Tumbuhan penghasil pangan Sistem Pengetahuan Tradisional

minuman bagi konsumsi manusia UU No 7 Tahun 1996. Pangan yang bersumber dari tumbuhan dapat berupa buah-buahan, sayuran, dan makanan pokok. Siswoyo et al. 2004 menyebutkan bagian tumbuhan yang digunakan adalah buah, daun, umbut, batang, bunga, biji, getah, dan tubuh buah untuk jamur. 2.3.2 Tumbuhan obat Rostiana et al. 1990 menyatakan bahwa tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang penggunaan utamanya untuk keperluan obat-obatan dan belum dibudidayakan. Obat-obatan dalam konteks ini meliputi obat tradisional yang daya penyembuhannya belum dapat dibuktikan secara medis, obat fitoterapi, serta obat modern yang secara medis sudah diakui daya penyembuhannya. Menurut Zuhud dan Haryanto 1990, jumlah tumbuhan obat yang dijadikan obat tradisional mencapai 10.000 spesies dan 74 dari tumbuhan tersebut tumbuh liar di hutan. Dalam Sutarjadi 1992 disebutkan kegiatan pemanfaatan tumbuhan sebagai sumber obat telah dilakukan sejak dulu oleh berbagai suku di seluruh Indonesia. Pengetahuan tentang kegiatan pemanfaatan tumbuhan obat antar suku memiliki perbedaan sesuai adat dan budayanya masing- masing karena memiliki ekologi yang berbeda serta keragaman spesies tumbuhan yang digunakan oleh masing- masing suku juga berbeda.

2.3.3 Tumbuhan penghasil zat warna

Zat pewarna alam adalah zat warna yang dipoleh dari alam seperti binatang, mineral-mineral dan tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung Sutara 2009. Tumbuhan penghasil zat warna adalah tumbuhan yang memiliki sejumlah kecil zat kimia tertentu dalam jaringannya yang merupakan kandungan bahan pewarna nabati yang dapat diekstrak melalui proses fermentasi, direbus, atau secara kimiawi Arafah 2005. Menurut Sutara 2009 bagian- bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk zat pewarna alam adalah kulit kayu, batang, daun, akar, bunga, biji dan getah. Setiap tanaman dapat merupakan sumber zat warna alam karena mengandung pigmen alam.

2.3.4 Tumbuhan penghasil pakan ternak

Tumbuhan pakan ternak merupakan tumbuhan yang dijadikan sebagai makanan bagi hewan ternak. Temu 1992 menyebutkan spesies-spesies tumbuhan yang sering digunakan yang sering dijadikan pakan ternak diantaranya adalah daun lamtoro, gamal, reo, kelapa, beringin, mengkudu, kapas, dan kemiri. 2.3.5 Tumbuhan hias Tumbuhan hias adalah tumbuhan yang dipergunakan sebagai dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan Dunia Tanaman 2009. Tanaman adalah tumbuhan yang telah dibudidayakan. Tanaman hias memiliki berbagai macam spesies mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi. 2.3.6 Tumbuhan aromatik Tumbuhan aromatik juga dikenal dengan sebutan tumbuhan penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki ciri mempunyai bau dan aroma yang khas. Biasanya berfungsi sebagai pewangi, pemberi rasa, dan lainnya Arafah 2005. Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas ekspor non migas yang dibutuhkan diberbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika, industri farmasiobat-obatan, industri makanan dan minuman.

2.3.7 Tumbuhan untuk mengatasi hama pestisida nabati

Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas Lestari 2005. Jenis pestisida ini mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia maupun ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Lestari 2005 menyatakan bahwa tumbuhan untuk mengatasi hama atau penghasil pestisida nabati biasanya mempunyai senyawa kimia yang dapat digunakan untuk organisme pengganggu tumbuhan, baik berupa hama dan penyakit tumbuhan maupun tumbuhan pengganggu gulma.

2.3.8 Tumbuhan untuk kegunaan adat

Diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat, ada yang bersifat spiritual, magis, dan ritual Kartiwa Martowikrido 1992. Hal ini terlihat dari banyaknya spesies tumbuhan yang digunakan dalam upacara- upacara adat. Upacara adat merupakan sebuah upacara yang dilaksanakan secara turun-temurun, yang tidak diketahui siapa yang melaksanakan untuk pertama