Pemilih spp. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Penentuan Suhu Pengeringan

disebut denga benda. Berbe tersebut diseb susu skim ha hasil pengerin Karena perbe pengeringan lebih kuning a Selain mempengaruh dapat menyeb dapat menuru

2. Pemilih spp.

Gambar 12. Re selama 32 men adalah jumlah of mean SEM Hasil Cronobacter ketahanan pa Cronobacter 3,47 siklus lo isolat DES c1 log, dan isola jumlah yang dapat diketah pada perlakua 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 Lo g N N an warna akro eda parameter babkan oleh ad sil pengeringan ngan ulang te edaaan intensi dari ketiga su atau lebih gela tahapan pe hi kualitas wa babkan reaksi unkan kualitas p han Cepat eduksi jumlah E nit. N adalah j Enterobacter sa dari 2 ulangan pemilihan ce r spp. ditunjuk anas diantara k r spp. asal pat og. Reduksi jum 3 sebesar 1,87 at DES b7a m semakin kecil hui isolat yang an pemanasan a DES b7a omatis. Warna L, paramete anya pengaruh n ulang. Nilai erlihat lebih g itas warna ku uhu inlet penge ap. engeringan ul arna susu bubu browning non– produk susu F Ketahanan Enterobacter sak jumlah Enterob akazakii Cronob perlakuan. epat ketahanan kan oleh Gam keenam isolat y ti DES c7 m mlah semakin 7 siklus log, DE mengalami redu mencerminka memiliki keta adalah isolat D DES b7b akromatis han r a dan b h warna kromat parameter a elap karena a uning yang ti ering tidak ba lang, tahapan uk hasil penge –enzimatis ata Fox, 1992; Wal n Panas En kazakii Cronoba bacter sakazakii bacter spp. sete n panas terh mbar 12. Berda yang diuji cuk mengalami redu mengecil mula ES b7b sebesar uksi jumlah ter an ketahanan te ahanan panas p DES b7a. DES b10 Jen nya berperan merupakan wa tis, yaitu param yang lebih tin danya peningk dak berbeda nyak mempen n pasteurisasi eringan ulang. au yang dikena lsta, 1999; dan nterobacter acter spp. pada Cronobacter elah pemanasan adap enam i asarkan hasil te kup bervariasi. uksi jumlah ya ai dari isolat D r 1,70 siklus lo rkecil yaitu seb erhadap panas paling tinggi d DES c7 is Isolat pada derajat w arna kromatis meter a yang nggi menyebab katan intensita nyata dari su ngaruhi warna pada penel Suhu pemana al dengan reak n Spreer 1995. sakazakii a perlakuan suhu spp. sebelum p . Error bar adal isolat Enterob ersebut dapat Isolat Entero ang paling bes DES d3 sebesar g, DES b10 se besar 1,42 sik yang semakin diantara keenam DES c13 warna putih da dari benda. H lebih tinggi pa bkan susu bubu as warna mera usu bubuk ha produk menja litian ini tur asan diatas 90° si Maillard yan Cronobact u pemanasan 54 pemanasan dan lah standard err bacter sakazak diketahui bahw obacter sakazak ar, yaitu sebes r 3,10 siklus lo besar 1,53 sikl lus log. Reduk n tinggi sehing m isolat terseb DES d3 32 ari Hal ada uk ah. asil adi rut °C ng ter ° C N ror kii wa kii sar og, lus ksi gga but 33 Reduksi jumlah sel isolat b7a lebih tinggi dibandingkan reduksi jumlah sel Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. yang telah ditemukan sebelumnya oleh sejumlah peneliti. Nilai D 54 isolat Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. asal makanan yang diperoleh Nazarowec–White dan Farber 1997 adalah 18,57 menit sehingga akan mengalami reduksi sebesar 1.72 siklus log pada pemanasan suhu 54°C selama 32 menit. Hasil penelitian Arroyo et al., 2009 menunjukan ketahanan panas Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. asal sumber klinis D 58 =1,95 dengan nilai Z 4,09 sehingga nilai D 54 –nya adalah 19,07 menit atau akan mengalami reduksi jumlah sebesar 1,68 siklus log jika dipanaskan 54°C selama 