Analisis Pengaruh Kualitas Akrual (Accruals Quality) Terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity): Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH KUALITAS AKRUAL (ACCRUALS QUALITY) TERHADAP SINKRONITAS HARGA SAHAM (STOCK PRICE
SYNCHRONICITY): STUDI EMPIRIS PADA BURSA
EFEK INDONESIA
OLEH WILLIAM
110503098
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
Halaman ini sengaja dikosongkan.
(This page intentionally left blank)
(3)
i PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Akrual (Accruals Quality) terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity): Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2015 Yang membuat pernyataan
William NIM: 110503098
(4)
ii ABSTRAK
Analisis Pengaruh Kualitas Akrual (Accruals Quality) terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity): Studi Empiris Pada Bursa Efek
Indonesia
Penelitian ini menganalisis pengaruh dari kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat kualitas informasi spesifik perusahaan yang berasal dari laporan keuangan mempengaruhi investor dalam menentukan keputusan alokasi modal yang tercerminkan melalui sinkronitas harga saham. Penelitian ini juga mendekomposisi kualitas akrual menjadi komponen kualitas akrual innate dan kualitas akrual discretionary dan menguji pengaruhnya masing-masing terhadap sinkronitas harga. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada sektor agrikultural, sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi, sektor industri dasar dan kimia, dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 dan 2012. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas akrual dan komponen kualitas innate berpengaruh negatif secara signifikan terhadap sinkronitas harga saham, sedangkan komponen kualitas akrual discretionary menunjukkan arah hubungan negatif namun tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap sinkronitas harga saham. Kesimpulan ini mengimplikasikan bahwa kualitas dari akrual merupakan faktor penting bagi investor dalam memutuskan untuk menghargai informasi spesifik perusahaan dalam pengambilan keputusan di pasar modal. Penelitian ini juga menemukan bahwa pada pengaruh kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham lebih dipengaruhi oleh faktor innate dari kualitas akrual daripada faktor discretionary, yang menindikasikan bahwa kualitas akrual discretionary yang memiliki efek off-setting cenderung diabaikan investor.
Kata kunci:
Kualitas Akrual, Kualitas Akrual Innate, Kualitas Akrual Discretionary, Sinkronitas Harga Saham, Keinformatifan Harga Saham
(5)
iii ABSTRACT
Analysis of Accruals Quality Effect on Stock Price Synchronicity: An Empirical Study on Indonesia Stock Exchange
This study analyzes the effect of accruals quality on stock price synchronicity. The aim of this test is to comprehend whether the level of firm-specific information quality from financial report affect the investor in making capital allocation decisions, that reflected in stock price synchronicity. This study also decomposing the accruals quality into innate accruals quality component and discretionary accruals quality components then test each of their impact on stock price synchronicity. Objects of this study are the listed companies in Indonesia Stock Exchange from the agriculture sector, infrastructure, utilities, and transportation sector, basic industry and chemicals sector, and miscellaneous industry sector for the years 2011 and 2012. The results of this study show that accruals quality and innate accruals quality have significant negative effect on stock price synchronicity and the discretionary accruals quality, though has a negative relationship, does not give significant effect on stock price synchronicity. These findings implicate that accruals quality is important factor for investors in impounding more or less of firm-specific information in stocks market decision making. This study also finds that the effect of accruals quality on stock price synchronicity is emerged more significantly from the innate factor rather than the discretionary factor of accruals quality, which suggests that the off-setting effect of discretionary accruals quality make it more likely to be less apprehended by the investors.
Keywords:
Accruals Quality, Innate Accruals Quality, Discretionary Accruals Quality, Stock Price Synchronicity, Stock Price Informativeness
(6)
iv KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah dan akan terus bersama dengan penulis, terutama selama proses penulisan sampai penyelesaian skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Akrual (Accruals Quality) terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity): Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia” dibuat dalam rangka memenenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeristas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian masa studi dan pembuatan skripsi ini bukan semata-mata hanya oleh kemampuan dan upaya penulis sebagai manusia seorang diri. Oleh karena itu, penulis ingin memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., MAFIS, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1-Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1-Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
(7)
v 4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing, atas
arahan dan bimbingan beliau dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Dosen Pembanding dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Dosen Penguji, atas masuk, saran, dan penilaian yang telah diberikan terhadap skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis, Benny Suganda dan Oei Bie Hua, yang telah mendedikasikan hidupnya untuk membesarkan penulis dan akan selalu menjadi motivasi penulis selamanya, serta kakak penulis, Siskha Wijaya. 7. Seluruh teman dan rekan sejawat mahasiswa/i di Program Studi
S1-Akuntansi Stambuk 2011 dan sahabat-sahabat penulis lainnya, atas dukungan serta kebersamaanya selama proses masa studi dan penyelesaian skripsi ini.
Terlepas dari kenyataan bahwa telah terselesaikannya skripsi ini, Penulis sadar bahwa skripsi ini masih belum mencapai kata sempurna. Akhir kata, Penulis berharap sekiranya skripsi ini dapat dinikmati dan memberikan manfaat bagi para pembaca dan pihak yang menggunakannya. VVOV.
Kota Medan, April 2015
(8)
vi DAFTAR ISI
PERNYATAAN . . . ABSTRAK . . . ABSTRACT . . . KATA PENGANTAR . . . DAFTAR ISI . . . DAFTAR GAMBAR . . . DAFTAR TABEL . . . DAFTAR LAMPIRAN . . . 1. PENDAHULUAN . . .
1.1 Latar Belakang . . . 1.2 Perumusan Masalah . . . 1.3 Tujuan Penelitian . . . 1.4 Manfaat Penelitian . . . 2. TINJAUAN PUSTAKA . . .
2.1 Konsep Akrual . . . 2.2 Kualitas Akrual (Accruals Quality) . . .
2.2.1 Akrual Innate dan Akrual Discretionary . . . 2.2.2 Model Kualitas Akrual . . . 2.3 Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity) . . . 2.3.1 Stock Price Synchronicity dan Kualitas Alokasi Modal . . . 2.3.2 Stock Price Synchronicity: Keinformatifan Saham atau
Noise . . . 2.4 Penelitian Terdahulu . . . 2.5 Keterkaitan Antar Variabel Dengan Hipotesis . . . 2.5.1 Kualitas Akrual dan Sinkronitas Harga Saham . . . 2.5.2 Komponen Innate dan Discretionary Kualitas Akrual dan Sinkronitas Harga Saham . . . 2.6 Rerangka Konseptual . . . 3. METODOLOGI PENELITIAN . . . 3.1 Jenis Penelitian . . . 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian . . . 3.3 Batasan Operasional . . . 3.4 Definisi dan Operasional Variabel . . .
3.4.1 Variabel Independen . . . i ii iii iv vi ix x xi 1 1 6 7 8 10 10 12 14 15 20 20 22 24 30 30 32 35 38 38 38 40 40 40
(9)
vii 3.4.1.1 Kualitas Akrual (Accruals Quality) . . . 3.4.1.2 Kualitas Akrual Innate (Innate Accruals Quality)
dan Kualitas Akrual Discretionary
(DiscretionaryAccruals Quality) . . . 3.4.2 Variabel Dependen . . . 3.4.3 Variabel Kontrol . . . 3.5 Populasi dan Sampel . . . 3.6 Jenis dan Sumber Data . . . 3.7 Metode Pengumpulan Data . . . 3.8 Metode Analisis . . . 3.8.1 Statistik Deskriptif . . . 3.8.2 Uji Asumsi Klasik . . .
3.8.2.1 Uji Normalitas . . . 3.8.2.2 Uji Multikolinearitas . . . 3.8.2.3 Uji Autokorelasi . . . 3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas . . . 3.8.3 Uji Hipotesis . . . 3.8.3.1 Analisis Model Penelitian . . . 3.8.3.2 Uji Signifikansi Serentak (Uji Statistik F) . . . 3.8.3.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) . . . 3.8.3.4 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) . . . 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Data . . . 4.2 Statistik Deskriptif . . . 4.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik . . . 4.3.1 Uji Normalitas . . . 4.3.2 Uji Multikolinearitas . . . 4.3.3 Uji Autokorelasi . . . 4.3.4 Uji Heteroskedastisitas . . . 4.4 Pengujian Pengaruh Kualitas Akrual (Accruals Quality) terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity) . . . 4.5 Pengujian Pengaruh Komponen Kualitas Akrual Innate (Innate
Accruals Quality) terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity) . . . 4.6 Pengujian Pengaruh Komponen Kualitas Akrual Discretionary (Discretionary Accruals Quality) terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity) . . . 4.7 Pengujian Beda Pengaruh Komponen Kualitas Akrual Innate
(Innate Accruals Quality) dengan Komponen Kualitas Akrual 40 42 44 46 47 49 50 50 50 50 51 52 52 53 54 54 57 57 58 59 59 60 63 63 64 68 69 72 76 79
(10)
viii Discretionary (Discretionary Accruals Quality) terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity) . . . 4.8 Pembahasan Hasil Pengujian Model Hipotesis Penelitian . . . 5. KESIMPULAN DAN SARAN . . . 5.1 Kesimpulan . . . 5.2 Saran . . . 5.3 Implikasi Penelitian . . . DAFTAR PUSTAKA . . . LAMPIRAN . . .
82 85 89 89 91 92 94 99
(11)
ix DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5
Rerangka Konseptual . . . Data Perusahaan Sampel Terpilih Berdasarkan Sektor . . .
Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Model Hipotesis Penelitian Pertama . . . Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Model Hipotesis Penelitian Kedua . . . Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Model Hipotesis Penelitian Ketiga . . . Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Model Hipotesis Penelitian Keempat . . .
