bambu yang disebut parukuyan. Kemudian setelah itu ditanamlah tetengger atau sejumput benih di sawah yang akan ditanami atau memotong sedikit padi di
sawah yang akan dipanen sebagai tanda dimulainya penanaman atau pemanenan.
Gambar 19 Hanjuang Cordyline fruticosa yang ditancapkan di pembenihan padi
Pelengkap dalam upacara adat ini bermacam-macam diantaranya berupa bubur merah-putih, rujak kelapa, kopi, minyak kelapa, dan tantang angin yakni
semacam ketupat yang terbuat dari daun bambu tali
Gigantochloa apus
atau bambu gombong
Gigantochloa verticillata
berbentuk segitiga. Setelah upacara mitembian
ini selesai barulah kegiatan penebaran benih padi, penanaman, atau pemanenan dapat dilaksanakan.
2. Rengkong
Rengkong merupakan rangkaian upacara adat yang dilaksanakan saat
pemanenan padi. Pada upacara rengkong biasanya ditampilkan kesenian tarawangsa
yakni semacam kacapi cianjuran atau kesenian musik khas Cianjur. Bahkan pada jaman dahulu biasanya ada kesenian yang disebut sandiwara yakni
semacam pementasan wayang orang. Namun saat ini kesenian sandiwara dan tarawangsa
ini jarang ditampilkan karena rengkong juga sudah jarang dilakukan. Saat ini masyarakat biasanya hanya melakukan upacara mitembian jika akan
melakukan panen padi.
3. Upacara
tutup taun
Upacara tutup taun
dilakukan setelah selesai panen padi. Biasanya dilakukan dengan berdoa bersama di rumah warga yang panen. Upacara ini
dilakukan dengan memotong tumpeng dan makan bersama. Biasanya upacara ini dilakukan oleh warga yang memiliki hasil panen cukup besar, sehingga dengan
kata lain upacara tutup taun ini merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas melimpahnya hasil panen. Selain itu upacara ini juga
mengandung makna berbagi dengan sesama yang ditandai dengan adanya kegiatan makan bersama.
Pada masyarakat Padepokan Girijaya di sekitar Gunung Salak, upacara seperti ini dinamakan seren taun Mirmanto et al 2008. Perbedaannya adalah
dalam upacara seren taun terdapat serangkaian ritual lain selain dari makan bersama dan dilakukan secara bersama oleh masyarakatnya. Namun pada intinya
kedua tradisi ini memiliki fungsi yang sama sebagai ungkapan rasa syukur atas
rejeki yang mereka peroleh. 4.
Ngaelepkeun
Ngaelepkeun merupakan adat dalam tata cara penyimpanan padi hasil
panen yang dilakukan oleh orang tertentu seperti sesepuh atau dukun. Ngaelepkeun
tidak bisa dilakukan pada sembarang hari tetapi pada hari-hari tertentu tergantung hari lahir pemilik padi. Ngaelepkeun dilakukan apabila hendak
menyimpan padi hasil panen ke lumbung padi yang disebut leuit dan goah. Leuit merupakan bangunan kecil tempat menyimpan padi yang terpisah dari rumah,
sedangkan goah merupakan ruangan tempat menyimpan padi yang terletak di dalam rumah.
Dalam upacara ngaelepkeun, padi yang telah diikat digedeng terbagi ke dalam beberapa macam. Ada gedengan biasa dan gedengan pokok yang terdiri
dari indung, ikat, ampar kasur, capit hurang, dan panutup. Sebagian besar padi diikat berupa gedengan biasa, sedangkan untuk gedengan pokok hanya sebagian
kecil saja. Makna dari gedengan pokok ini diibaratkan sebagai penjaga lumbung padi agar tidak mengalami gangguan apapun.
Gambar 20 Indung, lima ikatan padi kecil digabung jadi satu