1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan Keuangan merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi primary users investor dan kreditor yang telah danatau akan memberikan
pendanaan pada sebuah perusahaan. Laporan Keuangan menjadi penilaian kinerja perusahaan yang dijalankan oleh manajemen dalam mengelola sumber daya yang
ada pada perusahan pada suatu periode dan juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen tersebut. Lebih lanjut, dalam Conceptual
Framework for Financial Reporting IASB, 2010 dinyatakan bahwa tujuan dari pelaporan keuangan bertujuan umum adalah untuk menyediakan informasi
finansial dari suatu entitas pelaporan yang berguna bagi investor, peminjam, dan kreditor yang telah ada dan yang potensial dalam pengambilan keputusan
mengenai penyediaan sumber daya pada entitas. Informasi dari laporan keuangan yang sering digunakan untuk
pengambilan keputusan adalah laba perusahaan earnings dan Arus Kas cash flows. Dechow 1994 menyatakan bahwa earnings lebih berhubungan dengan
returns saham dibandingkan arus kas realisasi karena adanya akrual pada earnings yang dapat memitigasi persoalan timing dan matching yang menimbulkan
masalah besar pada arus kas realisasi. Oleh karena itu, akuntansi akrual lebih merefleksikan ukuran-ukuran short term dari expected cash flows dibandingkan
arus kas realisasi. Sloan 1996 menemukan bahwa akrual kurang persistent
2 dibanding arus kas, hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat akrual
yang tinggi memiliki kualitas laba yang rendah dan mempertanyakan keuntungan dari peranan akrual. Dalam akuntansi akrual sendiri terdapat estimasi-estimasi dan
pilihan-pilihan alternatif kebijakan akuntansi yang dapat ditentukan oleh pertimbangan pihak manajemen perusahaan. Hal ini menyebabkan kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam penetapan estimasi dan manipulasi terhadap earnings karena adanya keleluasan bagi manajemen untuk menetapkan alternatif kebijakan
akuntansi. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengukuran untuk menilai kualitas informasi yang terdapat pada laba earnings.
Kualitas laba earnings quality walaupun diinterpretasikan berbeda-beda oleh para ahli maupun praktisi akuntansi, namun pada umumnya memiliki
kesimpulan yang sama yaitu earnings quality adalah bagaimana komponen- komponen pada laba earnings dapat memberikan informasi yang representatif
dan relevan bagi para pengambil keputusan dalam membuat keputusan yang tepat terutama di masa yang akan datang Lev, 1989; Sloan, 1996; Penman dan Zhang,
2002; Schipper dan Vincent, 2003; dan Dechow et al., 2010. Pada banyak penelitian terdahulu baik dari luar negeri Dechow dan Dichev, 2002; Francis et
al., 2005; Zhou, 2007; Johnston, 2009, Lyimo, 2014 dan Indonesia Tampubolon, 2012; Triningtyas dan Siregar, 2014 menggunakan kualitas akrual accruals
quality sebagai proxy untuk mengukur kualitas laba earnings quality. Dechow dan Dichev 2002 mendefinisikan kualitas akrual sebagai besaran akrual
terpetakan dalam realisasi arus kas. Kualitas akrual yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian dalam memprediksi cash flows. Selain itu, akrual menjadi penting
3 karena komponen akrual juga memiliki unsur estimasi future cash flows, deferral
dari arus kas masa lalu, alokasi dan valuasi, yang semuanya memiliki tingkat subjektivitas yang tinggi Richardson et al., 2005. Oleh karena adanya semua ini,
maka sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengukur kualitas akrual. Lebih lanjut, dalam penelitian Francis et al. 2005 kualitas akrual dibagi
menjadi dua komponen, yaitu faktor innate accruals dan faktor discretionary accruals. Innate accruals atau non-discretionary accruals merupakan akrual yang
berasal dari fundamental bisnis perusahaan seperti model bisnis perusahaan, lingkungan operasi perusahaan, fundamental ekonomi, dsb. Discretionary
accruals berasal dari insentif manajemen misalnya manipulasi laba, menyembunyikan kerugian, mencapai target tertentu, dsb. Discretionary accruals
memberikan keleluasaan dan fleksibilitas bagi manajemen untuk mengatur atau memanipulasi tingkat akrual perusahaan melalui pertimbangannya baik untuk
kepentingan perusahaan maupun pribadi. Menurut Bernard dan Skinner 1996, keputusan manajer terhadap
akuntansi akrual dapat merefleksikan sisi informational dan opportunistic, sehingga managerial discretion dapat menurunkan dan menaikan ‘signal value’
dari laba akuntansi. Botosan dan Plumlee 2013 menyatakan bahwa manajer bisa saja mendapat cost of equity capital yang rendah dengan cara mengambil tindakan
memilih kebijakan akuntansi dan praktik pengungkapan disclosure yang meningkatkan presisi informasi keseluruhan. Namun dari berbagai pemberitaan
dan literatur belakangan ini, manajer cenderung bersikap opportunistic dalam
4 pengaturan akrual untuk melakukan earnings management dan akibatnya, kualitas
laba earnings quality akan menurun. Dalam berbagai penelitian ditemukan terdapat pengaruh antara kualitas
akrual terhadap biaya modal Francis et al., 2005; Gray et al. 2009; Ng, 2011; Triningtyas dan Siregar, 2014. Penelitian-penelitian ini memberi kesimpulan
bahwa kualitas akrual yang tinggi akan dapat mengurangi biaya modal. Penelitian Lambert et al. 2007 juga menemukan adanya korelasi negatif antara kualitas dari
informasi akuntansi dan biaya modal. Menurut Johnston 2009, setelah melakukan studi literatur, meyimpulkan bahwa kualitas akrual yang tinggi dapat
mengurangi cost of capital karena kualitas akrual yang tinggi meningkatkan presisi informasi yang diakibatkan oleh berkurangnya ketidakpastian informasi,
asimetri informasi, dan volatilitas idiosyncratic. Informasi yang berkualitas bagi investor di pasar modal sangat dibutuhkan
agar dapat membedakan diantara investasi yang baik dan yang buruk sehingga terjadi alokasi sumber daya yang efisien. Pegerakan harga pasar bergantung pada
jumlah relatif dari informasi firm-level dan informasi market-level Roll, 1988; Morck et al., 2000. Tingkat informasi firm-specific atau market-specific yang ter-
impound dalam harga saham Price Synchronity diukur dari R
2
dari market pricing model. Pasar modal dengan alokasi modal yang baik adalah yang memberi
harga impound lebih untuk informasi firm-specific pada harga saham individual – yang berarti memiliki lebih sedikit sinkronitas harga saham Wurgler, 2000.
