45
4.3. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara
Low Income 1981-2008
Kelompok negara low income memiliki tingkat GDP per kapita terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara high income dan low income. Trend
pertumbuhan GDP per kapita untuk masing-masing negara low income bervariasi
dengan tingkat fluktuas yang relatif tinggi.
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Low Income, 1981-2008
Berdasarkan Gambar 4.3, ada beberapa negara low income yang memiliki total pertumbuhan GDP per kapita yang bernilai negatif yaitu Zimbabwe, Liberia,
dan Comoros. Penurunan GDP per kapita terbesar sepanjang tahun 1981-2008 dialami oleh Liberia dengan total penurunan GDP per kapita sebesar minus tujuh
puluh persen. Negara Malawi, Uganda, dan Comoros mengalami pertumbuhan GDP total yang bernilai positif sepanjang tahun 1981-2008. Uganda merupakan
negara kelompok low income yang mengalami total pertumbuhan GDP per kapita tertinggi.
100 200
300 400
500 600
700 800
GDP per
Kapita US
Malawi Uganda
Comoros Liberia
Zimbabwe
46
4.4. Laju Pertumbuhan Emisi Gas Rumah Kaca CO
2
4.4.1 Laju Pertumbuhan CO
2
Negara High Income 1981-2008
Negara high income merupakan negara maju yang telah melewati beberapa fase pertumbuhan ekonomi termasuk industrialisasi. Kontribusi negara high
income terhadap emisi gas CO
2
tidak diragukan lagi. Karena CO
2
merupakan limbah kegiatan produksi untuk mendongkrak perekonomian mereka di masa
lampau. Gambar 4.4 adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CO
2
sepanjanga tahun 1981-2008:
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.4. Laju Pertumbuhan CO
2
Negara High Income, 1981-2008 Berdasarkan Gambar 4.4, penyumbang emisi gas CO
2
tertinggi untuk golongan Negara high income adalah Amerika Serikat dengan emisi CO
2
berkisar antara empat juta kilo ton sampai lima juta kilo ton CO
2
. Negara high income kedua tertinggi setelah Amerika Serikat adalah Jepang yang berkisar antara 900
ribu sampai satu juta kilo ton per tahun. Tingkat pertumbuhan emisi CO
2
per tahun untuk negara maju terbilang cukup rendah, yakni 0,5 persen per tahun.
1000000 2000000
3000000 4000000
5000000 6000000
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
CO2 kilotonne
Inggris Amerika
Serikat Jepang
Italia Perancis
47
4.4.2. Laju Pertumbuhan CO
2
Negara Middle Income 1981-2008
Dalam beberapa forum lingkungan tingkat dunia dan pendapat terkait pemanasan dunia, negara berkembang dengan pendapatan menengah sering kali
menjadi terdakwa atas mengingkatknya emisi gas CO
2
ke atmosfer bumi. CO
2
aktif membentuk skema rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Berikut ini adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CO
2
sepanjang tahun
1981-2008 untuk negara middle income.
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.5. Laju Pertumbuhan CO
2
Negara Middle Income, 1981-2008 Berdasarkan Gambar 4.5, untuk semua negara middle income selain India
dan Cina, petumbuhan CO
2
tidak lebih dari satu juta kilo ton sepanjang tahun 1981-2008. Perbedaan yang sangat signifikan terlihat dari negara Cina dan India
yang memiliki tingkat pencemaran CO
2
jauh di atas negara lainnya. Cina dan India adalah negara yang sedang gencar melakukan industrialisasi untuk mengejar
pertumbuhan ekonomi mereka. India hampir menembus angka dua juta kilo ton emisi CO
2
sedangkan Cina tujuh juta kilo ton pada tahun 2008.
1000000 2000000
3000000 4000000
5000000 6000000
7000000 8000000
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
Afrika Selatan
Argentina Malaysia
Cina Brazil
Nigeria Tonga
India Indonesia
Philipina
48
4.4.3. Laju Pertumbuhan CO
2
Negara Low Income 1981-2008
Negara low income merupakan dengan tingkat pendapatan terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara lainnya. Perekonomian yang bertumpu
pada pemanfaatan sumberdaya alam secara sederhana tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap jumlah emisi gas CO
2
yang dihasilkan.