37 60 69 70 71 72
(12)
x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20
Rangkuman model-model akrual . . . Penelitian Terdahulu . . . Jadwal Penelitian . . . Operasional Variabel Kontrol . . . Pemilihan Sampel . . . Ikhtisar Pengambilan Sampel . . . Statistik Deskriptif . . . Uji Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov . . . Uji Multikolinearitas Model Hipotesis Penelitian Pertama . . . Uji Multikolinearitas Model Hipotesis Penelitian Kedua . . . . Uji Multikolinearitas Model Hipotesis Penelitian Ketiga . . . . Uji Multikolinearitas Model Hipotesis Penelitian Keempat . . Uji Non-Parametrik Run Test . . . Hasil Regresi Model Hipotesis Penelitian Pertama . . . Hasil Uji-F Model Hipotesis Penelitian Pertama . . . Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Hipotesis Penelitian Pertama . . . Hasil Regresi Model Hipotesis Penelitian Kedua . . . Hasil Uji-F Model Hipotesis Penelitian Kedua . . . Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Hipotesis Penelitian Kedua . . . Hasil Regresi Model Hipotesis Penelitian Ketiga . . . Hasil Uji-F Model Hipotesis Penelitian Ketiga . . . Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Hipotesis Penelitian Ketiga . . . Hasil Regresi Model Hipotesis Penelitian Keempat . . . Hasil Uji-F Model Hipotesis Penelitian Keempat . . . Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Model Hipotesis Penelitian Keempat . . .
19 25 39 47 48 59 61 63 65 66 67 67 68 73 75 75 77 78 78 79 81 81 83 84 85
(13)
xi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3
Penentuan Sampel Perusahaan dan Observasi Penelitian . . . Data Hasil Standar Deviasi Kualitas Akrual, Kualitas
Akrual Innate, dan Kualitas Akrual Discretionary . . . Ringkasan Definisi Operasional Variabel Penelitian . . .
99 103 105
(14)
ii ABSTRAK
Analisis Pengaruh Kualitas Akrual (Accruals Quality) terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity): Studi Empiris Pada Bursa Efek
Indonesia
Penelitian ini menganalisis pengaruh dari kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat kualitas informasi spesifik perusahaan yang berasal dari laporan keuangan mempengaruhi investor dalam menentukan keputusan alokasi modal yang tercerminkan melalui sinkronitas harga saham. Penelitian ini juga mendekomposisi kualitas akrual menjadi komponen kualitas akrual innate dan kualitas akrual discretionary dan menguji pengaruhnya masing-masing terhadap sinkronitas harga. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada sektor agrikultural, sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi, sektor industri dasar dan kimia, dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 dan 2012. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas akrual dan komponen kualitas innate berpengaruh negatif secara signifikan terhadap sinkronitas harga saham, sedangkan komponen kualitas akrual discretionary menunjukkan arah hubungan negatif namun tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap sinkronitas harga saham. Kesimpulan ini mengimplikasikan bahwa kualitas dari akrual merupakan faktor penting bagi investor dalam memutuskan untuk menghargai informasi spesifik perusahaan dalam pengambilan keputusan di pasar modal. Penelitian ini juga menemukan bahwa pada pengaruh kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham lebih dipengaruhi oleh faktor innate dari kualitas akrual daripada faktor discretionary, yang menindikasikan bahwa kualitas akrual discretionary yang memiliki efek off-setting cenderung diabaikan investor.
Kata kunci:
Kualitas Akrual, Kualitas Akrual Innate, Kualitas Akrual Discretionary, Sinkronitas Harga Saham, Keinformatifan Harga Saham
(15)
iii ABSTRACT
Analysis of Accruals Quality Effect on Stock Price Synchronicity: An Empirical Study on Indonesia Stock Exchange
This study analyzes the effect of accruals quality on stock price synchronicity. The aim of this test is to comprehend whether the level of firm-specific information quality from financial report affect the investor in making capital allocation decisions, that reflected in stock price synchronicity. This study also decomposing the accruals quality into innate accruals quality component and discretionary accruals quality components then test each of their impact on stock price synchronicity. Objects of this study are the listed companies in Indonesia Stock Exchange from the agriculture sector, infrastructure, utilities, and transportation sector, basic industry and chemicals sector, and miscellaneous industry sector for the years 2011 and 2012. The results of this study show that accruals quality and innate accruals quality have significant negative effect on stock price synchronicity and the discretionary accruals quality, though has a negative relationship, does not give significant effect on stock price synchronicity. These findings implicate that accruals quality is important factor for investors in impounding more or less of firm-specific information in stocks market decision making. This study also finds that the effect of accruals quality on stock price synchronicity is emerged more significantly from the innate factor rather than the discretionary factor of accruals quality, which suggests that the off-setting effect of discretionary accruals quality make it more likely to be less apprehended by the investors.
Keywords:
Accruals Quality, Innate Accruals Quality, Discretionary Accruals Quality, Stock Price Synchronicity, Stock Price Informativeness
(16)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan Keuangan merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi primary users (investor dan kreditor) yang telah dan/atau akan memberikan pendanaan pada sebuah perusahaan. Laporan Keuangan menjadi penilaian kinerja perusahaan yang dijalankan oleh manajemen dalam mengelola sumber daya yang ada pada perusahan pada suatu periode dan juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen tersebut. Lebih lanjut, dalam Conceptual Framework for Financial Reporting (IASB, 2010) dinyatakan bahwa tujuan dari pelaporan keuangan bertujuan umum adalah untuk menyediakan informasi finansial dari suatu entitas pelaporan yang berguna bagi investor, peminjam, dan kreditor yang telah ada dan yang potensial dalam pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya pada entitas.
Informasi dari laporan keuangan yang sering digunakan untuk pengambilan keputusan adalah laba perusahaan (earnings) dan Arus Kas (cash flows). Dechow (1994) menyatakan bahwa earnings lebih berhubungan dengan returns saham dibandingkan arus kas realisasi karena adanya akrual pada earnings yang dapat memitigasi persoalan timing dan matching yang menimbulkan masalah besar pada arus kas realisasi. Oleh karena itu, akuntansi akrual lebih merefleksikan ukuran-ukuran short term dari expected cash flows dibandingkan arus kas realisasi. Sloan (1996) menemukan bahwa akrual kurang persistent
(17)
2 dibanding arus kas, hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat akrual yang tinggi memiliki kualitas laba yang rendah dan mempertanyakan keuntungan dari peranan akrual. Dalam akuntansi akrual sendiri terdapat estimasi-estimasi dan pilihan-pilihan alternatif kebijakan akuntansi yang dapat ditentukan oleh pertimbangan pihak manajemen perusahaan. Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penetapan estimasi dan manipulasi terhadap earnings karena adanya keleluasan bagi manajemen untuk menetapkan alternatif kebijakan akuntansi. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengukuran untuk menilai kualitas informasi yang terdapat pada laba (earnings).
Kualitas laba (earnings quality) walaupun diinterpretasikan berbeda-beda oleh para ahli maupun praktisi akuntansi, namun pada umumnya memiliki kesimpulan yang sama yaitu earnings quality adalah bagaimana komponen-komponen pada laba (earnings) dapat memberikan informasi yang representatif dan relevan bagi para pengambil keputusan dalam membuat keputusan yang tepat terutama di masa yang akan datang (Lev, 1989; Sloan, 1996; Penman dan Zhang, 2002; Schipper dan Vincent, 2003; dan Dechow et al., 2010). Pada banyak penelitian terdahulu baik dari luar negeri (Dechow dan Dichev, 2002; Francis et al., 2005; Zhou, 2007; Johnston, 2009, Lyimo, 2014) dan Indonesia (Tampubolon, 2012; Triningtyas dan Siregar, 2014) menggunakan kualitas akrual (accruals quality) sebagai proxy untuk mengukur kualitas laba (earnings quality). Dechow dan Dichev (2002) mendefinisikan kualitas akrual sebagai besaran akrual terpetakan dalam realisasi arus kas. Kualitas akrual yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian dalam memprediksi cash flows. Selain itu, akrual menjadi penting
(18)
3 karena komponen akrual juga memiliki unsur estimasi future cash flows, deferral dari arus kas masa lalu, alokasi dan valuasi, yang semuanya memiliki tingkat subjektivitas yang tinggi (Richardson et al., 2005). Oleh karena adanya semua ini, maka sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengukur kualitas akrual.
Lebih lanjut, dalam penelitian Francis et al. (2005) kualitas akrual dibagi menjadi dua komponen, yaitu faktor innate accruals dan faktor discretionary accruals. Innate accruals atau non-discretionary accruals merupakan akrual yang berasal dari fundamental bisnis perusahaan seperti model bisnis perusahaan, lingkungan operasi perusahaan, fundamental ekonomi, dsb. Discretionary accruals berasal dari insentif manajemen misalnya manipulasi laba, menyembunyikan kerugian, mencapai target tertentu, dsb. Discretionary accruals memberikan keleluasaan dan fleksibilitas bagi manajemen untuk mengatur atau memanipulasi tingkat akrual perusahaan melalui pertimbangannya baik untuk kepentingan perusahaan maupun pribadi.
Menurut Bernard dan Skinner (1996), keputusan manajer terhadap akuntansi akrual dapat merefleksikan sisi informational dan opportunistic, sehingga managerial discretion dapat menurunkan dan menaikan ‘signal value’ dari laba akuntansi. Botosan dan Plumlee (2013) menyatakan bahwa manajer bisa saja mendapat cost of equity capital yang rendah dengan cara mengambil tindakan memilih kebijakan akuntansi dan praktik pengungkapan (disclosure) yang meningkatkan presisi informasi keseluruhan. Namun dari berbagai pemberitaan dan literatur belakangan ini, manajer cenderung bersikap opportunistic dalam
(19)
4 pengaturan akrual untuk melakukan earnings management dan akibatnya, kualitas laba (earnings quality) akan menurun.