Dengan kata lain, saham dengan lebih banyak informasi firm-specific adalah
5 harga saham individual yang lebih tidak sering bergerak seirama dengan
pergerakan pasar di mana ia berada atau lebih tidak sinkron. Durnev et al. 2004 dalam penelitiannya menemukan pada negara dengan
perekonomian transisi terdapat sinkronitas yang tinggi diantara harga saham. Sinkronitas harga saham yang tinggi tersebut mengindikasikan misalokasi modal
dan dapat berakibat pada perlambatan pertumbuhan ekonomi serta menghambat pertumbuhan produktivitas. Kondisi negara dengan perekonomian transisi banyak
dijumpai pada negara berkembang, salah satunya Indonesia. Hasan et al. 2013 dalam studinya terhadap kondisi di negara China, yang menjadi contoh emerging
market, menyebutkan bahwa dibutuhkan keterbukaan politik, penegakan hukum, dan perlindungan terhadap investor untuk mengurangi tingkat sinkronitas harga
saham. Leuz et al. 2003 dalam penelitiannya mengenai earnings management dan perlindungan investor pada 31 negara yang menjadi sampel, dimana salah
satunya adalah Indonesia, menunjukkan bahwa posisi Indonesia menjadi yang kedua paling sering terjadi earnings management diantara kelompok negara
ASEAN yang menjadi sampel dan yang terburuk dari segi legal enforcement diantara ke-31 negara sampel.
Dari segala paparan serta penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai pengaruh dari kualitas akrual terhadap
sinkronitas harga saham pada kondisi di Indonesia. Penelitian terdahulu yang telah menunjukkan pengaruh dari kualitas akrual accruals quality terhadap stock
price synchronityinformativeness telah dilakukan antara lain oleh Zhou 2007, Johnston 2009, dan Lyimo 2014 akan banyak menjadi acuan peneliti.
6 Penelitian yang dilakukan oleh Zhou 2007, Johnston 2009, dan Lyimo 2014
memperoleh hasil bahwa terdapat korelasi negatif antara kualitas akrual dan stock price synchronityinformativeness di pasar modal di Amerika Serikat Zhou, 2007;
Johnston, 2009 dan India Lyimo, 2014. Sejauh ini, penelitian yang serupa belum peneliti temukan dilakukan pada pasar modal di Indonesia. Seperti halnya
Johnston 2009, peneliti juga menambahkan analisis pengaruh dari kualitas akrual innate dan kualitas akrual discretionary terhadap stock price
synchronityinformativeness. Untuk itu peneliti menetapkan judul dari penelitian
ini adalah: “Analisis Pengaruh Kualitas Akrual Accruals Quality terhadap Sinkronitas Harga Saham
Stock Price Synchronicity: Studi Empiris pada Bursa Efek Indonesia.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan terlebih dahulu diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh dari kualitas akrual Accruals Quality terhadap
sinkronitas harga saham Stock Price Synchronicity di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah terdapat pengaruh dari komponen kualitas akrual innate terhadap
sinkronitas harga saham Stock Price Synchronicity di Bursa Efek Indonesia?
7 3.
Apakah terdapat pengaruh dari komponen kualitas akrual discretionary terhadap sinkronitas harga saham Stock Price Synchronicity di Bursa
Efek Indonesia? 4.
Manakah diantara komponen kualitas akrual discretionary dan innate yang lebih signifikan berpengaruh terhadap sinkronitas harga saham Stock
Price Synchronicity di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal berikut ini:
1. Untuk menganalisis pengaruh dari kualitas akrual Accruals Quality
terhadap sinkronitas harga saham Stock Price Synchronicity di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh dari komponen kualitas akrual innate
terhadap sinkronitas harga saham Stock Price Synchronicity di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh dari komponen kualitas akrual discretionary
terhadap sinkronitas harga saham Stock Price Synchronicity di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui manakah diantara komponen kualitas akrual
discretionary dan innate yang lebih signifikan berpengaruh terhadap sinkronitas harga saham Stock Price Synchronicity di Bursa Efek
Indonesia.