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.6. Laju Pertumbuhan CO
2
Negara Low Income, 1981-2008 Berdasarkan Gambar 4.6, terdapat perbedaan yang signifikan antara
Zimbabwe dengan negara low income lainnya. Antara 1981-1994 Zimbabwe mengalami peningkatan emisi CO
2
rata-rata lima persen per tahun hingga pada akhirnya mengalami penurunan sampai dengan tahun 2008. Meskipun secara
keseluruhan Zimbabwe mengalami penurunan hingga titik 9075,825 kilo ton emisi CO
2
namun emisi CO
2
yang dihasilkan masi jauh melampaui negara low income
lainnya yang tidak melebihi titik 4.000 kilo ton CO
2
.
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
18000 20000
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
CO2 kilotonne
malawi Uganda
Comoros Liberia
Zimbabwe
49
4.4.4. Laju Pertumbuhan CH
4
Negara High Income 1981-2008
Sebagai sebuah negara yang berhasil mengakselerasi perekonomian melalui proses industrialisasi yang dilakukan di masa sebelumnya, negara high
income merupakan kelompok konsumen bahan bakar fosil dengan jumlah yang
sangat besar. Namun, negara high income bukan merupakan negara emitor gas CO
2
terbesar.
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.7. Laju Pertumbuhan CH
4
Negara High Income, 1981-2008 Berdasarkan Gambar 4.7, sama seperti pada kasus emis CH
4
, pada kelompok negara high income hanya Amerika yang menunjukan perbedaan
signifikan dalam jumlah emisi yang dihasilkan. Emisi gas CH
4
yang dihasilkan Amerika jauh melebihi negara high income lainnya meskipun secara keseluruhan
mengalami penurunan. Untuk negara high income lainnya memiliki kisaran CH
4
yang tidak begitu berbeda sepanjang tahun 1981-2008, yakni berkisar antara 2.090 kilo ton CH
4
sampai dengan 5.110 kilo ton. Keseluruhan pertumbuhan emisi CH
4
Negara high income tahun 1981-2008 bernilai negatif, yakni minus 0,7 persen
0.00E+00 5.00E+03
1.00E+04 1.50E+04
2.00E+04 2.50E+04
3.00E+04 3.50E+04
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
CH4 kilotonne
Inggris Amerika
Serikat Jepang
Italia Perancis
50 rata-rata per tahun. Dengan kata lain secara keseluruhan emisi CH
4
pada negara high income
sepanjang tahun 1981-2008 mengalami penurunan.
4.4.5. Laju Pertumbuhan CH
4
Negara Middle Income 1981-2008
Negara middle income merupakan negara berkembang yang sedang mengalami industrialisi. Pergeseran dari sektor pertanian ke industri merupakan
tahapan proses pembangunan yang harus dilewati kelompok Negara ini dalam menjalankan pembangunan ekonomi. Emisi gas CH
4
yang dihasilkan akibat oksidasi tidak sempurna dari barang organik banyak ditemukan pada lahan
gambut dan area persawahan. Negara middle income merupakan kelompok negara yang aktif menyumbangkan emisi gas CH
4
ke udara. Gambar 4.8 adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CH
4
sepanjang tahun 1981-2008.
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.8. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Middle Income, 1981-2008
0.00E+00 1.00E+04
2.00E+04 3.00E+04
4.00E+04 5.00E+04
6.00E+04 7.00E+04
8.00E+04
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
CH4 kilotonne
Cina Brazil
India Indonesia
Philipina Argentina
Afrika Selatan
Malaysia Tonga
Nigeria
51 Berdasarkan Gambar 4.8, untuk kelompok negara middle income emitor
CH
4
tertinggi diraih oleh Cina, kemudian disusul oleh India dan Brazil. Emisi CH
4
yang dihasilkan negara Brazil, India, dan Indonesia banyak berasal dari kotoran hewan, rawa, lahan gambut maupun area pesawahan terbuka yang membutuhkan
banyak konsumsi air. Sedangkan untuk negara Cina banyak berasal dari pembusukan limbah. Indonesia menempati urutan ke empat dengan pergerakan
kurva emisi CH
4
yang sangat fluktuatif apabila dibandingkan dengan negara lain dalam kelompok negara middle income. pada tahun 1998 jumlah emisi CH
4
yang dihasilkan Indonesia melebihi empat juta kilo ton dan kemudian kembali turun
secara drastis. Rata-rata pertumbuhan emisi CH
4
Brazil adalah 1,8 persen per tahun, sedangkan untuk Negara India dan Brazil sekitar satu persen rata-rata per
tahun.
