Identifikasi Jenis Limbah Tahu Dampak Limbah Tahu

41

6.1.2. Identifikasi Jenis Limbah Tahu

Jenis limbah tahu yang berhasil diamati dari pabrik tahu di Desa Cisaat terdiri dari tiga jenis, yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah asap atau debu 5 . Limbah padat berupa ampas tahu yang diperoleh dari proses penyaringan bubur kedelai, limbah cair tahu diperoleh dari proses pencucian, perendaman, pemasakkan dan penyaringan, sedangkan limbah asap atau debu berasal dari proses penggorengan menggunakan bahan bakar serbuk gergaji. Limbah padat berupa ampas tahu dijual kepada pemilik ternak untuk dijadiakan pakan bagi ternak-ternaknya. Limbah cair yang berasal dari proses pencucian dan perendaman ini mengandung komponen organik yang apabila dibiarkan akan menyebabkan air menjadi hitam dan berbau busuk. Limbah cair yang dihasilkan dari proses pemasakkan berupa air yang tercecer saat pengadukan, sedangkan limbah cair yang berasal dari proses penyaringan biasa disebut dengan whey. Whey merupakan cairan basi yang apabila dibiarkan dan dibuang ke sungai akan menimbulkan pencemaran lingkungan Indrasti dan Fauzi 2009. Limbah asap atau debu yang dikeluarkan dari proses penggorengan dengan menggunakan bahan bakar serbuk gergaji jika terkena kulit akan mengakibatkan gatal-gatal. Secara ringkas, komposisi limbah padat dan cair yang dihasilkan dari proses produksi tahu per 100 kg kedelai dapat dilihat pada Tabel 14. Sedangkan komposisi limbah yang dihasilkan oleh setiap pabrik tahu di Desa Cisaat per hari dapat dilihat pada Lampiran 1. 5 Hasil wawancara dengan masyarakat sekitar pabrik tahu, Bapak Kardi ketua Rw3, di desa Cisaat tanggal 10 Juni 2012 42 Tabel 14. Komposisi Limbah yang Dihasilkan dari Proses Produksi Tahu Tahapan Limbah Cair liter Limbah Padat kg Pencucian 262,5 - Perendaman 150,0 - Perebusan 2100,0 210 Total 2512,5 210 Sumber: Data primer, diolah 2012

6.1.3. Dampak Limbah Tahu

Industri tahu menghasilkan produk sampingan berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah asap atau debu. Limbah yang dihasilkan oleh industri tahu dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Limbah padat yang dihasilkan dari industri tahu adalah ampas tahu yang seluruhnya sudah dimanfaatkan oleh pengrajin tahu dengan menjualnya untuk pakan ternak. Apabila ampas tahu ini tidak dimanfaatkan oleh pengrajin tahu dan langsung dibuang ke lingkungan tanpa melakukan pengolahan dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan seperti bau busuk yang dihasilkan oleh kandungan bahan organik yang terdapat dalam ampas tahu Indrasti dan Fauzi 2009. Limbah cair yang dihasilkan mengandung sisa air dari susu tahu yang tidak menggumpal yang masih mengandung bahan organik seperti protein, karbohidrat dan lemak yang dapat dijadikan tempat berkembangnya mikroba yang akan mencemari lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar Astuti, Wisaksono dan Nurwini 2007. Seluruh pemilik pabrik tahu masih belum melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang mereka hasilkan, alasannya biaya yang mahal dan teknologi yang sulit untuk diterapkan menjadi hambatan utama para pemilik pabrik tahu. Akibatnya para pemilik pabrik tahu membuang limbah cair hasil proses produksi tahunya secara langsung tanpa proses pengolahan ke aliran sungai yang dekat dengan pabrik mereka. Apabila dibiarkan, air limbah akan berubah 43 warna menjadi kehitaman dan akan menimbulkan bau busuk yang akan mengakibatkan pada gangguan pernapasan. Apabila air limbah ini dialirkan kesungai dan air sungai itu dikonsumsi oleh masyarakat maka akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti gatal, diare, kolera, radang usus, dan penyakit lainnya . Limbah asap dan debu yang dihasilkan dari proses penggorengan yang menggunakan bahan bakar serbuk gergaji akan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Asap yang dihasilkan berwarna hitam pekat jika terhirup oleh masyarakat akan mengalami gangguan pernapasan seperti ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Atas dan ASMA. Debu hitam yang dihasilkan dari proses penggorengan jika terkena kulit, kulit akan menjadi merah dan gatal-gatal.

6.2. Estimasi Pendapatan Industri Tahu Sebelum Internalisasi Biaya