Dalam berbagai penelitian ditemukan terdapat pengaruh antara kualitas akrual terhadap biaya modal (Francis et al., 2005; Gray et al. 2009; Ng, 2011; Triningtyas dan Siregar, 2014). Penelitian-penelitian ini memberi kesimpulan bahwa kualitas akrual yang tinggi akan dapat mengurangi biaya modal. Penelitian Lambert et al. (2007) juga menemukan adanya korelasi negatif antara kualitas dari informasi akuntansi dan biaya modal. Menurut Johnston (2009), setelah melakukan studi literatur, meyimpulkan bahwa kualitas akrual yang tinggi dapat mengurangi cost of capital karena kualitas akrual yang tinggi meningkatkan presisi informasi yang diakibatkan oleh berkurangnya ketidakpastian informasi, asimetri informasi, dan volatilitas idiosyncratic.
Informasi yang berkualitas bagi investor di pasar modal sangat dibutuhkan agar dapat membedakan diantara investasi yang baik dan yang buruk sehingga terjadi alokasi sumber daya yang efisien. Pegerakan harga pasar bergantung pada jumlah relatif dari informasi firm-level dan informasi market-level (Roll, 1988; Morck et al., 2000). Tingkat informasi firm-specific atau market-specific yang ter-impound dalam harga saham (Price Synchronity) diukur dari R2 dari market pricing model. Pasar modal dengan alokasi modal yang baik adalah yang memberi harga (impound) lebih untuk informasi firm-specific pada harga saham individual – yang berarti memiliki lebih sedikit sinkronitas harga saham (Wurgler, 2000). Dengan kata lain, saham dengan lebih banyak informasi firm-specific adalah
(20)
5 harga saham individual yang lebih tidak sering bergerak seirama dengan pergerakan pasar di mana ia berada atau lebih tidak sinkron.
Durnev et al. (2004) dalam penelitiannya menemukan pada negara dengan perekonomian transisi terdapat sinkronitas yang tinggi diantara harga saham. Sinkronitas harga saham yang tinggi tersebut mengindikasikan misalokasi modal dan dapat berakibat pada perlambatan pertumbuhan ekonomi serta menghambat pertumbuhan produktivitas. Kondisi negara dengan perekonomian transisi banyak dijumpai pada negara berkembang, salah satunya Indonesia. Hasan et al. (2013) dalam studinya terhadap kondisi di negara China, yang menjadi contoh emerging market, menyebutkan bahwa dibutuhkan keterbukaan politik, penegakan hukum, dan perlindungan terhadap investor untuk mengurangi tingkat sinkronitas harga saham. Leuz et al. (2003) dalam penelitiannya mengenai earnings management dan perlindungan investor pada 31 negara yang menjadi sampel, dimana salah satunya adalah Indonesia, menunjukkan bahwa posisi Indonesia menjadi yang kedua paling sering terjadi earnings management diantara kelompok negara ASEAN yang menjadi sampel dan yang terburuk dari segi legal enforcement diantara ke-31 negara sampel.
Dari segala paparan serta penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai pengaruh dari kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham pada kondisi di Indonesia. Penelitian terdahulu yang telah menunjukkan pengaruh dari kualitas akrual (accruals quality) terhadap stock price synchronity/informativeness telah dilakukan antara lain oleh Zhou (2007), Johnston (2009), dan Lyimo (2014) akan banyak menjadi acuan peneliti.
(21)
6 Penelitian yang dilakukan oleh Zhou (2007), Johnston (2009), dan Lyimo (2014) memperoleh hasil bahwa terdapat korelasi negatif antara kualitas akrual dan stock price synchronity/informativeness di pasar modal di Amerika Serikat (Zhou, 2007; Johnston, 2009) dan India (Lyimo, 2014). Sejauh ini, penelitian yang serupa belum peneliti temukan dilakukan pada pasar modal di Indonesia. Seperti halnya Johnston (2009), peneliti juga menambahkan analisis pengaruh dari kualitas akrual innate dan kualitas akrual discretionary terhadap stock price synchronity/informativeness. Untuk itu peneliti menetapkan judul dari penelitian ini adalah: “Analisis Pengaruh Kualitas Akrual (Accruals Quality) terhadap Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity): Studi Empiris pada Bursa Efek Indonesia.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan terlebih dahulu diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh dari kualitas akrual (Accruals Quality) terhadap sinkronitas harga saham (Stock Price Synchronicity) di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah terdapat pengaruh dari komponen kualitas akrual innate terhadap sinkronitas harga saham (Stock Price Synchronicity) di Bursa Efek Indonesia?
(22)
7 3. Apakah terdapat pengaruh dari komponen kualitas akrual discretionary terhadap sinkronitas harga saham (Stock Price Synchronicity) di Bursa Efek Indonesia?
4. Manakah diantara komponen kualitas akrual discretionary dan innate yang lebih signifikan berpengaruh terhadap sinkronitas harga saham (Stock Price Synchronicity) di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal berikut ini: 1. Untuk menganalisis pengaruh dari kualitas akrual (Accruals Quality)
terhadap sinkronitas harga saham (Stock Price Synchronicity) di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh dari komponen kualitas akrual innate terhadap sinkronitas harga saham (Stock Price Synchronicity) di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh dari komponen kualitas akrual discretionary terhadap sinkronitas harga saham (Stock Price Synchronicity) di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui manakah diantara komponen kualitas akrual discretionary dan innate yang lebih signifikan berpengaruh terhadap sinkronitas harga saham (Stock Price Synchronicity) di Bursa Efek Indonesia.
(23)
8 1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi para akademisi mengenai pengaruh dan signifikansi dari kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham di Indonesia. Sehingga dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan akuntansi. 2. Bagi Primary Users (Investor dan Kreditor) Laporan Keuangan
Penelitian ini dapat membantu primary users agar dapat melihat bagaimana pengaruh kualitas akrual dengan sinkronitas harga saham di Indonesia. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai kondisi dan tingkat kualitas laporan keuangan dari sisi akrual dan keinformatifan saham yang ada di pasar modal Indonesia sehingga diharapkan pengambil keputusan dapat mengalokasikan modal yang dimiliki secara efisien.
3. Bagi Manajemen Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat mendorong manajemen perusahaan untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas sehingga bisa mendapatkan biaya modal yang lebih rendah bagi perusahaan.
4. Bagi Pemerintah dan Regulator
Dengan diketahuinya pengaruh dari kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham di Indonesia, maka diharapkan regulator dan pemerintah
(24)
9 dapat mengontrol laporan keuangan agar lebih bekualitas melalui kewenangan dan sarana yang dimilikinya sehingga terjadi alokasi modal yang lebih efisiensi dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Terutama bagi pemerintah karena akrual di Indonesia kedepannya tidak hanya lagi diterapkan pada sektor swasta tetapi juga sektor publik.
(25)
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.5 Konsep Akrual
Salah satu asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan adalah akuntansi berbasis akrual. Akuntansi berbasis akrual berarti pencatatan transaksi keuangan sebuah perusahaan adalah pada saat transaksi tersebut terjadi dan bukan hanya ketika transaksi melibatkan pengeluaran atau pemasukan kas dan setara kas. Misalnya pendapatan sudah dapat diakui ketika kemungkinan keuntungan di masa depan sudah bisa diterima atau sudah dapat diukur secara andal (Revenue Recognition), begitu pula beban sudah dapat diakui pada saat keterjadiannya dan bukan hanya ketika terjadi pembayaran kas (Expense Matching).
Dalam Subramanyam dan Wild (2008), akrual dapat dibagi menjadi Short-term accruals dan Long-term accruals. Short-term accruals adalah akrual yang mengahasilkan item-item modal kerja (working capital) pada laporan neraca (aset lancar dan kewajiban lancar) dan biasanya juga disebut sebagai modal kerja akrual (working capital accruals). Short-term accruals umumnya muncul dari inventories dan transaksi kredit yang mengakibatkan naiknya semua jenis piutang dan utang seperti trade debtors dan creditors, prepaid expenses, dan advances received. Long-term accruals muncul dari kapitalisasi. Kapitalisasi aset adalah suatu proses untuk menunda (differing) pengakuan biaya (cost) yang terjadi pada periode masa kini yang manfaatnya diekspetasi baru muncul di masa depan. Proses ini menghasilkan long-term assets seperti plant, machinery, dan goodwill.
(26)
11 Akuntansi akrual dapat memberikan relevansi informasi yang lebih superior dibanding cash flows. Superioritas ini dapat dijelaskan melalui hal-hal berikut:
1. Kinerja Keuangan (Financial Performance). Revenue recognition dan expense matching pada akuntansi berbasis akrual memastikan semua pendapatan dan beban yang berhubungan dengan pendapatan yang diterima tercatat dalam satu periode.
2. Kondisi Keuangan (Financial Condition). Akuntansi akrual menghasilkan neraca yang lebih secara akurat merefleksikan tingkat sumber daya yang ada bagi perusahaan untuk menghasilkan future cash flows.
3. Memprediksi future cash flows. Ada dua alasan mengapa laba akrual lebih baik dibanding arus kas masa kini dalam memprediksi future cash flows. Pertama, dengan revenue recognition, laba akrual mecerminkan konsekuensi future cash flows. Sebagai contoh, penjualan kredit hari ini meramalkan kas yang akan diterima dari pelanggan di masa depan. Kedua akuntansi akrual lebih baik dalam menghubungkan pemasukan dan pengeluaran sepanjang waktu melalui proses matching. Hal ini berarti laba lebih stabil dan dapat diandalkan sebagai prediktor arus kas.