4.4.6. Laju Pertumbuhan CH
4
Negara Low Income 1981-2008
Negara low income merupakan dengan tingkat pendapatan terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara lainnya. Meskipun pertanian dan
peternakan merupakan motor penggerak perekonomian negara low income, namun emisi CH
4
yang dihasilkan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan Negara middle income.
Dan Gambar 4.8 adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CH
4
sepanjanga tahun 1981-2008.
52
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.9. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Low Income, 1981-2008
Berdasarkan Gambar 4.9, pada kelompok negara low income Uganda merupakan negara emitor terbesar emisi CH
4
. Emisi gas CH
4
yang dihasilkan Uganda jauh melebihi negara low income lainnya. Urutan nomor dua sebagai
emitor CH
4
terbesar dalam golongan negara low income ditempati oleh Zimbabwe yang kemudian disusul oleh Malawi dan Liberia. Sedangkan Comoros merupakan
Negara emitor terkecil dalam golongan Negara low income. Pertumbuhan CH
4
Uganda pada tahun 1981-2008 hampir mengalami peningkatan dua kali lipat, yakni sebesar 95 persen. Namun, untuk negara low income lainnya pertumbuhan
yang terjadi tidak sebesar Uganda, hanya berada pada kisaran 50 persen.
4.4.7. Laju Pertumbuhan N
2
O Negara High Income 1981-2008
Nitrogen oksida banyak dihasilkan dari sisa pembakaran dan penggunaan pupuk N secara berlebiha. Mekipun Negara high income bukan merupakan negara
0.00E+00 2.00E+02
4.00E+02 6.00E+02
8.00E+02 1.00E+03
1.20E+03 1.40E+03
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
CH4 kilotonne
Malawi Uganda
Comoros Liberia
Zimbabwe
53 yang berbasiskan sektor pertanian, namun Negara high income memiliki
kontribusi yang tidak sedikit terhadap pertumbuhan emisi gas N
2
O di udara. Berikut ini adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas N
2
O sepanjang tahun
1981-2008:
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.10. Laju Pertumbuhan N
2
O Negara High Income, 1981-2008 Berdasarkan Gambar 4.10, penyumbang emisi gas N
2
O tertinggi untuk golongan negara high income adalah Amerika Serikat dengan emisi N
2
O berkisar antara satu juta kilo ton sampai satu koma dua juta kilo ton N
2
O. Angka tersebut jauh diatas tingkat emisi N
2
O negara high income lainnya sepanjang tahun 1981- 2008 yang tidak melebihi 230 kilo ton N
2
O. Tingkat pertumbuhan emisi N
2
O tahun 1981-2008 bernilai negatif. Terjadi penurunan N
2
O untuk semua negara high income
disepanjang tahun 1981-2008.
0.00E+00 2.00E+02
4.00E+02 6.00E+02
8.00E+02 1.00E+03
1.20E+03 1.40E+03
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
N2O kilotonne
Inggris Amerika
Serikat Jepang
Italia Perancis
54
4.4.8. Laju Pertumbuhan N
2
O Negara Middle Income 1981-2008
Nitrogen Oksida yang sebagian besar berasal pembakaran dan pemberian pupuk N berlebihan pada sektor pertanian. Sebagai negara dengan kontribusi
pertanian yang besar seharusnya negara middle income memiliki kontribusi yang besar terhadap emisi gas N
2
O di udara. Berikut ini adalah grafiknya sepanjang
tahun 1981-2008:
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.11. Laju Pertumbuhan N
2
O Negara Middle Income, 1981-2008 Berdasarkan Gambar 4.11, untuk kelompok negara middle income emitor
N
2
O tertinggi adalah Cina, kemudian disusul oleh India dan Brazil. Indonesia menempati urutan ke empat dengan pergerakan kurva emisi N
2
O yang sangat fluktuatif apabila dibandingkan dengan negara lain dalam kelompok Negara
middle income. Pertumbuhan emisi N
2
O sepanjang tahun 1981-2008 untuk negara middle income
terlihat serupa dengan pola yang ditampilkan untuk emisi CH
4
negara middle income.
