Hubungan Keterbukaan Ekonomi Penelitian Sebelumnya

19

2.4 Hubungan Keterbukaan Ekonomi

Openness of the Economy dan Degradasi Lingkungan Ada beberapa indikator yang menunjukan tingkat keterbukaan suatu perekonomian atau Openness of the Economy yaitu perdagangan, tingkat suku bunga dalam Negeri, International risk sharing, dan rasio investasi terhadap tabungan domestik. Keterbukaan ekonomi dapat dijelaskan dengan penjumlahan nilai ekspor dan impor. Perdagangan internasional memiliki sejumlah argumen yang mendukung serta menolaknya, dengan beragam alasan yang mendasarinya. Namun argumen yang mendukung dan menolaknya tidak ada yang memiliki kebenaran absolut. Manfaat yang diperoleh suatu Negara dengan adanya perdagangan Internasional bergantung pada struktur perekonomian Negara itu sendiri. Keterbukaan ekonomi dapat memiliki hubungan positif maupun negatif dengan degradasi lingkugan. Kahuthu 2006 menemukan adanya pengaruh positif keterbukaaan ekonomi dalam menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan. Namun, keterbukaan ekonomi bisa saja berpengaruh negatif terhadap degradasi lingkungan apabila terdapat transfer informasi teknologi dari dunia global ke dalam suatu perekonomian sehingga dapat melakukan kegiatan produksi dengan lebih efisien.

2.5 Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini akan menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan melalui variabel gas CO 2 dan beberapa komponen gas rumah kaca GRK yang merepresentasikan indikator lingkungan. Berbagai 20 penelitian tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan telah banyak dilakukan dan didapatkan hasil yang beragam. Grossman dan Krueger 1995 melakukan penelitian tentang hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kualitas lingkungan. Mereka menggunakan GDP per kapita sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan menggunakan polusi udara perkotaan, oksigen pada aliran sungai, dan kontaminasi aliran air sungai oleh logam berat sebagai indikator lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan reduce-form untuk melihat hubungan pertumbuhan ekonomi dengan indikator lingkungan yang telah ditetapkan. Data diperoleh dari 287 titik sungai pada 58 negara tahun 1979 sampai dengan tahun 1990. Penelitian telah memberikan dukungan untuk model EKC. Untuk kebanyakan indikator, pertumbuhan ekonomi membawa tahap awal kerusakan diikuti oleh fase berikutnya perbaikan. Titik balik untuk polutan yang berbeda bervariasi, tetapi dalam banyak kasus didapatkan Negara mencapai titik balik pada tingkat pendapatan perkapita sebesar 8.000 dollar. Kahuthu 2006 melakukan penelitian untuk mengetahui dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kerusakan lingkungan yang dilihat melalui gas CO 2 dan luas hutan. Data yang digunakan adalah data panel yang terdiri dari 84 Negara dari berbagai level pertumbuhan selama tahun 1960-2000. Model yang digunakan adalah model kuadratik yang diestimasi menggunakan fixed effect model. Penelitian ini menghasilkan dukungan terhadap EKC model dimana terdapat hubungan berbentuk kurva-U terbalik antara pertumbuhan ekonomi dengan kerusakan lingkungan. Hasil dari pengulangan estimasi setelah melakukan modifikasi pada model dengan menambahkan variabel keterbukaan ekonomi 21 menyebutkan bahwa jika suatu Negara semakin terintegrasi memiliki tingkat keterbukaan ekonomi yang lebih tinggi maka akan semakin tinggi tingkat emisi yang dihasilkan dan semakin tinggi titik puncak yang harus dicapai agar kemudian pertumbuhan ekonomi mengarah pada pengurangan emisi dan kerusakan lingkungan. Choi et al. 2010 melakukan penelitian akan hubungan emisi CO 2 dengan pertumbuhan ekonomi dan keterbukaan ekonomi pada negara Korea, Cina, dan Jepang untuk tahun 1971-2006. Melalui proses estimasi yang dilakukan menggunakan metode OLS. Hasil yang didapat untuk studi kasus Negara Korea tidak sejalan dengan konsep EKC yang menyebutkan bahwa hubungan pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan akan membentuk kurva-U terbalik. Untuk Negara Cina, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan emisi CO 2 membentuk kurva-N. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan secara berkesinambungan karena pada titik balik kedua, pertumbuhan ekonomi akan kembali memberikan dampak negatif bagi kualitas lingkungan di Cina. Sedangkan untuk kasus negara Jepang, penelitian mengarah pada kurva-N terbalik dalam menggambarkan pola hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan emisi CO 2 . Meskipun untuk kasus negara Jepang pada akhirnya peningkatan ekonomi dapat memberikan perbaikan kualitas lingkungan yang ditinjau melaui emisi CO 2 dalam penelitian ini, namun model hubungan yang ditemukan berbeda dengan EKC model yang berbentuk kurva-U terbalik. Hutabarat 2000 melakukan penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan model Fixed Effect Model FEM dengan metode Fixed Effect 22 Model Fixed Cross Section yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel PDB sektor industri terhadap kualitas lingkungan yang ditinjau melalui emisi Sulfur dan emisi CO 2 di lima negara ASEAN selama 21 tahun. Dari penelitian tersebut, ditemukan hubungan yang membentuk fungsi kubik untuk kasus emisi surfur dan emisi CO 2 . Akpan dan Chuku 2011 melakukan penelitian mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan untuk studi kasus negara Nigeria. Mereka menggunakan data tahun 1960 sampai dengan tahun 2008 dengan GDP per kapita sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan CO 2 sebagai indikator degradasi lingkungan. Model ARDL digunakan untu melihat hubungan antara keduanya. Akpan dan Chuku 2011 juga turut memasukan tingkat keterbukaan ekonomi openness ratio sebagai variabel lain yang turut mempengaruhi degradasi lingungan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa untuk studi kasus negara Nigeria, pertumbuhan ekonomi berasosiasi dengan peningkatan degradasi lingkungan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hubungan kurva-N terbalik sebagai hasil penelitian tidak memberikan dukungan terhadap EKC model. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penambahan indikator lingkungan CH 4 dan N 2 O sebagai emisi komponen gas rumah kaca diharapkan dapat memberikan pengaruh yang lebih spesifik akan pertumbuhan ekonomi terhadap degradasi lingkungan. Penambahan indikator keterbukaan ekonomi dilakukan kembali untuk menangkap pengaruh tingkat keterbukaan ekonomi. Berbeda dengan Choi et,al 2010, penelitian ini menggunakan cross 23 section dan time series yang lebih banyak. Meskipun tidak sebanyak Kahutu 2006, namun indikator lingkungan yang digunakan lebih banyak dengan time series yang lebih up to date.

2.6. Kerangka Pemikiran