8
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi para akademisi mengenai pengaruh dan signifikansi dari
kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham di Indonesia. Sehingga dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan akuntansi.
2. Bagi Primary Users Investor dan Kreditor Laporan Keuangan
Penelitian ini dapat membantu primary users agar dapat melihat bagaimana pengaruh kualitas akrual dengan sinkronitas harga saham di
Indonesia. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai kondisi dan tingkat kualitas laporan keuangan dari sisi akrual dan
keinformatifan saham yang ada di pasar modal Indonesia sehingga diharapkan pengambil keputusan dapat mengalokasikan modal yang
dimiliki secara efisien. 3.
Bagi Manajemen Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat mendorong manajemen perusahaan untuk
dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas sehingga bisa mendapatkan biaya modal yang lebih rendah bagi perusahaan.
4. Bagi Pemerintah dan Regulator
Dengan diketahuinya pengaruh dari kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham di Indonesia, maka diharapkan regulator dan pemerintah
9 dapat mengontrol laporan keuangan agar lebih bekualitas melalui
kewenangan dan sarana yang dimilikinya sehingga terjadi alokasi modal yang lebih efisiensi dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Terutama bagi pemerintah karena akrual di Indonesia kedepannya tidak hanya lagi diterapkan pada sektor swasta tetapi juga sektor publik.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.5 Konsep Akrual
Salah satu asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan adalah akuntansi berbasis akrual. Akuntansi berbasis akrual berarti pencatatan transaksi
keuangan sebuah perusahaan adalah pada saat transaksi tersebut terjadi dan bukan hanya ketika transaksi melibatkan pengeluaran atau pemasukan kas dan setara kas.
Misalnya pendapatan sudah dapat diakui ketika kemungkinan keuntungan di masa depan sudah bisa diterima atau sudah dapat diukur secara andal Revenue
Recognition, begitu pula beban sudah dapat diakui pada saat keterjadiannya dan bukan hanya ketika terjadi pembayaran kas Expense Matching.
Dalam Subramanyam dan Wild 2008, akrual dapat dibagi menjadi Short- term accruals dan Long-term accruals. Short-term accruals adalah akrual yang
mengahasilkan item-item modal kerja working capital pada laporan neraca aset lancar dan kewajiban lancar dan biasanya juga disebut sebagai modal kerja akrual
working capital accruals. Short-term accruals umumnya muncul dari inventories dan transaksi kredit yang mengakibatkan naiknya semua jenis piutang
dan utang seperti trade debtors dan creditors, prepaid expenses, dan advances received. Long-term accruals muncul dari kapitalisasi. Kapitalisasi aset adalah
suatu proses untuk menunda differing pengakuan biaya cost yang terjadi pada periode masa kini yang manfaatnya diekspetasi baru muncul di masa depan.
Proses ini menghasilkan long-term assets seperti plant, machinery, dan goodwill.
11 Akuntansi akrual dapat memberikan relevansi informasi yang lebih
superior dibanding cash flows. Superioritas ini dapat dijelaskan melalui hal-hal berikut:
1. Kinerja Keuangan Financial Performance. Revenue recognition dan expense matching pada akuntansi berbasis akrual memastikan semua pendapatan dan
beban yang berhubungan dengan pendapatan yang diterima tercatat dalam satu periode.
2. Kondisi Keuangan Financial Condition. Akuntansi akrual menghasilkan neraca yang lebih secara akurat merefleksikan tingkat sumber daya yang ada
bagi perusahaan untuk menghasilkan future cash flows. 3. Memprediksi future cash flows. Ada dua alasan mengapa laba akrual lebih baik
dibanding arus kas masa kini dalam memprediksi future cash flows. Pertama, dengan revenue recognition, laba akrual mecerminkan konsekuensi future cash
flows. Sebagai contoh, penjualan kredit hari ini meramalkan kas yang akan diterima dari pelanggan di masa depan. Kedua akuntansi akrual lebih baik
dalam menghubungkan pemasukan dan pengeluaran sepanjang waktu melalui proses matching. Hal ini berarti laba lebih stabil dan dapat diandalkan sebagai
prediktor arus kas. Secara eksplisit Statement of Financial Accounting Concepts No. 1, paragraph 44
FASB, 2008 menyatakan: “Information about enterprise earnings and its components measured by accrual
accounting generally provides a better indication of enterprise performance than does information about current cash receipts and payments.”
12 Hal ini tentu searah dengan tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum
yaitu untuk menyediakan informasi keuangan yang berguna bagi para investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya pada
entitas. Bagian di dalam laporan keuangan yang banyak digunakan investor dan kreditor dalam pengambilan keputusannya adalah earnings dan arus kas. Di
bagian earnings inilah akuntansi berbasis akrual terefleksikan. Di dalam earnings terdapat accrual adjustments dalam revenue and expense recognition yang
menyebabkannya berbeda dengan arus kas. Accrual adjustments ini dicatat setelah adanya pertimbangan asumsi-asumsi, estimasi-estimasi, serta kebijakan akuntasi.
