kalinya Asnawi 1992. Bentuknya bermacam-macam, tetapi tetap berkaitan dengan kepercayaan dan religi.
Menurut Kartiwa dan Martowikrido 1992, spesies tumbuh-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-beda menurut pengetahuan masyarakat
masing-masing di berbagai etnis atau daerah. Kemudian Kartiwa dan Martowikrido 1992 juga menyebutkan tumbuhan yang dipakai dalam upacara
adalah tumbuhan yang memiliki sejumlah ciri berikut: 1.
Sifat-sifat dari tumbuhan tertentu yang menjadi simbol sesuatu hal. 2.
Sifat dan nama tumbuhan yang diasosiasikan dengan kata-kata yang mengadung nilai baik.
3. Memiliki sifat-sifat yang berguna
4. Memiliki keindahan karena warna-warnanya
5. Tumbuhan yang digunakan sebagai pengharum dan zat pengawet.
2.3.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar
Pada dasarnya semua spesies tumbuhan berkayu atau yang berbentuk pohon dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Rahayu et al. 2007 menyebutkan
pada masyarakat lokal sekitar Kawasan Konservasi PT. Wira Karya Sakti Sungai Tapa Jambi mempunyai kriteria tertentu dalam memilih kayu, antara lain kayunya
“kering”, awet atau tidak cepat habis dan energi panas yang dihasilkan cukup tinggi. Hasil penelitian Djamalui 1998 menyebutkan suku Sougb di Manokwari
umumnya memilih kayu untuk kayu bakar adalah kayu yang memiliki sifat mudah terbakar, mudah dibelah, menghasilkan bara yang cepat, tidak cepat habis
terbakar, tidak berasap banyak, dan penghasil panas yang baik.
2.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan
Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajian merupakan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tali, anyaman, dan kerajinan.
Menurut Isdijoso 1992, tumbuhan yang termasuk dalam kelompok sumber bahan tali dan anyaman dianataranya adalah kapas Gossypium hirsutum L, kenaf
Hibiscus cannabinus L, rosella Hibiscus sabdariffa L, yute Chorcorus capsularis L, rami C. olitorius L, abaca Musa textilis L, dan sisal Agave
sisalana Perr dan Agave cantula Roxb.
2.4 Cagar Alam
Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami UU No 5 Tahun 1990. Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990, kawasan
yang termasuk ke dalam kawasan suaka alam mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragam tumbuhan dan satwa, beserta ekosistemnya,
selain itu kawasan ini juga berfungsi sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.
Adapun kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan cagar alam menurut Ditjen PHKA 2009:
1. Mempunyai keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa dan tipe
ekosistem; 2.
Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya; 3.
Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia;
4. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis secara alami;
5. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem
yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau 6.
Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka atau yang keberadaannya terancam punah.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan cagar alam adalah kegiatan yang bermanfaat untuk UU No 5 Tahun 1990:
1. Penelitian dan pengembangan
2. Ilmu pengetahuan
3. Pendidikan
4. Kegiatan penunjang budidaya