4.2. METODE PENGUKURAN PARAMETER - PARAMETER STANDARISASI
Pada dasarnya standarisasi meliputi tiga bidang yaitu botani, fisiko-kimia dan farmakologi. Botani dan fisiko-kimia pada prakteknya merupakan pengujian untuk identitas simplisia dan
pengujian terhadap mutu dan kualitasnya. Uji farmakologi dipersyaratkan untuk obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Pengujian untuk identitas dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
simplisia yang diuji benar- benar merupakan simplisia yang diinginkan sedangkan pengujian terhadap kualitas dimaksudkan untuk mengontrol apabila terhadap kerusakan simplisia
tersebut. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa metode pengukuran parameter standarisasi.
a. Organoleptik
Pengujian organoleptik meliputi pengujian morfologi yaitu bentuk dan warna disertai bau dan rasa. Pengujian ini dapat dilakukan langsung oleh penguji dengan cepat dan
sederhana.
b. Makroskopik
Pengujian ini pada umumnya dilakukan dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia.
c. Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan dan serbuk dan meliputi pemeriksaan terhadap kandungan sel masing-masing jaringan dan
pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri. Untuk dapat melihat kandungan sel dapat langsung di bawah mikroskop atau setelah dilakukan pewarnaan. Pemeriksaan anatomi
jaringan dapat dilakukan setelah dilakukan penetesan pelarut tertentu seperti kloral hidrat untuk menghilangkan kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga akan dapat
terlihat jelas di bawah mikroskop.
Buku Ajar Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana Pemeriksaan mutu
Identifikasi Analisis Bahan
Kemurnian
Organoleptik. Makroskopik,mikros
kopik, biologi, fisika, kimiawi
Penetapan: macam kandungan aktif
Kadar kandungan aktif standarisasi
Metabolit primer Metabolit sekunder
27
d. Fluoresensi
Bahan-bahan tertentu daapt diperiksa dalam bentuk potongan tipis di bawah sinar UV dengan panjang gelombang 350-366 nm dan akan memberikan fluoresensi yang spesifik.
Misalnya akar kelembak Rheum officinale berfluoresensi kecoklatan, sedangkan kelembak Rheum rhaponticum berfluoresensi ungu. Uji Fluoresensi ini dapat dilakukan
terhadap ekstrak, atau larutan yang dibuat dari simplisia
e. Kelarutan
Pengujian kelarutan dilakukan terutama untuk simplisia yang berupa eksudat tanaman. Misalnya gom arab seluruhnya larut dalam air dingin.
f. Reaksi Warna, Pengendapan dan reaksi lain
Reaksi warna dapat dilakukan terhadap simplisia yang telah diserbuk atau ekstraknya. Reaksi pengendapan harus dilakukan terhadap ekstrak simplisia dan larutan atau ekstrak
yang diuji harus jernih. Selain rekasi warna warna dan pengendapan terdapat reaksi tau metode lain sejenis yang dapat digunakan untuk standarisasi. Salah satunya
mikrosublimasi yang digunakan untuk memisahkan konstituen mudah menguap dalam bentuk kristal yang selanjutnya dapat diuji titik lebur dan reaksi warnanya.
g. Kromatografi