PENUTUP Peran Paku Buwono X Dalam Membendung Kristenisasi Di Surakarta (1893-1939)
2
sebagai raja yang istimewa karena masa pengabdiannya yang cukup lama yaitu 46 tahun. Beliau adalah pribadi yang penuh dengan nilai keteladanan,
kebijakan, dan keagungan. Sebagai panutan dalam segala hal yang berkaitan dengan syariat agama Islam, maka Raja patut ditiru dan diteladani seluruh
rakyat. Sifat yang paling menonjol
yang dimiliki Sunan yaitu kedermawanannya, ia senang membantu dan menyenangkan hati orang. Dan
salah satu kekurangannya adalah ia tidak mengenali nilai mata uang, sehingga Susuhanan tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang kondisi
keuangannya.
3
Sri Susuhanan Paku Buwono X 1893-1939 adalah Putra dari Sinuhun Pakubuwono IX 1861-1893, sedangkan Sinuhun Paku Buwono IX adalah
putra dari Sinuhun Paku Buwono VI 1823-1830 yang dibuang ke Ambon karena melawan Belanda, jadi Paku Buwono X adalah cucu dari Paku
Buwono VI. Saat usianya tiga tahun beliau dinobatkan sebagai Pangeran Adipati Anom atau Putera Mahkota. Beliau naik tahta menjadi seorang raja
pada tanggal 30 Maret 1893 karena menggantikan tahta kerajaan ayahnya yang telah wafat yaitu Susuhanan Paku Buwono IX. Dan mendapat gelar
setelah naik tahta yaitu: Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Paku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayyidin Panatagama Hingkang
Kaping X.
3
George Larson, Masa Menjelang Revolusi Keraton dan Kehidupan Poitik di Surakarta 1912-1945, Yogyakarta: Gajah Mada Uniersity Press, 1989,hal 44
3
Menurut catatan sejarah, agama Kristen datang ke Indonesia dibawa oleh orang Portugis dengan armada dagangnya pada abad ke 16 M.
4
Sedangkan agama Islam datang ke Nusantara dibawa oleh pedagang Muslim dari Arab,
pada abad 7-8 M. Sekalipun mereka dari Gujarat, Malabar atau Persia, tetapi mereka adalah orang Arab.
5
Masuknya agama Kristen tidak lepas dari kegiatan penjajahan Belanda yang disebut dengan 3G yaitu: Glory, Gold dan Gospel.
6
Maksud dari “3G” itu adalah, Glory menang yaitu suatu motif penjajahan dan meguasai negeri
yang sedang dijajahnya untuk dapat dikuasai, motif yang kedua yaitu ekonomi atau Gold emas, kekayaan motif ini yaitu untuk mengeksploitasi, memeras
dan mengeruk harta kekayaan negeri jajahannya, dan motif ketiga yaitu Gospel yaitu motif untuk menyebar luaskan agama Kristen kepada anak-anak
negeri jajahannya atau motif untuk mengubah agama yang dipeluk penduduk.
7
Karena menurut pemikiran mereka dengan mempunyai kepercayaan agama yang sama maka akan lebih muda bagi mereka untuk dapat menguasai semua
dari negeri jajahannya. Oleh karena itu meraka memberikan pelayanan pendidikan dan sosial,
serta kolonial Belanda juga merekrut orang-orang Indonesia untuk memperoleh pendidikan Barat. Politik etis yang dianut dan dijalankan oleh
pemerintah kolonial Hindia Belanda mengakibatkan pembukaan sekolah-
4
Lukman Fathullah Rais, Muhammad Nasir Pemandu Umat, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1989, hal 18
5
Ibid, hal 4
6
Musthafa Kamal Pasha dan Chusnan Jusuf, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Persatuan, 1989, hal 20
7
Musthafa Kamal Pasha dan Ahmad Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005, hal 103
4
sekolah menurut sistem barat di wilayah Hindia Belanda. Pembukaan sekolah- sekolah ala Barat sampai diperluas untuk segenap kalangan masyarakat.
Munculnya politik asosiasi yang dilaksanakan pemerintah Hindia-Belanda, memperkenalkan pengetahuan dan kebudayaan barat di sekolah-sekolah
secara luas. Politik asosiasi ini merupakan kebijakan yang menghendaki rakyat bumi putera dibina agar terpengaruh dengan kebudayaan Barat.
8
Kasunanan Surakarta termasuk bagian dari wilayah jajahan Belanda. Dalam bidang pendidikan pemerintah Belanda ikut campur tangan yaitu
dengan menetapkan sistem konkoordinasi.
9
Yang nantinya dalam campur tangan ini pemerintah Belanda banyak mendirikan sekolah-sekolah yang
didalamnya mengajarkan agama Kristen untuk anak-anak pribumi. Pada kenyataanya daerah Vorstenlandeninimenjadi wilayah kekuasaan kolonial dan
berada dibawah pengawasan pemerintah koloial Belanda. Termasuk dibidang pendidikan yang tidak luput dari campur tangan pemerintah Belanda.
Belanda membawa Hindia Belanda ke suatu jenis pendidikan baru yang berbeda dari lembaga-lembaga pendidikan pribumi pada umumnya. Salah satu
perbedaan pokoknya yaitu: pendidikan yang dibiayai oleh Belanda di sekolah- sekolah umum netral terhadap agama, diajarkan tidak terlalu memikirkan
bagaimana caranya hidup secara harmoni dalam dunia, tetapi lebih menekankan tentang bagaimana memperoleh penghidupan.
10
Di Kasunanan
8
Depdikbud, Searah Pendidikan Daerah Jawa Barat, Jakarta: Depdikbud, tth, hal 7
9
Sistem koonkordinasi adalah sistem pendidikan yang diterapkan oleh Belanda bahwa pendidikan didaerah jajahan sama dengan sistem pendidikan yang ada di Belanda, lihat Resink,
G,J, Raja dan Kerajaan Yang Merdeka di Indonesia 1850-1910, Jakarta: Djambatan, 1987, hal 4.
10
Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, Yogyakarta: Gadjah Mada University perss, 1986. hal 278.