akan dipraktikkan di  lapangan maka penyebutan  umur simpan dalam satuan hari akan lebih praktis.  Bagan waktu penyiapan sampel umpan pada Tabel 2.
Gambar 5 Sampel daging keong emas pada berbagai umur simpan: 0, 3, 6, 9, dan 12 hari dari kanan ke kiri siap untuk diuji di laboratorium
Tabel 2 Bagan waktu penyiapan sampel umpan dan pengujian laboratorium
Kegiatan Tanggal Juli
– Agustus 2009 23
7 24
7 25
7 26
7 27
7 28
7 29
7 30
7 31
7 1
8 2
8 3
8 4
8 5
8 6
8 7
8 8
8 10
8 11
8 P. sampel 1
P. sampel 2 P. sampel 3
P. sampel 4 P. sampel 5
P. uji Uji
Hasil
Keterangan: P. = penyiapan; Uji = uji pH,TPC,TVBN; Hasil = pembacaan hasil uji
Pada hari keduabelas semua sampel diuji di Laboratorium BBPPHP Jakarta. Uji  yang  dilakukan  adalah  uji  mikrobiologi  dan  kimiawi  yaitu  TPC,  pH,  dan
TVBN  untuk  melihat  perubahan-perubahan  selama  penyimpanan  pada  suhu kamar.    Pengujian  dilakukan  di  Laboratorium  Mikrobiologi  untuk  uji  TPC  dan
Laboratorium  Kimia  untuk  pH  dan  TVBN.    Prosedur  pengujian  pH,  TPC,  dan TVBN sesuai SNI terlampir Lampiran 1.
Pengujian  jumlah  bakteri  total  TPC  dalam  sampel  umpan  dilakukan berdasarkan  prosedur  Standar  Nasional  Indonesia  Nomor  SNI  01-2332.3:2006
Gambar  6 .
Penghitungan  dilakukan  hanya  1  kali  ulangan.  Hal  ini  berdasarkan pertimbangan  bahwa  untuk  tiap  1  kali  ulangan  telah  dilakukan  secara  triplo
kemudian dirata-rata.  Perhitungan TPC juga tidak ditujukan untuk mencari beda nyata antar perlakuan, tetapi untuk mendukung analisis terhadap pengujian kadar
TVBN.
Gambar 6 Uji TPC sampel umpan pada berbagai umur simpan
Pengukuran  pH  dilakukan  dengan  menggunakan  pH  meter  220  Merk Corning  Gambar  7.    Sampel  dihomogenkan  kemudian  ujung  probe  dicelupkan
ke dalam sampel.  Nilai pH akan muncul pada displai pH meter ketika pH meter diaktifkan.  Ketika akan digunakan untuk mengukur pH sampel selanjutnya, ujung
probe disterilisasi dengan alkohol 90 dan dibilas dengan aquadest.  Pengukuran pH untuk tiap sampel dilakukan pada 5 kali ulangan.
Pengujian  TVBN  dilakukan  berdasarkan  prosedur  Standar  Nasional Indonesia Nomor SNI 2354.8:2009.  Terlebih dahulu dilakukan preparasi sampel
kemudian dilakukan ekstraksi, destilasi, titrasi dan perhitungan Gambar 8.  Tiap sampel diuji pada 5 kali ulangan.
Gambar 7 Pengukuran pH sampel umpan pada berbagai umur simpan dengan pH meter
Pengamatan  organoleptik  bau,  penampakan,  dan  tekstur  juga  dilakukan untuk  tiap  sampel  dengan  skor  1  sampai  dengan  10.    Mengingat  belum  ada
referensi atau SNI tentang organoleptik keong emas mentah, maka dicoba dibuat organoleptic score sheet Lampiran 2 yang diadaptasi dari produk perikanan lain.
Skor  organoleptik  yang  ada  dalam  organoleptic  score  sheet  adalah  skor organoleptik berdasarkan persepsi manusia human perception.