Secara eksplisit Statement of Financial Accounting Concepts No. 1, paragraph 44 (FASB, 2008) menyatakan:
“Information about enterprise earnings and its components measured by accrual accounting generally provides a better indication of enterprise performance than does information about current cash receipts and payments.”
(27)
12 Hal ini tentu searah dengan tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum yaitu untuk menyediakan informasi keuangan yang berguna bagi para investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya pada entitas. Bagian di dalam laporan keuangan yang banyak digunakan investor dan kreditor dalam pengambilan keputusannya adalah earnings dan arus kas. Di bagian earnings inilah akuntansi berbasis akrual terefleksikan. Di dalam earnings terdapat accrual adjustments dalam revenue and expense recognition yang menyebabkannya berbeda denganarus kas. Accrual adjustments ini dicatat setelah adanya pertimbangan asumsi-asumsi, estimasi-estimasi, serta kebijakan akuntasi.
1.6 Kualitas Akrual (Accruals Quality)
Kualitas laba (earnings quality) telah mendapatkan perhatian serius dari para pengambil keputusan baik dari dalam manajemen perusahan maupun investor dan kreditor dan stakeholders lainnya di pasar modal. Dechow et al. (2010) mendefinisikan kualitas laba (earnings quality) yang tinggi adalah yang lebih jujur (faithfully) merepresentasikan fitur dari proses earnings fundamental perusahaan yang relevan untuk keputusan tertentu yang dibuat oleh pembuat keputusan. Terdapat banyak atribut yang bisa digunakan untuk mengukur earnings quality antara lain kualitas akrual (accruals quality), persistensi (persistence), prediktabilitas (predictability), smoothness, value relevance, timeliness dan conservatism (Francis et al. 2004, Dechow et al. 2010, Zhou, 2007). Penelitian ini akan fokus menilai earnings quality dengan menggunakan accruals quality sebagai proksi.
(28)
13 Earnings yang disusun secara akrual sebenarnya dapat lebih menunjukkan implikasi ekonomi dari transaksi dan kejadian yang ada. Akan tetapi, dalam penyusunannya, earnings pada akuntansi berbasis akrual tidak terlepas dari estimasi, asumsi, pilihan kebijakan akuntansi yang ditentukan oleh pertimbangan manajemen mengandung subjektifitas yang tinggi. Banyak literatur mengindikasikan bahwa terdapat trade-off antara relevansi dan reliabilitas pada laba (earnings) yang disusun secara akrual. Akuntansi berbasis akrual dianggap akan menaikkan relevansi informasi pada laporan keuangan namun menyebabkan reliabilitasnya menurun.
Keleluasan yang dimiliki manajemen dalam pemilihan akrual dapat menyebabkan distorsi pada kegunaan dan kualitas dari earnings. Pihak manajemen perusahaan dalam penentuan akrualnya bisa saja melakukan kesalahan (error) perhitungan dan pemilihan estimasi, asumsi, dan kebijakan akuntansi karena memiliki keterbatasan tertentu. Fleksibilitas yang dimiliki manajemen ini juga ditakutkan secara sengaja dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan manipulasi terhadap earnings (earnings management) karena adanya motif dan insentif tertentu dari manajemen tersebut. Easley dan O’Hara (2004) mengatakan bahwa perlakuan akuntansi perusahaan terhadap earnings dan disclosure dapat mempengaruhi lingkungan informasi perusahaan yang kemudian akan berdampak pada resiko informasi, volatilitas idiosyncratic, dan biaya modal (cost of capital).
(29)
14 a. Akrual Innate dan Akrual Discretionary
Francis et al. (2005) menyatakan bahwa komponen kualitas akrual dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu kualitas akrual innate dan kualitas akrual discretionary. Innate accruals quality merupakan akrual yang dipengaruhi atau diakibatkan kondisi perekonomian, operasional perusahaan, dan merefleksikan fundamental ekonomi. Discretionary accruals quality adalah akrual yang merupakan subjek kewenangan atau keleluasaan dari pilihan manajemen (managerial discretion) dan merefleksikan dasar dari kebijakan akuntansi dalam praktik akuntansi perusahaan.
Akrual yang terjadi karena ada managerial discretion memiliki dua implikasi. Pertama, melalui keleluasaan yang dimilikinya tersebut manajemen bisa meningkatkan keinformatifan dari earnings dengan cara membuka informasi private perusahaan sehingga earnings dapat merefleksikan performa perusahaan yang dapat diandalkan dan memiliki ketepatan waktu (Guay et al. 1996) sehingga akan menjadi sarana signaling dari nilai perusahaan kepada investor. Kedua, adanya keleluasaan ini menyebabkan manajer yang memiliki motivasi dan insentif tertentu memanfaatkan akrual secara oportunistik sehingga menyebabkan distorsi pada pelaporan earnings. Menurut Lobo dan Zhou (2001) akrual discretionary dipandang sebagai komponen earnings yang kurang dapat diandalkan dibanding akrual non-discretionary (innate) oleh partisipan pasar. Hal ini mengimplikasikan bahwa akrual discretionary lebih
(30)
15 mungkin menjadi subjek manipulasi manajer dan oleh karena itu, merupakan ukuran yang valid dari earnings managements.
a. Model Kualitas Akrual
Tujuan dari model akrual adalah untuk memisah-misahkan akrual menjadi komponen yang dapat mengukur earnings berbasis akrual yang terasosiasikan dengan proses earnings fundamental perusahaan ataukah dengan akrual “abnormal” (akrual yang berasal dari discretionary atau error). Semakin tinggi tingkat akrual yang tidak berasosiasi dengan proses earnings utama perusahaan maka diasumsikan akan mengurangi kualitas akrual (Dechow et al., 2010). Terdapat beberapa model yang dikembangkan untuk mengukur kualitas akrual. Berikut beberapa model yang umum dipakai secara luas oleh peneliti untuk mengukur kualitas akrual:
1. Jones Model
Jones (1991) menerangkan akrual modal kerja (working capital accruals) dan depresiasi (Acct) merupakan fungsi dari pertumbuhan penjualan (∆Revt) dan Plant, Property, and Equipment kotor (PPEt).
Acct=a+b1∆Revt+b2PPEt+et
Working capital accruals seperti piutang usaha, persediaan, dan utang usaha tergantung pada perubahan penjualan. Penjualan dianggap sebagai kontrol terhadap kondisi perekonomian karena diasumsikan dapat mengukur secara objektif operasi perusahaan sebelum manipulasi manajemen. PPE kotor dimasukan sebagai kontrol dari
(31)
16 porsi total akrual yang berhubungan dengan total beban depresiasi non-discretionary. Error (et) pada model ini merepresentasikan tingkat akrual abnormal (discretionary). Model Jones dianggap kurang memiliki kekuatan penjelasan karena hanya menjelaskan 10% dari variasi akrual. Model ini juga mungkin saja memasukkan bagian dari akrual yang merepresentasikan earning management pada akrual “normal”.
2. Modified Jones Model
Model ini dikembangkan oleh Dechow et al. (1995) dan merupakan modifikasi dari model Jones (1991). Modifikasi dilakukan dengan menyesuaikan pertumbuhan pada penjualan kredit yang ditunjukkan lewat piutang (∆Rect). Penjualan kredit dianggap sering dimanipulasi, sehingga modifikasi ini menambah kekuatan dari model Jones untuk menghasilkan residual yang lebih tidak berkorelasi dengan penjualan akrual “normal”.
Acct=a+b1(∆Revt -∆Rect) +b2PPEt+et
3. Performance Matched Model
Pada penelitiannya, Kothari et al. (2005) mengontrol tingkat normal dari kondisi akrual berdasarkan ROA. Cara yang dilakukan oleh Kothari et al. (2005) adalah dengan mengidentifikasi perusahaan dari industri yang memiliki tingkat ROA yang mendekati tingkat ROA perusahaan sampel. Kemudian dicari tingkat discretionary accruals perusahaan tersebut (Matched firm’s DisAcct) dan menguranginya
(32)
17 dengan discretionary accruals perusahaan sampel (DisAcct)sehingga menghasilkan residual yang cocok dari segi kinerja. Tingkat discretionary accruals merupakan residual dari model Jones maupun modified Jones.
DisAcct - Matched firm’s DisAcct
Dechow et al. (2010) mengatakan model ini memiliki kelemahan karena hanya menjelas 10-12% variasi akrual dan dapat menyerap terlalu banyak diskretioner ketika terjadi manajemen laba.
4. Dechow and Dichev Model
Model ini dikembangkan oleh Dechow dan Dichev (2002) karena melihat bahwa terdapat hubungan antara arus kas realisasi dengan modal kerja sehingga fungsi matching akrual ke arus kas merupakan hal yang penting. Model akrual (∆WC) dibuat sebagai fungsi dari arus kas masa lalu (CFOt-1), masa sekarang (CFOt), dan masa depan (CFOt+1) karena akrual dapat mengantisipasi kas yang akan diterima/dibayar dan dibalik ketika kas yang sebelumnya dicatat sebagai akrual diterima/dibayar. Standar deviasi dari error (et) inilah yang menjadi proksi earnings quality, dengan semakin tinggi nilai error maka semakin rendah pula kualitas akrualnya.