1.6 Kualitas Akrual
Accruals Quality
Kualitas laba earnings quality telah mendapatkan perhatian serius dari para pengambil keputusan baik dari dalam manajemen perusahan maupun
investor dan kreditor dan stakeholders lainnya di pasar modal. Dechow et al. 2010 mendefinisikan kualitas laba earnings quality yang tinggi adalah yang
lebih jujur faithfully merepresentasikan fitur dari proses earnings fundamental perusahaan yang relevan untuk keputusan tertentu yang dibuat oleh pembuat
keputusan. Terdapat banyak atribut yang bisa digunakan untuk mengukur earnings quality antara lain kualitas akrual accruals quality, persistensi
persistence, prediktabilitas predictability, smoothness, value relevance, timeliness dan conservatism Francis et al. 2004, Dechow et al. 2010, Zhou,
2007. Penelitian ini akan fokus menilai earnings quality dengan menggunakan accruals quality sebagai proksi.
13 Earnings yang disusun secara akrual sebenarnya dapat lebih menunjukkan
implikasi ekonomi dari transaksi dan kejadian yang ada. Akan tetapi, dalam penyusunannya, earnings pada akuntansi berbasis akrual tidak terlepas dari
estimasi, asumsi, pilihan kebijakan akuntansi yang ditentukan oleh pertimbangan manajemen mengandung subjektifitas yang tinggi. Banyak literatur
mengindikasikan bahwa terdapat trade-off antara relevansi dan reliabilitas pada laba earnings yang disusun secara akrual. Akuntansi berbasis akrual dianggap
akan menaikkan relevansi informasi pada laporan keuangan namun menyebabkan reliabilitasnya menurun.
Keleluasan yang dimiliki manajemen dalam pemilihan akrual dapat menyebabkan distorsi pada kegunaan dan kualitas dari earnings. Pihak
manajemen perusahaan dalam penentuan akrualnya bisa saja melakukan kesalahan error perhitungan dan pemilihan estimasi, asumsi, dan kebijakan
akuntansi karena memiliki keterbatasan tertentu. Fleksibilitas yang dimiliki manajemen ini juga ditakutkan secara sengaja dimanfaatkan oleh manajemen
untuk melakukan manipulasi terhadap earnings earnings management karena adanya motif dan insentif tertentu dari manajemen tersebut. Easley dan O’Hara
2004 mengatakan bahwa perlakuan akuntansi perusahaan terhadap earnings dan disclosure dapat mempengaruhi lingkungan informasi perusahaan yang kemudian
akan berdampak pada resiko informasi, volatilitas idiosyncratic, dan biaya modal cost of capital.
14 a.
Akrual Innate dan Akrual Discretionary
Francis et al. 2005 menyatakan bahwa komponen kualitas akrual dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu kualitas akrual innate dan
kualitas akrual discretionary. Innate accruals quality merupakan akrual yang dipengaruhi atau diakibatkan kondisi perekonomian, operasional
perusahaan, dan merefleksikan fundamental ekonomi. Discretionary accruals quality adalah akrual yang merupakan subjek kewenangan atau
keleluasaan dari pilihan manajemen managerial discretion dan merefleksikan dasar dari kebijakan akuntansi dalam praktik akuntansi
perusahaan. Akrual yang terjadi karena ada managerial discretion memiliki dua
implikasi. Pertama, melalui keleluasaan yang dimilikinya tersebut manajemen bisa meningkatkan keinformatifan dari earnings dengan cara
membuka informasi private perusahaan sehingga earnings dapat merefleksikan performa perusahaan yang dapat diandalkan dan memiliki
ketepatan waktu Guay et al. 1996 sehingga akan menjadi sarana signaling dari nilai perusahaan kepada investor. Kedua, adanya
keleluasaan ini menyebabkan manajer yang memiliki motivasi dan insentif tertentu memanfaatkan akrual secara oportunistik sehingga menyebabkan
distorsi pada pelaporan earnings. Menurut Lobo dan Zhou 2001 akrual discretionary dipandang sebagai komponen earnings yang kurang dapat
diandalkan dibanding akrual non-discretionary innate oleh partisipan pasar. Hal ini mengimplikasikan bahwa akrual discretionary lebih
15 mungkin menjadi subjek manipulasi manajer dan oleh karena itu,
merupakan ukuran yang valid dari earnings managements.
a. Model Kualitas Akrual
Tujuan dari model akrual adalah untuk memisah-misahkan akrual menjadi komponen yang dapat mengukur earnings berbasis akrual yang
terasosiasikan dengan proses earnings fundamental perusahaan ataukah dengan akrual “abnormal” akrual yang berasal dari discretionary atau
error. Semakin tinggi tingkat akrual yang tidak berasosiasi dengan proses earnings utama perusahaan maka diasumsikan akan mengurangi kualitas
akrual Dechow et al., 2010. Terdapat beberapa model yang dikembangkan untuk mengukur kualitas akrual. Berikut beberapa model
yang umum dipakai secara luas oleh peneliti untuk mengukur kualitas akrual:
1. Jones Model Jones 1991 menerangkan akrual modal kerja working capital
accruals dan depresiasi Acc
t
merupakan fungsi dari pertumbuhan penjualan
∆Rev
t
dan Plant, Property, and Equipment kotor PPEt.
Acc
t
=a+b
1
∆Rev
t
+b
2
PPEt+e
t
Working capital accruals seperti piutang usaha, persediaan, dan utang usaha tergantung pada perubahan penjualan. Penjualan dianggap
sebagai kontrol terhadap kondisi perekonomian karena diasumsikan dapat mengukur secara objektif operasi perusahaan sebelum
manipulasi manajemen. PPE kotor dimasukan sebagai kontrol dari
16 porsi total akrual yang berhubungan dengan total beban depresiasi
non-discretionary. Error e
t
pada model ini merepresentasikan tingkat akrual abnormal discretionary. Model Jones dianggap kurang
memiliki kekuatan penjelasan karena hanya menjelaskan 10 dari variasi akrual. Model ini juga mungkin saja memasukkan bagian dari
akrual yang merepresentasikan earning management pada akrual “normal”.
