yang lebih sederhana seperti hipoksantin dan trimetilamin yang menjadi indikator kebusukan daging. Umur simpan diduga menyebabkan perbedaan kadar
senyawa-senyawa tersebut yang diikuti pula dengan perbedaan sifat-sifat organoleptik seperti bau, kenampakan, rasa, dan tekstur. Perbedaan organoleptik
umpan dan kadar senyawa-senyawa hasil degradasi diduga akan memberikan stimulus yang berbeda terhadap kemoresepsi kepiting bakau.
Beberapa parameter mikrobiologi dan kimiawi dapat digunakan untuk melihat degradasi umpan tingkat kebusukan selama penyimpanan, seperti TPC
Total Plate Count, pH, dan TVBN Total Volatile Basic Nitrogen. Penyimpanan pada suhu kamar akan meningkatkan kadar bakteri total dalam
umpan, mengubah pH, dan selanjutnya mengubah kadar TVBN.
1.2 Permasalahan
Mengingat bahwa kemoresepsi berperan dominan pada aktivitas pemangsaan oleh kepiting bakau dan TVBN merupakan parameter kimiawi yang
berubah menurut waktu penyimpanan, maka pada penelitian ini dilihat hubungan antara kadar TVBN pada berbagai periode waktu penyimpanan umpan dengan
respons kepiting bakau. Untuk menghilangkan faktor penglihatan kepiting bakau dalam mendeteksi
umpan dan untuk lebih meyakinkan bahwa kemoresepsi memang dominan dalam aktivitas pemangsaan oleh kepiting bakau, maka dicoba perlakuan pemberian
umpan terhadap kelompok kepiting bakau yang ditutup organ penglihatannya pada penelitian pendahuluan. Pada penelitian ini tidak dilakukan perusakan organ
penglihatan karena teknik ini diindikasikan akan mengakibatkan stres yang selanjutnya akan mempengaruhi predatory behaviour kepiting bakau.
Mengingat bahwa referensi tentang kadar TVBN pada umpan yang dibusukkan pada suhu kamar belum ada sehingga belum diketahui sejauh mana
tingkat signifikansinya antar waktu penyimpanan, maka dilakukan penelitian pendahuluan untuk melihat kadar TVBN umpan pada beberapa waktu
penyimpanan yang berbeda. Umpan dengan perbedaan kadar TVBN yang signifikan inilah yang diujicobakan dalam perlakuan kepada spesies uji.
1.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diduga bahwa kepiting bakau akan memberikan respons yang berbeda terhadap kualitas umpan yang berbeda.
Perbedaan kualitas umpan tersebut berkaitan dengan perbedaan umur simpan. Degradasi kualitas tingkat kebusukan bahan umpan dapat dilihat dari perubahan
kadar TVBN sehingga respons kepiting bakau akan berbeda untuk kadar TVBN yang berbeda-beda.
1.4 Kerangka Pemikiran
Mengingat sifat kepiting bakau sebagai pemakan segala bangkai, umpan untuk menangkapnya sebaiknya adalah umpan yang kondisinya telah busuk.
Keong emas jika disimpan pada suhu kamar akan mengalami degradasi dan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian respons kepiting bakau terhadap umpan keong emas
kepiting bakau kemoresepsi
stimulus
respons ? stimulus
kemoresepsi kepiting bakau
umpan keong emas segar
perubahan mikrobiologis kimiawi TPC, pH, TVBN
penyimpanan pada suhu kamar hari
umpan keong emas busuk
degradasi ini makin meningkat seiring dengan waktu simpan. Besaran dan interval waktu simpan umpan pada suhu kamar ditentukan dalam penelitian
pendahuluan. Untuk melihat parameter kuantitatif degradasi mutu umpan dilakukan uji mikrobiologi dan kimiawi yaitu TPC, pH, dan TVBN. Parameter-
parameter ini digunakan untuk membuat latar belakang respons kemoresepsi kepiting bakau terhadap umpan pada berbagai umur simpan.
Umpan dengan kadar TVBN yang berbeda-beda ini selanjutnya diujicobakan kepada kepiting bakau. Individu kepiting bakau pada percobaan
tersebut akan memiliki karakteristik yang seseragam mungkin homogen. Berbagai faktor di luar umur simpan umpan juga didesain sama seperti air yang
digunakan dan wadah. Respons kepiting bakau terhadap umpan yang diamati adalah: periode gerak pemangsaan, arah, dan pola gerakan Gambar 1.
Analisis terhadap tingkah laku kepiting bakau terhadap umpan pada umur simpan yang berbeda digunakan untuk merancang strategi alternatif penangkapan
berdasarkan hubungan antara tingkah laku target spesies terhadap stimulus umpan.
1.5 Tujuan Penelitian