3.2.2 Pengamatan Tingkah Laku Alamiah Kepiting Bakau
Lima ekor kepiting bakau dengan lebar karapas 12 cm diambil dari tambak di  Semarang.    Kepiting  tersebut  dipelihara  dalam  bak  berbahan  styrofoam  yang
diisi  air  yang  diambil  dari  tambak  habitat  aslinya.   Jumlah  air  diatur  sedemikian rupa sehingga tidak seluruh bagian tubuh kepiting bakau terendam air.
Pengamatan dilakukan terhadap pola gerakan, tingkah laku pemangsaan dan bioritmenya.  Gerakan alamiah kepiting bakau direkam dengan handycam maupun
difoto  dengan  digital  camera.    Pengamatan  dilakukan  minimal  selama  24  jam sehingga bisa diamati pula bioritmenya.  Kepiting bakau diberi umpan pada pagi
dan  sore  hari  dengan  daging  keong  emas  segar  yang  disimpan  dalam  lemari  es.
Tingkah  laku  pemangsaan  serta  gerakannya  sewaktu  mendekat  ke  umpan didokumentasikan.
Gambar 8 Uji TVBN sampel umpan pada berbagai umur simpan
Terkait  dengan  fungsi  organ  visualnya,  dilakukan  penutupan  mata  dengan plester  penutup  luka.    Penutupan  dilakukan  terhadap  2  rongga  mata  kepiting
bakau,  kemudian  dilihat  tingkah  lakunya  setelah  diberi  perlakuan.    Penutupan mata  ini  bertujuan  untuk  menghilangkan  faktor  penglihatan  sebagaimana
diuraikan dalam pendahuluan. Untuk  melihat  perilaku  kompetisi  antar  mereka,  maka  5  kepiting  bakau
selanjutnya  disatukan  dalam  satu  wadah.    Berbagai  tingkah  laku  yang  terkait dengan interaksi antar mereka dicatat.
3.3 Rancangan Penelitian
Penyiapan  umpan  Gambar  9  dilakukan  sebagaimana  dilakukan  pada  saat penyiapan  sampel  untuk  uji  laboratorium,  hanya  dalam  kuantitas  yang  lebih
banyak.    Keong  emas  hidup  dibeli  dari  pengumpul  kemudian  dipelihara  dan dipersiapkan  sebagai  umpan  yang  disimpan  pada  0,  3,  dan  9  hari  pada  suhu
kamar.    Umpan  kemudian  dibekukan  dalam  freezer  untuk  menjaga  kondisi kualitas umpan sama dengan pada saat dimasukkan.  Pada saat akan digunakan
untuk  perlakuan,  dalam  waktu  2  jam  sebelum  dipakai  umpan  dilelehkan thawing.
Gambar 9 Viscera keong emas dipersiapkan sebagai umpan
Kepiting  bakau  sebagai  sampel  spesimen  yang  akan  diuji  diambil  dari tambak  pembesaran  fattening  di  Pemalang.    Kepiting  bakau  ini  merupakan
kepiting  hasil  penangkapan  yang  dibesarkan  di  tambak  hingga  mencapai  ukuran komersial  lebar  karapas  12  cm  dan  berat  350  gram.    Sampel  kepiting  bakau
dipilih yang memiliki ukuran lebar karapas dan berat badan hampir seragam, serta berjenis  kelamin  yang  sama  jantan  Tabel  3.    Kepiting  bakau  yang  telah
diseleksi  dikumpulkan  dalam  kurungan  bambu  cage  dan  tetap  dipelihara  di dalam  tambak.    Cage  yang  digunakan  adalah  yang  biasa  digunakan  untuk
produksi soft shell crab dengan isi 1 ekor kepiting bakau pada tiap cage.  Kepiting bakau ini kemudian akan diambil secara bergiliran pada saat perlakuan.
Lebar  karapas  kepiting  bakau  dengan  tingkat  kepercayaan  99  tingkat kesalahan 1 adalah tidak berbeda nyata dengan 12 cm.  Ini bisa dilihat dengan
nilai  t  hitung  sebesar  130,7;  lebih  besar  dari  nilai  t  tabel
0,012;  21-1
sebesar  2,845 Lampiran 3.  Sedangkan berat tubuh kepiting bakau dengan tingkat kepercayaan
99 tingkat kesalahan 1 adalah tidak berbeda nyata dengan 350 gram.  Nilai t
hitung  untuk  berat  adalah  133,6,  lebih  besar  dari  nilai  t  tabel
0,012;  21-1
sebesar 2,845 Lampiran 4.