32 menit. Reduksi jumlah isolat b7a pun masih lebih tinggi dibandingkan reduksi jumlah isolat asal makanan bayi dan susu formula yang diuji dengan perlakuan yang sama oleh Ardelino 2011, yaitu berturut-turut sebesar 1,62 dan 1,66 siklus log. Maka dari itu dapat disimpulkan pada suhu pemanasan sebesar 54°C, isolat DES b7a merupakan isolat yang paling tahan panas. Variasi ketahanan bakteri Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor genetik yang membedakan ketahanan panas dari masing-masing isolat Enterobacter sakazakii Cronobacter spp.. Meskipun menurut Gitapratiwi 2011 keenam isolat yang diujikan pada tahapan ini merupakan spesies Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. karena ditempatkan dalam subklaster yang sama berdasarkan sekuen parsial gen 16S rRNA segmen 1 dan 2, akan tetapi belum tentu semua isolat memiliki ketahanan panas yang relatif sama karena sekuen parsial gen 16S rRNA segmen 1 dan 2 bukan merupakan gen penyandi ketahanan panas bakteri Enterobacter sakazakii Cronobacter spp.. Faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi variasi ketahanan antar isolat Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. adalah perbedaan sumber ditemukannya isolat tersebut. Beberapa isolat yang diisolasi oleh Gitapratiwi 2011 berasal dari makanan bayi yang proses pembuatannya banyak menggunakan proses pemanasan dibandingkan dengan proses pengolahan pati. Menurut Yousef dan Juneja 2003, sel mikroba yang sering terpapar stres ringan seperti perlakuan pemanasan menjadikan sel tersebut terbiasa dam kondisi stres dan akan menjadi lebih resisten terhadap stres yang lebih tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi ketahanan panas Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. adalah fase pertumbuhan atau umur sel. Sel mikroba yang berada pada kondisi fase eksponensial lebih sensitif terhadap panas dibandingkan sel pada kondisi fase stasioner. Menurut Arroyo 2009, transisi fase eksponensial menuju fase stasioner menyebabkan peningkatan ketahanan panas Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. lebih dari 17 kali lipat. Selain itu, variasi ketahanan panas Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. berhubungan dengan kemampuan Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. memproduksi subtansi pelindung berupa heteropolisakarida Iversen, 2004 yang akan melindungi sel terhadap kondisi eksternal dari sel bakteri. Akan tetapi menurut Harris dan Oriel 1989, heteropolisakarida hanya dihasilkan oleh galur tertentu sehingga tidak senua isolat dapat memproduksi heteropolisakarida tersebut. Selain heteropolisakarida, Enterobacter sakazakii Cronobacter spp. juga diketahui dapat menghasilkan trehalose, yaitu senyawa disakarida yang dapat menstabilkan membran sel dan protein. Menurut Jay 2000, pembentukan substansi pelindung tersebut akan semakin besar pada jumlah inokulum yang semakin besar sehingga akan meningkatkan ketahanan panasnya. Berdasarkan beberapa kemungkinan tersebut, variasi ketahanan padas antar isolat pada tahapan ini lebih disebabkan oleh sumber isolat dan faktor genetik dari masing-masing isolat. Hal tersebut dapat diamati dari jumlah yang lebih kecil dan tidak berbeda nyata antarisolat asal makanan bayi DES b7b, DES b10, dan DES b7a dibandingkan dengan isolat asal bubuk cokelat dan isolat asal pati, sedangkan tingginya reduksi jumlah isolat DES c7 dan DES c13 yang keduanya masih B G d s E dalam satu su sakazakii Cr Berdas memiliki keta kedua. Maka dan isolat b10 isolasi Meutia serta isolat ba pembanding.

B. PENEL 1. Penger