kepemimpinan yang berbeda dalam situasi yang berbeda, jadi tidak tergantung pada satu pendekatan untuk semua situasi. Dalam menerapkan teori
kepemimpinan situasional, pemimpin harus didasarkan pada hasil analisis terhadap situasi yang dihadapi pada suatu saat tertentu dan mengidentifikasikan
kondisi anggota atau anak buah yang dipimpinnya. Kondisi bawahan merupakan faktor yang penting pada kepemimpinan situasional karena bawahan selain
sebagai individu mereka juga merupakan kelompok yang kenyataannya dapat menentukan kekuatan pribadi yang dipunyai pemimpin. Beberapa model
kepemimpinan situasional yaitu sebagai berikut:
1. Gaya Kepemimpinan Kontingensi Contingency Leadership Style Menurut
Fred E. Fielder.
Teori ini tidak membahas gaya kepemimpinan apa yang paling baik dan gaya kepemimpinan apa yang tidak baik, tetapi teori ini mengemukakan
bagaimana tindakan seorang pemimpin dalam situasi tertentu perilaku kepemimpinannya yang efektif. Teori ini juga tidak membahas gaya dan perilaku
yang berpola tetapi membahas perilaku yang berdasarkan situasi. Artinya, pemimpin dalam memperagakan kepemimpinannya tidak berpedoman pada salah
satu pola perilaku dari waktu ke waktu melainkan didasarkan pada analisis pemimpin setelah ia mempelajari situasi tertentu, lalu melakukan pendekatan yang
tepat. Gaya kepemimpinan ini mengemukakan tiga indikator utama yang
menentukan suatu situasi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi pemimpin Rivai, 2006:71, yaitu:
a. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan.
Hubungan antara pemimpin dan bawahan dapat ditunjukkan dengan adanya komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan bawahan.
b. Struktur tugas dalam arti sampai sejauh mana tugas-tugas yang harus
dilaksanakan itu terstruktur atau tidak dan apakah disertai oleh prosedur yang tegas dan jelas atau tidak.
c. Kedudukan posisi kewenangan pemimpin berdasarkan kewenangan formal
yang dimiliki. Artinya, bagaimana seorang pemimpin memberikan pengaruh terhadap bawahan seperti penegakan disiplin, pemberian upahgaji, promosi,
memberikan hukuman dan penghargaan. Ketiga indikator ini dikaitkan dengan pendekatan yang berorientasi pada
tugas, hal ini tergantung pada situasi yang ada pada saat tertentu. Kombinasi antara situasi yang dihadapi oleh pemimpin dengan perilaku kepemimpinan yang
tepat akan menentukan efektivitas kepemimpinan. Yang dimaksud dengan perilaku yang tepat adalah dalam situasi apa perilaku pemimpin berorientasi pada
tugas dan dalam situasi apa perilaku pemimpin berorientasi pada hubungan. Perilaku pemimpin yang berorientasi pada hubungan akan efektif dalam
situasi yang moderat misalnya pemimpin yang menghadapi situasi ketika derajat indikator situasi hubungan pemimpin dan bawahan rendah, tetapi kedua indikator
yang lain derajatnya tinggi. Atau dalam situasi lain yaitu indikator situasi posisi kewenangan pemimpin derajatnya rendah tetapi indikator yang lain derajatnya
tinggi.
Kesimpulan dari gaya kepemimpinan kontingensi dari Fielder adalah perilaku kepemimpinan yang efektif tidak berpola pada salah satu gaya tertentu,
melainkan dimulai dengan mempelajari situasi tertentu pada suatu saat tertentu. Yang dimaksud dengan situasi tertentu adalah adanya tiga indikator yang
dijadikan dasar sebagai perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau hubungan, tetapi tidak berarti bahwa seorang yang perilaku kepemimpinannya
berorientasi pada tugas tidak pernah berorientasi pada hubungan.
2. Gaya Kepemimpinan Situasional Menurut Paul Hersey dan Kenneth