Gambar  10  Kepiting  bakau  uji,  semua  berjenis  kelamin  jantan  dengan  lebar karapas 12 cm dan berat 350 gram
Tabel 3 Lebar karapas dan berat tubuh kepiting bakau uji
Kepiting bakau ke-  Lebar karapas cm  Berat tubuh gram 1
12,1 360
2 12,0
356 3
12,0 354
4 11,5
340 5
11,0 325
6 11,1
331 7
11,4 340
8 12,0
354 9
12,2 357
10 11,7
351 11
12,4 366
12 11,8
351 13
12,1 350
14 12,3
364 15
11,3 332
16 12,0
350 17
12,4 367
18 11,5
335 19
11,5 342
20 12,2
361 21
11,8 350
Rerata 11,8
349 SD
0,4 12
Pada hari pertama kepiting bakau tersebut diberi pakan 1 kali pada pagi hari. Umumnya kebiasaan pemberian pakan untuk tujuan budidaya adalah 2 kali sehari
yaitu  pada  pagi  dan  sore  hari.    Pakan  yang  digunakan  adalah  ikan  rucah.    Pada hari  kedua  kepiting  bakau  tidak  diberi  pakan  pada  pagi  hari.    Pada  saat  jadwal
pemberian  pakan  sore  hari,  perlakuan  pemberian  umpan  keong  emas  dilakukan pada  kepiting  uji.    Pengkondisian  ini  bertujuan  untuk  melaparkan  starvasi
kepiting bakau sehingga diharapkan responsnya terhadap umpan akan lebih cepat dan  lebih  mudah  untuk  diamati.    Pada  hari  kedua  ini  diujicobakan  perlakuan
pemberian umpan keong emas pada masing-masing umur simpan terhadap 1 ekor kepiting bakau.  Perlakuan ini merupakan ulangan pertama dari perlakuan.
Pada hari ketiga kepiting bakau tersebut diberi pakan 1 kali pada pagi hari. Pada  hari  keempat  kepiting  bakau  tidak  diberi  pakan  pada  pagi  hari.  Pada  saat
jadwal  pemberian  pakan  sore  hari,  perlakuan  pemberian  umpan  keong  emas dilakukan  pada  kepiting  uji.    Pada  hari  keempat  ini  diujicobakan  perlakuan
pemberian umpan keong emas pada masing-masing umur simpan terhadap 1 ekor kepiting  bakau.    Perlakuan  ini  merupakan  ulangan  kedua  dari  perlakuan.
Perlakuan  yang  sama  dan  berulang  dilakukan  terus  untuk  tiap  ulangan  hingga ulangan ketujuh.
3.4 Rancangan Percobaan
Penelitian  bertujuan  untuk  melihat  respons  kepiting  bakau  terhadap pemberian  umpan  keong  emas  yang  disimpan  pada  tiga  tingkat  kebusukan  yang
berbeda  sehingga  mengandung  kadar  TVBN  yang  berbeda-beda.    Tiap  taraf dilakukan  pada  tujuh  kali  ulangan.    Rancangan  pengukuran  respons  kepiting
bakau  adalah  periode  pergerakan  kepiting  bakau  menuju  umpan  sejak  umpan dimasukkan ke dalam air hingga kepiting bakau menyentuh umpan dalam detik.
Kecepatan  gerak  ini  terkait  dengan  cakupan  stimulus  yang  dihasilkan  umpan zone  of  influence.    Selain  mengumpulkan  data  kuantitatif  tersebut,  dilihat  juga
arah  serta  jalur  atau  pola  track  pergerakannya.    Tools  berupa  wind  rose digunakan untuk memetakan pola dan arah gerak kepiting bakau Gambar 11.