2. Modified Jones Model Model ini dikembangkan oleh Dechow et al. 1995 dan merupakan
modifikasi dari model Jones 1991. Modifikasi dilakukan dengan menyesuaikan pertumbuhan pada penjualan kredit yang ditunjukkan
lewat piutang
∆Rec
t
. Penjualan kredit dianggap sering dimanipulasi, sehingga modifikasi ini menambah kekuatan dari model Jones untuk
menghasilkan residual yang lebih tidak berkorelasi dengan penjualan akrual “normal”.
Acc
t
=a+b
1
∆Rev
t
- ∆Rec
t
+b
2
PPE
t
+e
t
3. Performance Matched Model Pada penelitiannya, Kothari et al. 2005 mengontrol tingkat normal
dari kondisi akrual berdasarkan ROA. Cara yang dilakukan oleh Kothari et al. 2005 adalah dengan mengidentifikasi perusahaan dari
industri yang memiliki tingkat ROA yang mendekati tingkat ROA perusahaan sampel. Kemudian dicari tingkat discretionary accruals
perusahaan tersebut Matched firm’s DisAcc
t
dan menguranginya
17 dengan discretionary accruals perusahaan sampel DisAcc
t
sehingga menghasilkan residual yang cocok dari segi kinerja. Tingkat
discretionary accruals merupakan residual dari model Jones maupun modified Jones.
DisAcc
t
- Matched firm’s DisAcc
t
Dechow et al. 2010 mengatakan model ini memiliki kelemahan karena hanya menjelas 10-12 variasi akrual dan dapat menyerap
terlalu banyak diskretioner ketika terjadi manajemen laba. 4. Dechow and Dichev Model
Model ini dikembangkan oleh Dechow dan Dichev 2002 karena melihat bahwa terdapat hubungan antara arus kas realisasi dengan
modal kerja sehingga fungsi matching akrual ke arus kas merupakan hal yang penting. Model akrual
∆WC dibuat sebagai fungsi dari arus
kas masa lalu CFO
t-1
, masa sekarang CFO
t
, dan masa depan CFO
t+1
karena akrual dapat mengantisipasi kas yang akan diterimadibayar dan dibalik ketika kas yang sebelumnya dicatat
sebagai akrual diterimadibayar. Standar deviasi dari error e
t
inilah yang menjadi proksi earnings quality, dengan semakin tinggi nilai
error maka semakin rendah pula kualitas akrualnya.
∆WC=a+b
1
CFO
t-1
+b
2
CFO
t
+b
3
CFO
t+1
+e
t
McNichols 2002 kemudian memodifikasi model dari Dechow dan Dichev 2002 dengan mengabungkannya dengan model Jones 1991,
dan membagi akrual menjadi discretionary accruals dan non-
18 discretionary accruals. Hasilnya McNichols 2002 menemukan
bahwa terjadi peningkatan kekuatan penjelasan.
∆WC
t
=a+b1CFO
t_1
+b
2
CFO
t
+b3CFO
t+1
+b
4
∆Sales
t
+b
5
PPE
t
+e
t
5. Discretionary Estimation Error Model Francis et al. 2005 mengikuti model Dechow dan Dichev 2002
yang telah dimodifikasi McNichols 2002 dengan menambahkan penjualan dan PPE pada model akrual normal mereka dan kemudian
medekomposisi nilai residual dari regresi menjadi innate estimation errors dan discretionary estimation errors. Pemisahan ini dilakukan
untuk mengetahui komponen kualitas akrual yang berasal dari fundamental ekonomi innate atau akrual yang merepresentasikan
pilihan manajemen discretionary yang memiliki efek lebih besar.
σe
t
=α+λ
1
Size
t
+λ
2
σCFO
t
+λ
3
σRev
t
+λ
4
logOperCycle
t
+λ
5
NegEarn
t
+υ
t
Pada model ini, kualitas akrual merupakan standar deviasi residual dari model modifikasi Dechow dan Dichev 2002 e
t
yang merupakan fungsi dari komponen innate yang mempengaruhi kualitas
akrual seperti ukuran perusahaan SIZE, standar deviasi dari arus kas operasi
σCFO, standar deviasi dari penjualan σRev
t
, Siklus Operasi OperCycle, dan kejadian laba negatif NegEarn. Dan
residual dari model ini merupakan discretionary accruals.
19
Tabel 2.1 Rangkuman model-model akrual
Model Akrual Teori
Catatan Model Jones 1991
Acc
t
=a+b
1
∆Rev
t
+b
2
PPEt+e
t
Akrual merupakan fungsi dari pertumbuhan pendapatan dan depresiasi adalah fungsi dari PPE. Semua variabel dibagi dengan
total aset. Korelasi atau error dengan
performa perusahaan dapat menyebabkan bias pada
pengujian.
Modified Jones Model Dechow, Sloan dan Sweeney, 1995
Acc
t
=a+b
1
∆Rev
t
-
∆Rec
t
+b
2
PPE
t
+e
t
Menyesuaikan model Jones untuk mengeluarkan pertumbuhan kredit pada tahun yang diidentifikasi sebagai tahun manipulasi.