∆WC=a+b1CFOt-1+b2CFOt+b3CFOt+1+et
McNichols (2002) kemudian memodifikasi model dari Dechow dan Dichev (2002) dengan mengabungkannya dengan model Jones (1991), dan membagi akrual menjadi discretionary accruals dan
(33)
non-18 discretionary accruals. Hasilnya McNichols (2002) menemukan bahwa terjadi peningkatan kekuatan penjelasan.
∆WCt=a+b1CFOt_1+b2CFOt+b3CFOt+1+b4∆Salest+b5PPEt+et
5. Discretionary Estimation Error Model
Francis et al. (2005) mengikuti model Dechow dan Dichev (2002) yang telah dimodifikasi McNichols (2002) dengan menambahkan penjualan dan PPE pada model akrual normal mereka dan kemudian medekomposisi nilai residual dari regresi menjadi innate estimation errors dan discretionary estimation errors. Pemisahan ini dilakukan untuk mengetahui komponen kualitas akrual yang berasal dari fundamental ekonomi (innate) atau akrual yang merepresentasikan pilihan manajemen (discretionary) yang memiliki efek lebih besar.
σ(et)=α+λ1Sizet+λ2σ(CFO)t+λ3σ(Rev)t+λ4log(OperCycle)t+λ5NegEarnt+υt
Pada model ini, kualitas akrual merupakan standar deviasi residual dari model modifikasi Dechow dan Dichev (2002) (et) yang merupakan fungsi dari komponen innate yang mempengaruhi kualitas akrual seperti ukuran perusahaan (SIZE), standar deviasi dari arus kas operasi (σ(CFO)), standar deviasi dari penjualan (σ(Rev)t), Siklus Operasi (OperCycle), dan kejadian laba negatif (NegEarn). Dan residual dari model ini merupakan discretionary accruals.
(34)
19 Tabel 2.1 Rangkuman model-model akrual
Model Akrual Teori Catatan
Model Jones (1991)
Acct=a+b1∆Revt+b2PPEt+et
Akrual merupakan fungsi dari pertumbuhan pendapatan dan depresiasi adalah fungsi dari PPE. Semua variabel dibagi dengan total aset.
Korelasi atau error dengan performa perusahaan dapat menyebabkan bias pada pengujian.
Modified Jones Model (Dechow, Sloan dan Sweeney, 1995)
Acct=a+b1(∆Revt -∆Rect) +b2PPEt+et
Menyesuaikan model Jones untuk mengeluarkan pertumbuhan kredit pada tahun yang diidentifikasi sebagai tahun manipulasi.
R2 sekitar 12%. Residual berhubungan dengan akrual, laba, dan arus kas.
Performance Matched (Khotari, Leone, dan Wasley, 2005)
DisAcct - Matched firm’s DisAcct
Mencocokan perusahaan yang menjadi sampel dengan perusahaan lain dari industri dan tahun yang sama yang memiliki ROA terdekat. Akrual diskresioner berasal dari model Jones atau model modifikasi Jones.
Dapat mengurangi kekuatan pengujian. Penggunaan sebaiknya pada saat kinerja menjadi isu.
Pendekatan Dechow dan Dichev (2002)
∆ WC=a+b1CFOt-1+b2CFOt+b3CFOt+1+et
Akrual dimodelkan sebagai fungsi dari arus kas masa lalu, masa sekarang, dan masa depan karena akrual mengubah timing dari pengakuan arus kas pada laba.
σ(et) atau et absolut memproksikan kualitas akrual.
Discretionary estimation errors (Francis, LaFond, Olsson, Schipper, 2005)
σ(et)=α+λ1Sizet+λ2σ(CFO)t+λ3σ(Rev)t
+λ4log(OperCycle)t+λ5NegEarnt+υt
Mendekomposisi standar deviasi dari model akrual menjadi komponen innate yang merefleksikan lingkungan operasional perusahaan dan komponen discretionary (νt ) yang merefleksikan pilihan manajemen.
Estimasi error innate adalah komponen yang diprediksi dari σ(εt) regresi.
(35)
20 1.7 Sinkronitas Harga Saham (Stock Price Synchronicity)
Pergerakan harga saham di pasar modal sangat dipengaruhi oleh cara investor dalam merespons informasi yang mereka miliki dan dapatkan mengenai suatu saham. Informasi ini dapat berupa informasi mengenai kinerja dari perusahaan, kondisi industri dan perekonomian dimana perusahan berada, serta informasi mengenai kondisi dan trend pasar modal. Jika investor rasional menyimpulkan bahwa perusahaan dapat memberikan returns yang tinggi, baik berupa deviden maupun capital gain, maka permintaan akan saham perusahaan itu akan naik. Naiknya permintaan akan saham akan meningkatkan harga saham perusahaan itu di pasar modal.
Piotroski dan Roulstone (2004) mendefinisikan stock return synchronicity adalah sejauh mana returns pasar dan industri menjelaskan returns saham pada level perusahaan (firm-level). Sinkronitas harga saham menunjukkan jumlah relatif dari informasi firm-specific versus informasi market dan industry-specific yang mempengaruhi harga saham selama tahun fiskal. Sinkronitas ini diukur dengan melihat transformasi logaritmik R2 dari suatu market pricing model, contoh: Capital Asset Pricing Model (CAPM). Semakin rendah (tinggi) sinkronitas harga saham (stock price synchronicity) / R2 menunjukkan semakin banyak (sedikit) informasi firm-specific yang ter-impound pada harga saham.
2.3.3 Stock Price Synchronicity dan Kualitas Alokasi Modal
Beberapa penelitian menggunakan sinkronitas harga saham untuk mengukur jumlah informasi firm-specific yang tercerminkan dalam harga saham dan mencari hubungannya dengan alokasi modal dan keputusan
(36)
21 investasi. Morck et al. (2000) dalam penilitiannya menyimpulkan bahwa returns saham lebih sinkron di negara ekonomi berkembang dibanding di negara maju. Temuan ini berkorelasi kuat dengan perkembangan institusi di negara-negara tersebut. Pasar modal di negara berkembang dianggap kurang berfungsi sebagai prosesor informasi dan kurang efisien dibanding negara berkembang. Konsisten dengan temuan tersebut, Wurgler (2000) menemukan bahwa negara dengan pasar modal yang menghargai (impound) informasi firm-specific pada harga saham individual (sinkronitas harga yang rendah) menunjukkan alokasi modal yang lebih baik. Karena jika harga saham lebih informatif, maka investor akan lebih terbantu dalam menilai saham yang baik dan yang buruk.
Durnev et al. (2004) berasumsi jika tingkat informasi firm-specific yang tinggi pada harga saham berasosiasi dengan informed investor, maka akan meningkatkan kualitas keputusan investasi perusahaan. Dengan adanya kualitas investasi modal dan sumber daya yang baik dari investor di pasar modal maupun manajemen di perusahaan, yang terlihat dari asinkronitas harga saham, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di suatu negara.
Pada studinya pada kondisi pasar modal di Tiongkok yang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat, Hasan et al. (2013) menyatakan dengan adanya keterbukaan politik, penegakkan hukum yang kuat, dan perkembangan institusional yang pesat di Tiongkok selama 20 tahun
(37)
22 terakhir telah membuat saham di negara tersebut menjadi lebih informatif dan mengandung lebih banyak informasi firm-specific.
2.3.4 Stock Price Synchronicity: Keinformatifan Saham atau Noise
Terdapat perdebatan diantara para peneliti dan akademisi dalam berbagai literatur mengenai apakah sinkronitas harga saham menunjukkan tingkat keinformatifan saham atau hanya merupakan noise dari aktivitas di pasar modal. Sebagian peneliti beranggapan bahwa ketidaksinkronan return saham karena adanya informasi spesifik perusahaan yang dimiliki investor sehingga pergerakan harga saham tersebut tidak sama dengan pasar maupun industrinya. Sedangkan sebagian peneliti lainnya menyatakan harga saham yang tidak sinkron lebih kepada volatilitas yang diakibatkan faktor non-fundamental perusahaan dan kesalahan pengolahan informasi (noise).
Durnev et al. (2003) menunjukkan perusahaan atau industri dengan R2 dari market pricing model yang rendah (sinkronitas rendah) menunjukkan asosiasi yang tinggi antara current returns dan future earnings, yang mengindikasikan bahwa terdapat lebih banyak informasi dari future earnings di dalam current earnings tersebut. Piotroski dan Roulstone (2004) memperkenalkan stock return synchronicity sebagai metric untuk mengukur jumlah informasi relatif yang tercermin dalam harga saham karena performa perusahaan dapat didisagregasikan ke dalam komponen firm-specific, industry-specific, dan market-specific. Jin dan Myers (2006) menyatakan bahwa kurangnya informasi yang membantu
(38)
23 investor untuk mengobservasi nilai perusahaan berhubungan positif dengan R2.
Beberapa penelitian seperti Bushman et al. (2004) dan Dasgupta et al. (2010) menghubungkan sinkronitas harga saham dan tingkat transparansi perusahaan. Hasil dari penilitian ini menunjukkan semakin banyak informasi firm-specific (sinkronitas rendah) pada sahamnya, maka semakin transparan juga perusahaan tersebut. Kim dan Shi (2007) menemukan adopsi IFRS yang mendukung traders untuk mengumpulkan informasi privat dan memproses informasi publik, secara signifikan menurunkan sinkronitas harga saham. Temuan ini konsisten dengan penilitian Chen et al. (2007) yang menyimpulkan bahwa semakin banyak informasi privat akan meningkat ketidaksinkronan harga saham.