0.00E+00 2.00E+02
4.00E+02 6.00E+02
8.00E+02 1.00E+03
1.20E+03 1.40E+03
1.60E+03 1.80E+03
2.00E+03
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
N2O kilotonne
Cina Brazil
India Indonesia
Pilipina Argentina
Afrika Selatan
Malaysia Tonga
Nigeria
55
4.4.9. Laju Pertumbuhan N
2
O Negara Low Income 1981-2008
Secara keseluruhan negara low income memiliki laju pertumbuhan N
2
O yang berbeda untuk setiap negara. Gambar 4.12 menunjukan laju pertumbuhan
emisi gas N
2
O sepanjang tahun 1981-2008.
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.12. Laju Pertumbuhan N2O Negara Low Income, 1981-2008
Berdasarkan Gambar 4.12, pada kelompok negara low income Uganda merupakan negara emitor terbesar emisi N
2
O. Emisi gas N
2
O yang dihasilkan Uganda melebihi negara low income lainnya. Terdapat lonjakan emisi N
2
O pada tahun 2007 sebesar 155 persen namun kembali turun sebesar 30 persen pada tahun
2008. Urutan nomor dua sebagai emitor N
2
O terbesar dalam golongan Negara low income
ditempati oleh Zimbabwe yang kemudian disusul oleh Malawi dan Liberia. Sedangkan Comoros merupakan negara emitor terkecil dalam golongan
negara low income, serupa dengan pola yang ditampilkan untuk emisi CH4. Pertumbuhan N
2
O Uganda pada tahun 1981-2008 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat, yakni sebesar 149 persen. Namun, untuk negara low income
0.00E+00 1.00E+01
2.00E+01 3.00E+01
4.00E+01 5.00E+01
6.00E+01 7.00E+01
8.00E+01 9.00E+01
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
N2O kilotonne
Uganda Comoros
Liberia Zimbabwe
Malawi
56 lainnya pertumbuhan yang terjadi tidak sebesar Uganda, hanya berada pada
kisaran empat persen.
4.5. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara
High Income 1981-2008
Secara keseluruhan persentase perdagangan terhadap GDP untuk negara high income
relatif lebih kecil dari kelompok negara lain. Hal tersebut mengindikaskan bahwa kontribusi perdagangan terhadap GDP untuk negara high
income lebih kecil jika dibandingkan dengan negara lain. Gambar 4.13 adalah laju
tingkat keterbukaan ekonomi negara high income yang dilihat melalui penjumlahan kontribusi ekspor maupun impor terhadap GDP.
Sumber: World Development Indicator, diolah Gambar 4.13. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara High Income, 1981-
2008 Berdasarkan Gambar 4.13, tingkat keterbukaan ekonomi yang ditentukan
oleh share perdagangan terhadap GDP menunjukan angka yang fluktuatif. Namun dapat dilihat melalui Gambar 4.13, secara keseluruhan negara yang memiliki
10 20
30 40
50 60
70
1981 1983
1985 1987
1989 1991
1993 1995
1997 1999
2001 2003
2005 2007
TradeGDP persen
Amerika Serikat
Inggris Jepang
Italia Perancis
57 tingkat keterbukaan ekonomi tertinggi untuk kelompok negara high income adalah
Inggris. Share rata-rata perdangan terhadap GDP negara Inggris adalah 53,7 persen. Negara dengan tingkat keterbukaan ekonomi kedua dan ketiga adalah
Perancis dengan Share perdagangan terhadap GDP rata-rata sebesar 48,1 persen dan Italia dengan share perdagangan terhadap GDP rata-rata sebesar 45 persen.
Jepang dan Amerika menempati posisi keempat dan kelima dengan selisih persentase rata-rata hanya 0,01 persen. Share perdagangan terhadap GDP rata-rata
yang dimiliki Jepang adalah 22,35 persen, sedangkan share perdagangan terhadap GDP rata-rata Amerika adala 22,35 persen.
4.6. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara