Merupakan Pendahuluan yang meliputi penjabaran singkat membahas sejarah berdirinya Keraton Surakarta, biografi Paku
17
megalir sungai Opak ke Selatan yang menjadi batas antara Karesidenan Surakarta dan Yogyakarta.
3
Adapun luas wilayah Kerajaan Surakarta seluruhnya adalah 6.215 kilometer persegi. Separuh dari daerah itu adalah milik kasunanan, sedang
daerah lainnya masuk daerah Mangkunegaran. Pada tahun 1838 penduduk Surakarta berjumlah 358.230 orang, dan pada tahun 1920 naik menjadi
2.049.547 orang. Penduduk Surakarta dapat dikatakan homogen,artinya masing-masing etnik berkumpul dan mendiami daerah-daerah tertentu secara
terpisah dengan etnik lainnya. Ada beberapa etnik yang berada di sekitar wilayah ibukota kerajaan yaitu: Jawa jumlah paling besar, kemudian Cina,
Arab, dan Eropa. Penduduk karesidenan Surakarta pada tahun 1930 adalah: pribumi
2.535.594 orang, Eropa 6.555 orang, dan Timur Asing 2.600 orang, dan jumlahnya 2.564.594 orang. Untuk kota Surakarta sendiri: penduduk pribumi
149.585 orang, Eropa 3.225 orang, Cina 11.286 orang dan Timur Asing 1.388 orang, dan jumlahnya 165.484 orang. Golongan Eropa yang terdiri 3.225
orang, 95 adalah orang-orang Belanda, dengan periniaan terdiri dari Belanda Totok londo totok, Belanda Indo londo indo dan londo Ambon panggilan
untuk orang-orang Ambon yang bekerja menjadi tentara orang-orang Belanda. Tempat berkumpulnya orang-orang Belanda di Lojiwaten dan sekitarnya,
yaitu daerah yang letaknya berada di sebelah selatan kali-pepe, kali yang membelah kota terbagi menjadi dua. Meraka bertempat tinggal disekitar
3
Suhartono, Apanage dan Bekel, Perubahan sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1991, hal 24-25.
18
benteng Belanda, benteng Vastenberg, mungkin karena merasa lebih aman. Mereka memiliki gereja sendiri berada di depan benteng yang letaknya di
Gladak.
4
Untuk golongan Timur asing terdiri dari orang Arab, India dan Pakistan. Orang-orang India dan Pakistan biasanya mereka memiliki toko-
toko yang menjual bahan pakaian. Dan tinggal ditoko-tokonya sendiri. Orang- orang Arab berkumpul di pasar kliwon dan sekitarnya yaitu diseberang
sebelah selatan rel kereta api yang membelah Surakarta. Usaha yang biasanya di industri kain batik yang biasanya dibuatnya dirumahnya sendiri. Mereka ini
adalah golongan orang yang tertutup, tidak suka bergaul dengan golongan lain. Rumah-rumah mereka pun di kelilingi pagar yang tinggi dan tertutup
rapat. Mereka juga memiliki Masjid sendiri untuk beribadah di pasar kliwon. Sedangkan orang-orang Cina mereka berkumpul diseberang sebelah utara kali
Pepe. Yaitu Balong, Warungmiri,dan didaerah-daerah pasar Gedhe. Pada mula-mula mereka hanyalah pendatang, dan hanya pedagang kecil-kecilan
saja.
5
Perkampungan orang-orang Eropa terpisah dari etnik lain karena berdasarkan diskriminasi ras, dan pemukian orang-orang Cina disebut
“pecinan” maksudnya agar gerak-gerik mereka mudah diawasi. Pecinan terletak disekitar pasar Gedhe, dikepalai oleh seorang berpangkat mayor yang
diambil dari kalangan mereka. di kalangan penduduk, kepala etnik ini dikenal
4
R.M Karno, Riwayat dan Falsafah Hidup ingkang Sinuhun Sri Susuhanan Pakubuwono X 1893-1939, Jakarta: 1990, hlm: 115-116.
5
R.M Karno, Riwayat dan Falsafah Hidup ingkang Sinuhun Sri Susuhanan Pakubuwono X 1893-1939, hal: 116-118.