Sedangkan Ashbaugh-Skaife et al. (2005), Teoh et al. (2008), dan Rajgopal dan Venkatachalam (2011) dalam penilitiannya mengindikasikan bahwa tingginya tingkat asinkronisasi harga saham (R2 yang rendah) tidak atau kurang berhubungan dengan keinformatifan harga saham. Ashbaugh-Skaife et al. (2005) dalam analisisnya terhadap pengujian bukti di 6 negara dengan diperoleh hasil yang tidak konsisten, menyatakan variasi sinkronitas harga saham diantara perusahaan di pasar internasional bukan dikarenakan informasi firm-specific. Teoh et al. (2008) yang menganalisis hubungan R2 dengan earning response coefficient menolak interpretasi mengenai keinformatifan saham dan cenderung mengarah ke noise. Teoh et al. (2008) juga menguji anomali dari akrual, net operating assets, V/P,
(39)
24 dan post-earnings announcement yang menghasilkan efek berlawanan dengan penelitian Durnev et al. (2003). Rajgopal dan Venkatachalam (2011) yang menguji asosiasi kualitas laporan keuangan dengan volatilitas idiosyncratic dari returns menemukan adanya hubungan positif diantara keduanya.
Lee dan Liu (2007) (dalam Johnston, 2009) mencoba merekonsiliasi perbedaan-perbedaan temuan empiris ini dengan membuat model dari volatilitas idiosyncratic. Dalam model ini ditunjukkan bahwa volatilitas idiosyncratic dapat didekomposisi menjadi komponen noise dan komponen informasi. Zhou (2007) berasumsi apabila sinkronitas harga tidak menunjukkan keinformatifan harga saham, maka kualitas laba tidak akan mempengaruhi tingkat sinkronitas harga saham. Zhou (2007) kemudian menemukan hasil bahwa earnings quality, yang berhubungan dengan keinformatifan informasi akuntansi, berpengaruh terhadap sinkronitas harga saham.
1.8 Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk melihat hubungan dan pengaruh antara kualitas laba (earnings quality) dengan kondisi di pasar modal seperti returns, cost of capital, price synchronicity, dsb. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan disajikan pada Tabel 2.2
(40)
25 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Jennifer Francis, Ryan LaFond, Per M. Olsson, dan
Katherine Schipper (2004)
Cost of Equity and Earnings Attributes
Cost of Equity Capital, Accruals Quality,
Persistence, Predictability, Smoothness, Value
Relevance, Timeliness, dan Conservatism
Perusahaan yang memiliki nilai earning attributes yang kurang disukai mengalami biaya modal ekuitas yang lebih tinggi. Efek biaya modal paling besar berasal dari atribut accounting-based, terutama kualitas akrual.
Jennifer Francis, Ryan LaFond, Per M. Olsson, dan
Katherine Schipper (2005)
The Market Pricing of Accruals Quality
Cost of Debt, Cost of Capital Equity, Accruals Quality, Innate Accruals Quality, Discretionary Accruals Quality
Kualitas akrual yang rendah berasosiasi dengan biaya modal yang tinggi. Kualitas akrual discretionary secara rata-rata memiliki efek harga yang lebih kecil dibanding kualitas akrual innate. Semua dampak ini diakibatkan karena kualitas akrual memproksikan resiko informasi.
Zhou Jing (2007) Earning Quality, Analyst, Institutional Investors and Stock Price Synchronicity
Earning Quality, Stock Price Synchronicity, Financial Analyst,
Semakin tinggi kualitas laba, maka sinkronitas harga saham semakin rendah (hubungan negatif). Analis keuangan dan
(41)
26 Institutional Investor investor institusional memperkuat hubungan
negatif antara kualitas laba dan sinkronitas harga.
Miguel A. Ferreira dan Paula A. Laux (2007)
Corporate Governance, Idiosyncratic Risk, and Information Flow
Governance Index, Idiosyncratic Volatility, Information Flow
Keterbukaan kontrol perusahaan pada pasar menyebabkan harga saham menjadi lebih informatif karena memotivasi pengumpulan dan perdagangan pada informasi privat. Joseph Atkins
Johnston (2009)
Accruals Quality and Price Synchronicity
Accruals Quality, Innate Accruals Quality,
Discretionary Accruals Quality, Price
Synchronicity
Ditemukan hubungan negatif yang signifikan antara kualitas akrual dan sinkronitas harga. Komponen Innate dari akrual secara
konsisten berhubungan negatif dengan
sinkronitas harga. Sedangkan pada komponen diskresioner hanya ditemukan bukti yang lemah.
Dongcheol Kim dan Yaxuan Qi (2010)
Accruals Quality, Stock Returns, and Macroeconomic Conditions
Accruals Quality, Risk Factor Model,
Macroeconomic Condition
Faktor resiko kualitas akrual secara signifikan dihargai dalam saham, setelah mengontrol saham dengan harga rendah. Efek harga lebih utama pada total kualitas akrual dan kualitas akrual innate tetapi tidak pada kualitas akrual
(42)
27 discretionary. Premium resiko hanya
berasosiasi dengan kualitas akrual ketika ekonomi mengalami ekspansi dan tidak pada saat resesi.
Claudia Zhen Qi, K.R. Subramanyam, dan Jieying Zhang (2010)
Accrual Quality, Bond Liquidity, and Cost of Debt
Accruals Quality, Information Asymmetry, Bond Liquidity, Cost of Debt
Kualitas akrual yang tinggi tidak hanya mengurangi asimetri informasi, tetapi juga mengurangi ketidakpastian informasi. Kualitas akrual meningkatkan likuiditas obligasi yang kemudian akan menurunkan biaya utang.
Shiva Rajgopal dan Mohan
Venkatachalam (2011)
Financial Reporting Quality and Idiosyncratic Return Volatility
Earning Quality, Idiosyncratic Volatility
Kualitas laba yang memburuk mempunyai hubungan positif dengan peningkatan volatilitas idiosyncratic selama 40 tahun terakhir. Investor menjadi lebih fokus pada perusahaan yang memiliki kualitas laporan keuangan yang tinggi.
Maria Ogneva (2012) Accrual Quality, Realized Returns, and Expected Returns: The Importance of
Accruals Quality, Cash Flow Shocks, Cost of Equity
Setelah mengeluarkan cash flow shocks, returns realisasi di masa depan berhubungan negatif dengan kualitas akrual. Premium yang
(43)
28
Controlling for Cash Flow Shocks
berhubungan dengan kualitas akrual
signifikan secara statistik dan ekonomi pada uji standard asset pricing ketika cash flow shocks dikeluarkan melalui dekomposisi firm-specific returns.
Nilabhra Bhattacharya, Hemang Desai, dan Kumar
Venkataraman (2013)
Does Earnings Quality Affect Information Asymmetry? Evidence from Trading Cost
Information Asymmetry, FLOS Earnings Quality model, Innate and Discretionary Accruals Quality
Kualitas laba yang buruk secara signifikan berhubungan dengan asimetri informasi yang tinggi. Kualitas akrual innate dan
discretionary sama-sama berhubungan dengan asimetri informasi, namun hubungan discretionary accruals bersifat relatif
tergantung pada norma industri. Orie Barron,
Xuguang Sheng, dan Maya Thevenot (2013)
Information Environment and The Cost of Capital
Cost of Capital,
Information Asymmetry, Average Information Precision, Precision of Public Information and Private Information
Adanya asimetri informasi akan
mengakibatkan peningkatan biaya modal, namun menurunkan biaya modal ketika tingkat informasi publik rendah. Presisi dari informasi privat akan menurunkan biaya modal ketika jumlah total informasi rendah dan meningkatkan biaya modal ketika
(44)
29 kualitas total informasi rendah.
Irine Ayuningtyas dan Sylvia Veronica (2014)
Pengaruh Kualitas Akrual Terhadap Biaya Utang dan Biaya Ekuitas: Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2011
Accruals Quality, Cost of Debt, Cost of Equity
Kualitas akrual, kualitas akrual innate dan kualitas akrual diskresioner tidak berpengaruh terhadap biaya utang. Kualitas akrual
memiliki pengaruh negatif terhadap biaya ekuitas. Pengaruh kualitas akrual innate lebih besar dibanding kualitas akrual diskresioner pada biaya ekuitas.
Gregory D. Lyimo (2014)
Accrual Quality and Stock Price Informativeness: Evidence from India
Accruals Quality, Stock Price Synchronicity
Akrual secara positif berhubungan dengan keinformatifan harga saham. Hasil ini
mendukung bahwa kualitas akrual merupakan hal yang penting dalam proses masuknya informasi spesifik perusahaan pada harga saham.
(45)
30 1.9 Keterkaitan Antar Variabel Dengan Hipotesis
1. Kualitas Akrual dan Sinkronitas Harga Saham
Harga suatu saham di pasar modal sangat tergantung pada informasi yang dimiliki dan dikumpulkan oleh pelaku pasar dan bagaimana mereka menginterpretasikannya. Informasi ini bisa berupa informasi spesifik pasar (market-specific), spesifik industri ( industry-specific), dan spesifik perusahaan (firm-specific). Sinkronitas harga saham (Price Synchronicity) digunakan untuk menghitung jenis informasi mana diantara informasi spesifik pasar, industri, atau perusahaan yang lebih banyak dihargai (impounded) ke dalam harga saham.
Jika semakin banyak informasi spesifik pasar atau industri yang masuk (impounded), maka harga pada pasar modal akan sangat sinkron (more synchronicity). Hal ini mengindikasi bahwa harga saham kurang informatif. Sedangkan jika lebih banyak informasi spesifik perusahaan (firm-specific) yang dihargai (impounded), maka harga saham di pasar akan kurang sinkron (less synchronicity). Hal ini menunjukkan harga saham yang lebih informatif. Saham dengan lebih banyak informasi firm-specific dianggap lebih informatif karena merefleksikan kapitalisasi informasi fundamental perusahaan yang akurat dan tepat waktu (Zhou, 2007). Sinkronitas harga yang rendah juga menjadi indikasi bahwa terjadi alokasi sumber daya dan modal yang efisien (Wurgler, 2000).
Kualitas akrual sendiri sangat dipengaruhi oleh fundamental perusahaan seperti lingkungan informasi, model bisnis, dan juga oleh
(46)
31 diskresioner manajemen sehingga dianggap merefleksikan informasi firm-specific. Morck et al. (2000) menemukan bahwa sinkronitas harga saham yang rendah banyak terjadi di negara dengan standar akuntansi yang baik. Dengan standar akuntansi yang baik, kualitas akrual akan semakin tinggi. Kualitas akrual dapat berdampak bermacam-macam karena kemampuan investor dalam memproses informasi dari dalam perusahaan berbeda-beda. Johnston (2009) mengatakan bahwa kualitas akrual dapat menaikkan maupun menurunkan sinkronitas harga saham. Kualitas akrual dianggap menurunkan sinkronitas harga saham karena semakin banyak informasi firm-specific akan berkontribusi pada volatilitas returns. Kualitas akrual yang meningkat akan meningkatkan keandalan dan presisi informasi firm-specific sehingga besaran resiko sistemis (β) pasar perusahaan akan menurun. Dengan semakin kecilnya beta pasar, pergerakan returns perusahaan akan semakin tidak seragam dengan returns pasar. Hal ini mengindikasikan volatilitas returns perusahaan mencerminkan lebih banyak informasi firm-specific daripada informasi mengenai pasar.
Kualitas akrual juga dianggap akan menaikkan sinkronitas harga pasar karena kualitas akrual yang tinggi mengurangi asimetri informasi (Bhattacharya, 2013). Karena berkurangnya asimetri informasi mengakibatkan investor akan memiliki tingkat informasi yang sama dan kemungkinan akan mempunyai pendapat yang sama dalam pengambilan keputusannya.
(47)
32 Peneliti dalam hal ini sependapat dengan Johnston (2009) yang mengatakan bahwa pengaruh presisi informasi akan lebih besar daripada asimetri informasi. Dengan meningkatnya presisi informasi karena kualitas akrual yang tinggi, yang kemudian dapat digunakan secara tepat dan andal dalam pengambilan keputusan, maka investor akan menilai lebih informasi firm-specific dalam menentukan returns saham. Hal ini didukung dengan penelitian lain yang mengatakan bahwa kualitas akrual yang tinggi akan menurunkan biaya modal (cost of capital) karena presisi informasi akan mengakibatkan resiko informasi berkurang (Francis et al., 2005; Lambert et al. 2007; Triningtyas dan Siregar, 2014). Dengan demikian peneliti akan menguji pengaruh dari kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham: H1: Kualitas akrual berpengaruh negatif terhadap sinkronitas
harga saham.
2. Komponen Innate dan Discretionary Kualitas Akrual dan Sinkronitas Harga Saham
Pada hipotesis penelitian pertama tidak dibedakan pengaruh dari komponen-komponen kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham. Francis et al. (2005) dalam penelitiannya membagi kualitas akrual menjadi dua komponen yaitu komponen innate dan komponen discretionary. Komponen innate adalah komponen yang berasal dari faktor-faktor fundamental ekonomi perusahaan seperti lingkungan operasi dan model bisnis perusahaan. Sedangkan komponen discretionary berasal dari
(48)
33 kewenangan yang dimiliki oleh manajemen dalam menentukan kebijakan penerapan dan estimasi akuntansi.
Komponen innate yang berasal dari faktor ekonomi dasar perusahaan, dianggap tidak berada dalam kendali manajemen sehingga ketika kualitas akrual komponen innate meningkat akan mengurangi ketidakpastian informasi dari laba. Akibat dari berkurangnya ketidakpastian informasi, investor akan semakin mengandal informasi dari perusahaan dalam pengambilan keputusannya. Hal ini akan menyebabkan sinkronitas harga berkurang. Menurut Johnston (2009), pengaruh kualitas akrual komponen innate terhadap sinkronitas harga juga kurang terdampak dengan efek off-setting dari asimetri informasi dibanding total kualitas akrual karena komponen innate dapat dijelaskan dari kondisi ekonomi yang dialami perusahaan.
H2: Komponen kualitas akrual innate berpengaruh negatif terhadap sinkronitas harga saham.
Dari segi komponen kualitas akrual discretionary dimana manajemen memiliki wewenang yang luas di dalamnya, dapat terjadi berbagai kemungkinan. Dalam berapa literatur seperti Bernard dan Skinner (1996) dan Guay et al. (1996), manajemen dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya dalam diskresioner untuk membuka informasi privat dan kinerja aktual perusahan melalui laba (information/performance component) ataupun malah menggunakannya
(49)
34 secara oportunistik karena mempunyai insentif dan motivasi pribadi sehingga laporan keuangan menyimpang dari kenyataan (opportunistic component).
Johnston (2009) mengatakan jika komponen akrual diskresioner dimanfaatkan secara oportunistik dan pasar mengetahuinya, kualitas akrual akan diabaikan oleh investor sehingga tidak akan berdampak pada sinkronitas harga saham. Jika manajemen menggunakan wewenang discretionary-nya secara oportunistik dan pasar tidak mengetahuinya, maka kualitas akrual discretionary akan memiliki efek yang sama dengan kualitas akrual innate. Dan apabila discretionary accruals digunakan oleh manajemen untuk mengungkapkan informasi privat dan kinerja aktual ke pasar, maka yang terjadi adalah asimetri informasi diantara investor akan berkurang dan akibatnya kualitas akrual komponen discretionary yang meningkat akan berpengaruh positif terhadap sinkronitas harga saham. Karena sebelum penelitian belum bisa dipastikan kondisi apakah yang terjadi pada subjek penelitian dan kondisi pasar modalnya, maka pengaruh dari komponen kualitas akrual discretionary belum ditentukan arah pengaruhnya terhadap sinkronitas harga saham.
H3: Komponen kualitas akrual discretionary berpengaruh terhadap sinkronitas harga saham.
Penelitian ini juga menguji perbedaaan signifikansi dari komponen kualitas akrual diskretioner dan komponen kualitas akrual innate pada
(50)
35 pengaruh kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham. Healy (dalam Triningtyas dan Siregar, 2014) menyatakan komponen akrual discretionary memiliki offset effect terhadap resiko informasi. Sebagian manajemen dianggap akan memanfaat discretionary yang dimilikinya secara oportunistik sedangkan pada lain kesempatan ataupun pada manajemen lainnya akan memanfaatkan diskresioner untuk mengungkapkan informasi privat dan kinerja aktual perusahaan, sehingga dampak yang ditimbulkan akan saling menyeimbangkan dalam pengaruhnya terhadap sinkronitas harga saham. Karena hal ini maka diekspektasi komponen kualitas innate yang kurang terpengaruh efek off-setting akan lebih signifikan daripada komponen kualitas akrual discretionary pada pengaruh kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham.
H4: Komponen kualitas akrual innate akan lebih signifikan dibanding komponen kualitas akrual discretionary dalam pengaruh kualitas akrual terhadap sinkronitas harga saham.
1.10 Rerangka Konseptual
Sinkronitas harga saham di pasar modal dapat merefleksikan sumber informasi yang terhargai (impounded) dalam harga saham. Informasi ini dapat berupa informasi firm-specific dan market-specific. Harga saham yang kurang sinkron diakibatkan karena lebih banyak informasi firm-specific yang terhargai (impounded) dalam harga saham perusahaan daripada informasi market specific.
(1)