R
2
sekitar 12. Residual berhubungan dengan
akrual, laba, dan arus kas.
Performance Matched Khotari, Leone, dan Wasley, 2005
DisAcc
t
- Matched firm’s DisAcc
t
Mencocokan perusahaan yang menjadi sampel dengan perusahaan lain dari industri dan tahun yang sama yang memiliki ROA
terdekat. Akrual diskresioner berasal dari model Jones atau model modifikasi Jones.
Dapat mengurangi kekuatan pengujian.
Penggunaan sebaiknya pada saat kinerja menjadi
isu.
Pendekatan Dechow dan Dichev 2002
∆WC=a+b
1
CFO
t- 1
+b
2
CFO
t
+b
3
CFO
t+1
+e
t
Akrual dimodelkan sebagai fungsi dari arus kas masa lalu, masa sekarang, dan masa depan karena akrual mengubah timing dari
pengakuan arus kas pada laba. σe
t
atau e
t
absolut memproksikan kualitas
akrual.
Discretionary estimation errors Francis, LaFond, Olsson,
Schipper, 2005 σe
t
=α+λ
1
Size
t
+λ
2
σCFO
t
+λ
3
σRev
t
+λ
4
logOperCycle
t
+λ
5
NegEarn
t
+υ
t
Mendekomposisi standar deviasi dari model akrual menjadi komponen innate yang merefleksikan lingkungan operasional
perusahaan dan komponen discretionary νt yang merefleksikan
pilihan manajemen. Estimasi error innate adalah
komponen yang diprediksi dari
σεt regresi.
Sumber: Dechow et al., 2010
20
1.7 Sinkronitas Harga Saham
Stock Price Synchronicity
Pergerakan harga saham di pasar modal sangat dipengaruhi oleh cara investor dalam merespons informasi yang mereka miliki dan dapatkan mengenai
suatu saham. Informasi ini dapat berupa informasi mengenai kinerja dari perusahaan, kondisi industri dan perekonomian dimana perusahan berada, serta
informasi mengenai kondisi dan trend pasar modal. Jika investor rasional menyimpulkan bahwa perusahaan dapat memberikan returns yang tinggi, baik
berupa deviden maupun capital gain, maka permintaan akan saham perusahaan itu akan naik. Naiknya permintaan akan saham akan meningkatkan harga saham
perusahaan itu di pasar modal. Piotroski dan Roulstone 2004 mendefinisikan stock return synchronicity
adalah sejauh mana returns pasar dan industri menjelaskan returns saham pada level perusahaan firm-level. Sinkronitas harga saham menunjukkan jumlah
relatif dari informasi firm-specific versus informasi market dan industry-specific yang mempengaruhi harga saham selama tahun fiskal. Sinkronitas ini diukur
dengan melihat transformasi logaritmik R
2
dari suatu market pricing model, contoh: Capital Asset Pricing Model CAPM. Semakin rendah tinggi
sinkronitas harga saham stock price synchronicity R
2
menunjukkan semakin banyak sedikit informasi firm-specific yang ter-impound pada harga saham.
2.3.3 Stock Price Synchronicity dan Kualitas Alokasi Modal
Beberapa penelitian menggunakan sinkronitas harga saham untuk mengukur jumlah informasi firm-specific yang tercerminkan dalam harga
saham dan mencari hubungannya dengan alokasi modal dan keputusan
21 investasi. Morck et al. 2000 dalam penilitiannya menyimpulkan bahwa
returns saham lebih sinkron di negara ekonomi berkembang dibanding di negara maju. Temuan ini berkorelasi kuat dengan perkembangan institusi
di negara-negara tersebut. Pasar modal di negara berkembang dianggap kurang berfungsi sebagai prosesor informasi dan kurang efisien dibanding
negara berkembang. Konsisten dengan temuan tersebut, Wurgler 2000 menemukan bahwa negara dengan pasar modal yang menghargai
impound informasi firm-specific pada harga saham individual sinkronitas harga yang rendah menunjukkan alokasi modal yang lebih
baik. Karena jika harga saham lebih informatif, maka investor akan lebih terbantu dalam menilai saham yang baik dan yang buruk.
Durnev et al. 2004 berasumsi jika tingkat informasi firm-specific yang tinggi pada harga saham berasosiasi dengan informed investor, maka
akan meningkatkan kualitas keputusan investasi perusahaan. Dengan adanya kualitas investasi modal dan sumber daya yang baik dari investor
di pasar modal maupun manajemen di perusahaan, yang terlihat dari asinkronitas harga saham, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan di suatu negara. Pada studinya pada kondisi pasar modal di Tiongkok yang
mengalami pertumbuhan ekonomi pesat, Hasan et al. 2013 menyatakan dengan adanya keterbukaan politik, penegakkan hukum yang kuat, dan
perkembangan institusional yang pesat di Tiongkok selama 20 tahun
22 terakhir telah membuat saham di negara tersebut menjadi lebih informatif
dan mengandung lebih banyak informasi firm-specific.
2.3.4 Stock Price Synchronicity: Keinformatifan Saham atau Noise
Terdapat perdebatan diantara para peneliti dan akademisi dalam berbagai literatur mengenai apakah sinkronitas harga saham menunjukkan
tingkat keinformatifan saham atau hanya merupakan noise dari aktivitas di pasar modal. Sebagian peneliti beranggapan bahwa ketidaksinkronan
return saham karena adanya informasi spesifik perusahaan yang dimiliki investor sehingga pergerakan harga saham tersebut tidak sama dengan
pasar maupun industrinya. Sedangkan sebagian peneliti lainnya menyatakan harga saham yang tidak sinkron lebih kepada volatilitas yang
diakibatkan faktor non-fundamental perusahaan dan kesalahan pengolahan informasi noise.