Rancangan perlakuan yang digunakan adalah satu faktor yaitu faktor umpan keong emas pada tiga taraf perlakuan yaitu kadar TVBN umpan umur 0, 3, dan 6
hari.  Rancangan perlakuan ini diterapkan pada  kepiting bakau uji  yaitu  kepiting bakau ukuran layak tangkap lebar karapas 12 cm, berat 350 gram.  Rataan umum
yang  dibandingkan  adalah  rataan  periode  gerak  kepiting  bakau  terhadap  3  jenis umpan yang berbeda kadar TVBN-nya.
Rancangan  percobaan  yang  digunakan  adalah  rancangan  acak  lengkap, mengingat  percobaan  dilakukan  dalam  skala  laboratorium  dengan  kondisi
lingkungan yang dikondisikan sama serta hewan uji yang disimulasikan memiliki karakteristik yang homogen Mattjik dan Sumertajaya 2006.
Data  yang  dikumpulkan  adalah  data  periode,  arah,  dan  jalur  pergerakan kepiting  bakau  saat  mendekati  umpan  dari  21  ekor  kepiting  bakau  yang  diberi
perlakuan.    Sebelum  dilakukan  pengujian,  semua  sampel  kepiting  bakau ditempatkan  pada  kondisi  yang  sama  lihat  rancangan  penelitian.    Pemberian
pakan  dilakukan  setengah  dari  porsi  pakan  yang  biasa  diberikan  dalam  upaya budidaya  kepiting  bakau.    Hal  ini  dilakukan  dengan  tujuan  untuk  melaparkan
kepiting bakau pada periode pengamatan percobaan sehingga responsnya terhadap umpan diharapkan akan lebih cepat dan mudah diamati.
Gambar 11 Wind rose untuk mengamati pola dan arah gerak tampak atas
Tiap  perlakuan  dan  ulangan  dilakukan  pada  1  ekor  kepiting  bakau  yng berbeda.    Kepiting  yang  telah  diberi  perlakuan  tidak  digunakan  lagi.  Perlakuan
dilakukan  di  dalam  sebuah  kotak  berbahan  styrofoam  berukuran  60  X  40  cm dengan tinggi 20 cm.  Volume air diatur sedemikian rupa sehingga hanya setengah
badan kepiting bakau  yang terendam  air.   Ini  merupakan model  bagi  lingkungan intertidal yang menjadi habitat kepiting bakau.  Media air yang digunakan diambil
dari  habitat  asli  kepiting  bakau  tersebut.    Kepiting  bakau  ditempatkan  merapat pada  dinding  kiri  kotak  sementara  umpan  dicelupkan  hingga  ke  dasar  kotak,
merapat  pada dinding kanan  kotak. Sejak umpan  masuk ke dalam  air,  stopwatch dihidupkan.    Stopwatch  dimatikan  saat  kepiting  bakau  telah  menyentuh  umpan.
Pada  tiap  perlakuan  dan  ulangan  dilakukan  penggantian  kepiting  uji  dan  air media.
3.5 Analisis Data
Data perubahan mikrobiologis dan kimiawi serta organoleptik umpan keong emas  diplotkan  menurut  waktu  penyimpanan  sehingga  bisa  dilihat  pola
kecenderungannya  trend-nya.    Perlakuan  yang  dikenakan  kepada  kepiting  uji menghasilkan data periode yang diperlukan oleh kepiting bakau untuk mendekati
umpan.  Periode ini merupakan ukuran kecepatan pergerakan yang berhubungan dengan pemangsaan.  Data-data ditabulasikan dalam tabel.  Model dari rancangan
percobaan tersebut adalah sebagai berikut di bawah ini Mattjik dan Sumertajaya 2006.
ij i
ij
Y
 
 
Keterangan: i = 1, 2, 3;
Y
ij
= periode gerak kepiting bakau pada perlakuan kadar TVBN ke-i; μ = rataan periode gerak kepiting bakau;
α
i
= pengaruh perlakuan kadar TVBN ke-i; ε
ij
= pengaruh acak pada kadar TVBN ke-i pada ulangan ke-j. Hipotesis dari perlakuan tersebut adalah:
H :
α
1
= α
2
= α
3
=  0  kadar  TVBN  umpan  tidak  berpengaruh  terhadap periode gerak pemangsaan kepiting bakau;
H
1
: paling sedikit ada satu i dimana α
i
≠ 0;