Kerangka Pemikiran Respons Kepiting Bakau (Scylla serrata Forskal 1775) terhadap Tingkat Kebusukan Umpan Keong Emas (Pomacea canaliculata Lamarck 1822)

1992, menyatakan di India umpan yang banyak diberikan adalah keong, cerithidia, dan ikan rucah. Pakan buatan justru tidak digunakan. Di Bangladesh, umpan yang digunakan adalah potongan daging ikan hiu, ikan pari, belut, dan ikan rucah Khan dan Alam 1992. Secara konvensional pakan yang dipakai untuk budi daya kepiting bakau pada umumnya adalah ikan rucah, kerang-kerangan, dan limbah dari pabrik pengolahan ikan Chalyakam dan Parnichsula 1978; Lijauco et al. 1980; Bensam 1986; Marichamy et al. 1986 dalam Cheong et al. 1992.

2.3 Daur Hidup Kepiting Bakau

Kepiting bakau dalam menjalani kehidupannya beruaya dari perairan pantai ke laut, kemudian induk dan anak-anaknya akan berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai, atau perairan berhutan bakau untuk berlindung, mencari makanan, atau membesarkan diri. Kepiting bakau yang telah siap melakukan perkawinan akan memasuki perairan bakau atau tambak. Setelah perkawinan berlangsung, secara perlahan-lahan kepiting betina yang telah melakukan perkawinan ini akan beruaya ke perairan bakau atau tambak ke tepi pantai dan selanjutnya ke tengah laut untuk memijah. Kepiting jantan yang telah melakukan perkawinan atau telah dewasa berada di perairan bakau, di tambak atau sela-sela bakau atau paling jauh di sekitar perairan pantai yaitu pada bagian- bagian yang berlumpur yang organisme makanannya berlimpah Kasry 1996. Kepiting betina yang telah beruaya ke perairan laut akan berusaha mencari perairan yang kondisinya cocok untuk melakukan pemijahan, khususnya terhadap suhu dan salinitas air laut. Setelah telur menetas maka akan muncul larva tingkat I zoea I yang akan terus menerus berganti kulit, kemudian terbawa arus ke perairan pantai hingga mencapai tingkat zoea V setelah lima kali berganti kulit. Proses tersebut membutuhkan waktu minimal 18 hari. Setelah itu, zoea V akan mengalami pergantian kulit lagi menjadi megalopa yang bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting dewasa tetapi masih memiliki bagian ekor yang panjang. Pada tingkat megalopa, kepiting bakau akan beruaya pada dasar perairan berlumpur menuju pantai, dan umumnya pertama kali memasuki perairan muara sungai, kemudian ke perairan berhutan bakau untuk kembali melakukan perkawinan. Menurut Ong 1977 dalam Moosa et al. 1985, kepiting bakau mulai dari telur hingga dewasa mengalami beberapa tingkat perkembangan. Tingkat perkembangan tersebut adalah zoea, megalopa, kepiting muda, dan kepiting dewasa. Pada setiap kali pergantian kulit zoea tumbuh dan berkembang yang antara lain ditandai dengan setae renang pada endopod maxilliped-nya Warner 1977 dalam Kasry 1996. Megalopa yang lebih mirip kepiting dewasa sering dirujuk sebagai kepiting pada tingkat pasca larva. Dari tingkat megalopa ke tingkat kepiting muda diperlukan waktu 11 – 12 hari Motoh 1977 dalam Dianthani 2002.

2.4 Pergerakan Kepiting Bakau

Respons kepiting bakau terhadap rangsangan umpan dapat dilihat dari kecepatan pergerakan speed of movement kepiting bakau menuju umpan. Hill 1978 mengungkapkan bahwa melalui transmiter ultrasonik disimpulkan bahwa Scylla serrata selama 24 jam rata-rata aktif selama 13 jam, mayoritas pada malam hari. Jarak yang ditempuh per malam mencapai rata-rata 461 m pada kisaran 219 m dan 910 m. Mayoritas pergerakan lambat, dengan modal speed 10 – 19 mdt. Pergerakan lambat tersebut tidak bergantung pada arah arus dan diasumsikan berhubungan dengan contact chemoreseption terhadap lokasi mangsa. Kurang lebih sepertujuh gerakan lebih cepat daripada 70 mdt, lebih sering karena melawan arus dan mungkin berhubungan dengan rangsang penciuman terhadap lokasi mangsa.

2.5 Teknologi Penangkapan Kepiting Bakau

Cholik dan Hanafi 1992 mengungkapkan wadong, pintur, rakkang, tangkul, dan pancing adalah alat tangkap yang banyak digunakan untuk penangkapan kepiting bakau di Indonesia Gambar 3. Empat alat tangkap tersebut secara berurutan adalah jenis perangkap sedangkan pancing yang digunakan adalah dengan atau tanpa hook. Semua alat tangkap tersebut menggunakan umpan bait. Ada pula alat tangkap tanpa umpan berupa batang besi dengan ujung bengkok hooked end yang disebut cangkok.