksanakan sampai berakhirnya penelitian. Gambar 6. Peta lokasi pengambilan contoh dan daerah penangkapan ikan tembang di Teluk Jakarta Daerah penangkapan ikan tembang Kepulauan Seribu TPI Muara Angke Sumber: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional BAKOSURTANAL tahun 2000 Perairan Teluk Jakarta