Durnev et al. 2003 menunjukkan perusahaan atau industri dengan R
2
dari market pricing model yang rendah sinkronitas rendah menunjukkan asosiasi yang tinggi antara current returns dan future
earnings, yang mengindikasikan bahwa terdapat lebih banyak informasi dari future earnings di dalam current earnings tersebut. Piotroski dan
Roulstone 2004 memperkenalkan stock return synchronicity sebagai metric untuk mengukur jumlah informasi relatif yang tercermin dalam
harga saham karena performa perusahaan dapat didisagregasikan ke dalam komponen firm-specific, industry-specific, dan market-specific. Jin dan
Myers 2006 menyatakan bahwa kurangnya informasi yang membantu
23 investor untuk mengobservasi nilai perusahaan berhubungan positif
dengan R
2
. Beberapa penelitian seperti Bushman et al. 2004 dan Dasgupta et
al. 2010 menghubungkan sinkronitas harga saham dan tingkat transparansi perusahaan. Hasil dari penilitian ini menunjukkan semakin
banyak informasi firm-specific sinkronitas rendah pada sahamnya, maka semakin transparan juga perusahaan tersebut. Kim dan Shi 2007
menemukan adopsi IFRS yang mendukung traders untuk mengumpulkan informasi privat dan memproses informasi publik, secara signifikan
menurunkan sinkronitas harga saham. Temuan ini konsisten dengan penilitian Chen et al. 2007 yang menyimpulkan bahwa semakin banyak
informasi privat akan meningkat ketidaksinkronan harga saham. Sedangkan Ashbaugh-Skaife et al. 2005, Teoh et al. 2008, dan
Rajgopal dan Venkatachalam 2011 dalam penilitiannya mengindikasikan bahwa tingginya tingkat asinkronisasi harga saham R
2
yang rendah tidak atau kurang berhubungan dengan keinformatifan harga saham. Ashbaugh-
Skaife et al. 2005 dalam analisisnya terhadap pengujian bukti di 6 negara dengan diperoleh hasil yang tidak konsisten, menyatakan variasi
sinkronitas harga saham diantara perusahaan di pasar internasional bukan dikarenakan informasi firm-specific. Teoh et al. 2008 yang menganalisis
hubungan R
2
dengan earning response coefficient menolak interpretasi mengenai keinformatifan saham dan cenderung mengarah ke noise. Teoh
et al. 2008 juga menguji anomali dari akrual, net operating assets, VP,
24 dan post-earnings announcement yang menghasilkan efek berlawanan
dengan penelitian Durnev et al. 2003. Rajgopal dan Venkatachalam 2011 yang menguji asosiasi kualitas laporan keuangan dengan volatilitas
idiosyncratic dari returns menemukan adanya hubungan positif diantara keduanya.
Lee dan Liu 2007 dalam Johnston, 2009 mencoba merekonsiliasi perbedaan-perbedaan temuan empiris ini dengan membuat
model dari volatilitas idiosyncratic. Dalam model ini ditunjukkan bahwa volatilitas idiosyncratic dapat didekomposisi menjadi komponen noise dan
komponen informasi. Zhou 2007 berasumsi apabila sinkronitas harga tidak menunjukkan keinformatifan harga saham, maka kualitas laba tidak
akan mempengaruhi tingkat sinkronitas harga saham. Zhou 2007 kemudian menemukan hasil bahwa earnings quality, yang berhubungan
dengan keinformatifan informasi akuntansi, berpengaruh terhadap sinkronitas harga saham.
1.8 Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk melihat hubungan dan pengaruh antara kualitas laba earnings quality dengan kondisi di
pasar modal seperti returns, cost of capital, price synchronicity, dsb. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan
dilakukan disajikan pada Tabel 2.2
25
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Jennifer Francis, Ryan LaFond, Per M.
Olsson, dan Katherine Schipper
2004
Cost of Equity and Earnings Attributes
Cost of Equity Capital, Accruals Quality,
Persistence, Predictability, Smoothness, Value
Relevance, Timeliness, dan Conservatism
Perusahaan yang memiliki nilai earning attributes yang kurang disukai mengalami
biaya modal ekuitas yang lebih tinggi. Efek biaya modal paling besar berasal dari atribut
accounting-based, terutama kualitas akrual.
Jennifer Francis, Ryan LaFond, Per M.
Olsson, dan Katherine Schipper
2005
The Market Pricing of Accruals Quality
Cost of Debt, Cost of Capital Equity, Accruals
Quality, Innate Accruals Quality, Discretionary
Accruals Quality Kualitas akrual yang rendah berasosiasi
dengan biaya modal yang tinggi. Kualitas akrual discretionary secara rata-rata memiliki
efek harga yang lebih kecil dibanding kualitas akrual innate. Semua dampak ini diakibatkan
karena kualitas akrual memproksikan resiko informasi.
