Bobot jenis Pengaruh Perlakuan Terhadap Mutu Minyak Biji Pala

31 Gambar 18. Rata-rata rendemen yang dihasilkan dari setiap perlakuan. Minyak pala di Indonesia biasanya disuling dari biji pala yang berumur 3-4 bulan dengan rendemen minyak 8-17 . Biji pala yang tua, rendemennya lebih rendah, yaitu 8-13 Sumangat et al. 1990. Dikarenakan umur pala yang digunakan berkisar antara 3-6 bulan muda-medium yang tentunya kandungan minyaknya tidak sama sehingga dampaknya berpengaruh terhadap rendemennya, berkisar antara 10-14 . Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan perendaman dan lama penyimpanan tidak mempengaruhi rendemen minyak pala yang dihasilkan.

C. Pengaruh Perlakuan Terhadap Mutu Minyak Biji Pala

1. Bobot jenis

Bobot jenis suatu minyak dipengaruhi oleh perbandingan komponen-komponen penyusun minyak, seperti jenis dan komposisi kimia dari minyak tersebut. Apabila komponen yang menyusun minyak tersebut memiliki bobot molekul yang tinggi dan terdapat dalam jumlah yang lebih besar maka nilai bobot jenis dari minyak tersebut akan semakin tinggi. Fraksi berat komponen minyak dipengaruhi oleh panjang rantai molekul yang menyusun. Semakin panjang rantai yang tersusun maka bobot molekul komponen tersebut semakin besar pula. Berdasarkan hasil penelitian Sitorus 2004, pada biji pala bejo muda senyawa aromatik seperti eugenol, miristisin, dan isoeugenol sebesar 22.08 , sedangkan pada biji pala polong sebesar 27.65 dan biji pala tua sebesar 35.32 . Komponen penyusun minyak pala pada biji pala muda didominasi oleh komponen yang memiliki bobot molekul rendah, sedangkan pada biji pala tua komponen yang memiliki bobot molekul tinggi terdapat dalam jumlah besar sehingga minyak pala yang dihasilkan pada biji pala tua lebih tinggi bobot jenisnya dibandingkan biji pala muda dan polong. Hal tersebut disebabkan oleh kandungan lemak yang dikandung biji pala tua lebih tinggi dibandingkan biji pala muda dan polong. Kandungan senyawa aromatik yang memiliki bobot molekul tinggi adalah miristisin, eugenol, dan isoeugenol. Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan perendaman dan lama penyimpanan tidak menghasilkan nilai yang berbeda nyata, serta tidak ada interaksi yang significant antara perlakuan perendaman dan lama penyimpanan. Meskipun begitu nilai rata-rata bobot jenis 32 yang dihasilkan dari seluruh sample minyak yang diuji sesuai dengan standar nasional, yaitu sekitar 0.89-0.92, kecuali rata-rata sample minyak pada perlakuan perendaman 3 dengan lama penyimpanan 3 minggu lihat Gambar 19. Hal tersebut mungkin diakibatkan komposisi biji pala medium pada sample lebih banyak dibanding komposisi biji pala muda. Gambar 19. Rata-rata bobot jenis dari hasil pengujian dari setiap perlakuan yang diberikan Dari hasil penelitian Suprihati et al. 2007, penambahan garam NaCl ke dalam sistem ketika proses distilasi dapat meningkatkan titik didih air karena garam hanya akan larut dalam air sedangkan minyak tidak dapat larut. Dengan peningkatan tersebut, maka ada kesempatan bagi senyawa ringan minyak untuk menguap lebih lama lagi. Hasilnya akan semakin meningkatkan kadar dan konsentrasi miristisin dalam kandungan fraksi yang diperoleh. Hal ini berarti, kandungan garam pada perlakuan 3 dengan lama penyimpanan 3 minggu lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan yang sama dengan lama penyimpanan 1 dan 2 minggu lihat pada Gambar 19.

2. Indeks bias