100
28 RIGS Rig Tenders Indonesia Tbk. √ √
29 RINA Katarina Utama Tbk.
30 SAFE Steady Safe Tbk. √ √ √ √ √
31 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk. √ √ √ √ √
32 SMDR Samudera Indonesia Tbk. √ √
33 SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk. √
34 TAXI Express Transindo Utama Tbk. √
35 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk, √
36 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. √ √ √ √ √
37 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. √ √ √ √ √
38 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. √ √ √ √ √
39 TRAM Trada Maritime Tbk. √ √
40 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering √
41 WEHA Panorama Transportasi Tbk. √ √ √ √ √
42 WINS Wintermar Offshore Marine Tbk. √
43 ZBRA Zebra Nusantara Tbk. √ √ √ √
BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS
1 AKKU Alam Karya Unggul Tbk. √
2 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk. √
3 ALDO Alkindo Naratama Tbk. √
4 ALKA Alakasa Industrindo Tbk. √
5 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk. √
6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. √ √ √ √ √
7 APLI Asiaplast Industries Tbk. √
8 ARNA Arwana Citramulia Tbk. √
9 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk. √
10 BRNA Berlina Tbk. √
11 BRPT Barito Pacific Tbk. √ √
12 BTON Betonjaya Manunggal Tbk. √ √ √ √ √
13 BUDI Budi Acid Jaya Tbk. √
14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. √ √ √ √ √
15 CTBN Citra Tubindo Tbk. √ √
16 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk. √
17 EKAD Ekadharma International Tbk. √
18 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk. √ √ √ √ √
19 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk. √
20 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk. √
21 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk. √ √ √ √ √
22 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk. √
23 IKAI Intikeramik Alamsari Industrindo Tbk. √
24 INAI Indal Aluminium Industry Tbk. √ √ √ √ √
25 INCI Intanwijaya Internasional Tbk. √
26 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. √
27 INRU Toba Pulp Lestari Tbk. √
28 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. √ √ √ √ √
29 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk. √
30 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. √
31 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. √ √ √ √ √
32 JPRS Jaya Pari Steel Tbk. √ √ √ √ √
33 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk. √
34 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk. √
35 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk. √ √
36 LION Lion Metal Works Tbk. √
37 LMSH Lionmesh Prima Tbk. √
(2)
101
39 MLIA Mulia Industrindo Tbk. √
40 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk. √ √
41 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk. √
42 SAIP Surabaya Agung Industri Pulp & Paper Tbk. √
43 SIAP Sekawan Intipratama Tbk. √
44 SIMA Siwani Makmur Tbk. √
45 SIPD Sierad Produce Tbk. √ √ √ √ √
46 SMCB Holcim Indonesia Tbk. √
47 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk. √ √ √ √ √
48 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk. √
49 SPMA Suparma Tbk. √
50 SRSN Indo Acidatama Tbk. √ √ √ √ √
51 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk. √
52 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk. √
53 TIRT Tirta Mahakam Recources Tbk. √
54 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. √ √
55 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. √
56 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk. √
57 TRST Trias Sentosa Tbk. √
58 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk. √ √
59 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk. √
MISCELLANEOUS INDUSTRY
1 ADMG Polychem Indonesia Tbk. √
2 ARGO Argo Pantes Tbk. √
3 ASII Astra International Tbk. √ √ √ √ √
4 AUTO Astra Otoparts Tbk. √ √ √ √ √
5 BATA Sepatu Bata Tbk. √
6 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk. √
7 BRAM Indo Kordsa Tbk. √
8 CNTX Century Textile Industry Tbk. √
9 ERTX Eratex Djaja Tbk. √ √
10 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk. √
11 GDYR Goodyear Indonesia Tbk. √
12 GJTL Gajah Tunggal Tbk. √ √ √ √ √
13 HDTX Panasia Indo Resources Tbk. √
14 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk. √
15 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk. √ √ √ √ √
16 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk. √
17 INDS Indospring Tbk. √
18 JECC Jembo Cable Company Tbk. √ √ √ √ √
19 KARW ICTSI Jasa Prima Tbk. √
20 KBLI KMI Wire and Cable Tbk. √
21 KBLM Kabelindo Murni Tbk. √
22 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk. √
23 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk. √
24 MYTX Apac Citra Centertex Tbk. √
25 NIPS Nipress Tbk. √
26 PAFI Panasia Filament Inti Tbk. √
27 PBRX Pan Brothers Tbk. √ √ √ √ √
28 POLY Asia Pacific Fibers Tbk. √
29 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk. √
30 PTSN Sat Nusapersada Tbk. √ √
31 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk. √
32 SCCO Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk. √
(3)
102
34 SMSM Selamat Sempurna Tbk. √ √ √ √ √
35 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk. √
36 STAR Star Petrochem Tbk. √
37 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk. √
38 TRIS Trisula International Tbk. √
39 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. √ √ √
40 UNTX Unitex Tbk. √
41 VOKS Voksel Electric Tbk. √
Jumlah Sampel Menurut Tahun 43 47 Total Firm-Years Observasi 90 firm-years
Keterangan:
Kriteria 1
= Perusahaan tidak
delisting
dari Bursa Efek Indonesia selama periode 2011 dan
2012.
Kriteria 2
= Perusahaan yang diperoleh data keuangan lengkap sesuai dengan kebutuhan
operasional variabel dan model penelitian selama periode 2008-2013.
Kriteria 3
= Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah (Rp.) dalam penyusunan laporan
keuangan.
Kriteria 4
= Perusahaan memiliki data harga saham lengkap minimal 40 minggu untuk
masing-masing periode 2011 dan 2012.
(4)
103
Lampiran 2
Data Hasil Standar Deviasi Kualitas Akrual, Kualitas Akrual
Innate
, dan Kualitas
Akrual
Discretionary
No. Kode
Nama Perusahaan
2011
2012
AQ INNATE
AQ DISAQ AQ
INNATE
AQ DISAQ
AGRICULTURE
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk. 0,0473 0,0568 -0,0095 0,0436 0,0653 -0,0217 2 BISI Bisi International Tbk. 0,0839 0,0602 0,0236 0,0806 0,0666 0,0140 3 BWPT BW Plantation Tbk. 0,0174 0,0641 -0,0467 0,0569 0,0635 -0,0066 4 CKRA Citra Kebun Raya Agri Tbk. 0,0429 0,0489 -0,0060 0,0354 0,0565 -0,0211 5 CPRO Central Proteinaprima Tbk. 0,0727 0,0778 -0,0051 0,0725 0,0838 -0,0114 6 GZCO Gozco Plantations Tbk. 0,0562 0,0556 0,0006 0,0752 0,0556 0,0196 7 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk. 0,0033 0,0560 -0,0527 0,0486 0,0473 0,0014 8 SGRO Sampoerna Agro Tbk. 0,0491 0,0485 0,0005 0,0455 0,0392 0,0063 9 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk. 0,0430 0,0642 -0,0212 0,0409 0,0619 -0,0210 10 SMAR SMART Tbk. 0,0267 0,0523 -0,0257 0,0149 0,0224 -0,0075 11 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk. 0,0596 0,0390 0,0206 0,0480 0,0725 -0,0245 12 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk. 0,1325 0,0649 0,0676 0,1150 0,0748 0,0402
INFRASTRUCTURE, UTILITIES, & TRANSPORTATION
1 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 0,1808 0,1956 -0,0149 0,1802 0,1497 0,0306 2 BTEL Bakrie Telecom Tbk. 0,0982 0,1729 -0,0746 0,1155 0,1324 -0,0170 3 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk. 0,2179 0,3327 -0,1147 0,1717 0,1401 0,0317 4 CMPP Centris Multipersada Pratama Tbk. 0,0997 0,1990 -0,0993 0,1102 0,2114 -0,1011 5 EXCL XL Axiata Tbk. 0,1230 0,1503 -0,0273 0,0972 0,0998 -0,0026 6 FREN Smartfren Telecom Tbk. 0,2302 0,1483 0,0818 0,1688 0,1315 0,0373 7 INDX Tanah Laut Tbk. 0,4379 0,2678 0,1701 0,3973 0,1932 0,2041 8 INVS Inovisi Infracom Tbk 0,2229 0,0935 0,1295 0,1940 0,1280 0,0660 9 ISAT Indosat Tbk. 0,0791 0,0975 -0,0184 0,0668 0,0810 -0,0142 10 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. 0,0817 0,1974 -0,1156 0,0499 0,1208 -0,0709 11 META Nusantara Infrastructure Tbk. 0,2565 0,2466 0,0099 0,2807 0,1639 0,1169 12 MIRA Mitra International Resources Tbk. 0,7754 0,3336 0,4418 0,6976 0,6897 0,0079 13 SAFE Steady Safe Tbk. 0,2740 0,3711 -0,0971 0,2626 0,2285 0,0340 14 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk. 0,0171 0,0251 -0,0079 0,0116 0,0284 -0,0168 15 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 0,0570 0,0791 -0,0221 0,0679 0,0722 -0,0043 16 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk. 0,1585 0,1998 -0,0413 0,0971 0,1461 -0,0489 17 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. 0,1539 0,1276 0,0263 0,0700 0,0994 -0,0294 18 WEHA Panorama Transportasi Tbk. 0,2280 0,3107 -0,0827 0,2237 0,2860 -0,0623 19 ZBRA Zebra Nusantara Tbk. 0,0703 0,2883 -0,2181 0,1054 0,2130 -0,1077
BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. 0,0848 0,0794 0,0054 0,0900 0,0939 -0,0040 2 BTON Betonjaya Manunggal Tbk. 0,1466 0,0914 0,0552 0,1632 0,1397 0,0235 3 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. 0,0353 0,0487 -0,0133 0,0808 0,0857 -0,0049 4 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk. 0,0364 0,0695 -0,0331 0,0828 0,1057 -0,0229
(5)
104
5 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk. 0,1389 0,1018 0,0371 0,1099 0,1156 -0,0056 6 INAI Indal Aluminium Industry Tbk. 0,0870 0,0816 0,0054 0,1496 0,0979 0,0517 7 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 0,0572 0,0704 -0,0132 0,0754 0,0818 -0,0064 8 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. 0,0523 0,0590 -0,0067 0,1185 0,0893 0,0292 9 JPRS Jaya Pari Steel Tbk. 0,0374 0,0756 -0,0382 0,0566 0,1235 -0,0670 10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0,0926 0,0801 0,0125 0,0874 0,1173 -0,0299 11 SIPD Sierad Produce Tbk. 0,0188 0,0846 -0,0658 0,0213 0,0972 -0,0758 12 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk. 0,0831 0,0590 0,0241 0,0643 0,0794 -0,0151 13 SRSN Indo Acidatama Tbk. 0,0722 0,0917 -0,0194 0,0438 0,1027 -0,0589
MISCELLANEOUS INDUSTRY
1 ASII Astra International Tbk. 0,0792 0,0424 0,0368 0,0781 0,0712 0,0069 2 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0,0450 0,0702 -0,0252 0,0438 0,0897 -0,0459 3 GJTL Gajah Tunggal Tbk. 0,0531 0,0656 -0,0125 0,0637 0,0857 -0,0220 4 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk. 0,0523 0,0445 0,0077 0,0596 0,0906 -0,0310 5 JECC Jembo Cable Company Tbk. 0,0742 0,1090 -0,0349 0,1483 0,1555 -0,0072 6 PBRX Pan Brothers Tbk. 0,1369 0,0752 0,0617 0,1659 0,1146 0,0513 7 SMSM Selamat Sempurna Tbk. 0,1592 0,0884 0,0708 0,1828 0,0991 0,0837 8 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 0,0909 0,0901 0,0008 0,0799 0,0914 -0,0115
(6)