Zhou Jing 2007
Earning Quality, Analyst, Institutional Investors and
Stock Price Synchronicity
Earning Quality, Stock Price Synchronicity,
Financial Analyst, Semakin tinggi kualitas laba, maka
sinkronitas harga saham semakin rendah hubungan negatif. Analis keuangan dan
26 Institutional Investor
investor institusional memperkuat hubungan negatif antara kualitas laba dan sinkronitas
harga. Miguel A. Ferreira
dan Paula A. Laux 2007
Corporate Governance, Idiosyncratic Risk, and
Information Flow
Governance Index, Idiosyncratic Volatility,
Information Flow Keterbukaan kontrol perusahaan pada pasar
menyebabkan harga saham menjadi lebih informatif karena memotivasi pengumpulan
dan perdagangan pada informasi privat. Joseph Atkins
Johnston 2009
Accruals Quality and Price Synchronicity
Accruals Quality, Innate Accruals Quality,
Discretionary Accruals Quality, Price
Synchronicity Ditemukan hubungan negatif yang signifikan
antara kualitas akrual dan sinkronitas harga. Komponen Innate dari akrual secara
konsisten berhubungan negatif dengan sinkronitas harga. Sedangkan pada komponen
diskresioner hanya ditemukan bukti yang lemah.
Dongcheol Kim dan Yaxuan Qi 2010
Accruals Quality, Stock Returns, and Macroeconomic
Conditions
Accruals Quality, Risk Factor Model,
Macroeconomic Condition Faktor resiko kualitas akrual secara signifikan
dihargai dalam saham, setelah mengontrol saham dengan harga rendah. Efek harga lebih
utama pada total kualitas akrual dan kualitas akrual innate tetapi tidak pada kualitas akrual
27 discretionary. Premium resiko hanya
berasosiasi dengan kualitas akrual ketika ekonomi mengalami ekspansi dan tidak pada
saat resesi. Claudia Zhen Qi,
K.R. Subramanyam, dan Jieying Zhang
2010
Accrual Quality, Bond Liquidity, and Cost of Debt
Accruals Quality, Information Asymmetry,
Bond Liquidity, Cost of Debt
Kualitas akrual yang tinggi tidak hanya mengurangi asimetri informasi, tetapi juga
mengurangi ketidakpastian informasi. Kualitas akrual meningkatkan likuiditas
obligasi yang kemudian akan menurunkan biaya utang.
Shiva Rajgopal dan Mohan
Venkatachalam 2011
Financial Reporting Quality and Idiosyncratic Return
Volatility
Earning Quality, Idiosyncratic Volatility
Kualitas laba yang memburuk mempunyai hubungan positif dengan peningkatan
volatilitas idiosyncratic selama 40 tahun terakhir. Investor menjadi lebih fokus pada
perusahaan yang memiliki kualitas laporan keuangan yang tinggi.
Maria Ogneva 2012 Accrual Quality, Realized Returns, and Expected
Returns: The Importance of
Accruals Quality, Cash Flow Shocks, Cost of
Equity Setelah mengeluarkan cash flow shocks,
returns realisasi di masa depan berhubungan negatif dengan kualitas akrual. Premium yang
28
Controlling for Cash Flow Shocks
berhubungan dengan kualitas akrual signifikan secara statistik dan ekonomi pada
uji standard asset pricing ketika cash flow shocks dikeluarkan melalui dekomposisi firm-
specific returns. Nilabhra
Bhattacharya, Hemang Desai, dan
Kumar Venkataraman
2013
Does Earnings Quality Affect Information Asymmetry?
Evidence from Trading Cost
Information Asymmetry, FLOS Earnings Quality
model, Innate and Discretionary Accruals
Quality Kualitas laba yang buruk secara signifikan
berhubungan dengan asimetri informasi yang tinggi. Kualitas akrual innate dan
discretionary sama-sama berhubungan dengan asimetri informasi, namun hubungan
discretionary accruals bersifat relatif tergantung pada norma industri.
Orie Barron, Xuguang Sheng, dan
Maya Thevenot 2013
Information Environment and The Cost of Capital
Cost of Capital, Information Asymmetry,
Average Information Precision, Precision of
Public Information and Private Information
Adanya asimetri informasi akan mengakibatkan peningkatan biaya modal,
namun menurunkan biaya modal ketika tingkat informasi publik rendah. Presisi dari
informasi privat akan menurunkan biaya modal ketika jumlah total informasi rendah
dan meningkatkan biaya modal ketika
29 kualitas total informasi rendah.
Irine Ayuningtyas dan Sylvia Veronica
2014
Pengaruh Kualitas Akrual Terhadap Biaya Utang dan
Biaya Ekuitas: Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2011
Accruals Quality, Cost of Debt, Cost of Equity
Kualitas akrual, kualitas akrual innate dan kualitas akrual diskresioner tidak berpengaruh
terhadap biaya utang. Kualitas akrual memiliki pengaruh negatif terhadap biaya
ekuitas. Pengaruh kualitas akrual innate lebih besar dibanding kualitas akrual diskresioner
pada biaya ekuitas. Gregory D. Lyimo
2014
Accrual Quality and Stock Price Informativeness:
Evidence from India
Accruals Quality, Stock Price Synchronicity
Akrual secara positif berhubungan dengan keinformatifan harga saham. Hasil ini
mendukung bahwa kualitas akrual merupakan hal yang penting dalam proses masuknya
informasi spesifik perusahaan pada harga saham.
30
1.9 Keterkaitan Antar Variabel Dengan Hipotesis
1. Kualitas Akrual dan Sinkronitas Harga Saham