Zending dan Kristenisasi di Surakarta
60
pendidikan umum dan buku-buku yang diberikan berasal dari Belanda. Sekolah hanya untuk mendidik rakyat saja, bukan untuk mempertinggi taraf
penghidupan rakyat.
34
Bentuk pendidikan ala Barat sebagai realitas dari Politik Etis juga dirasakan di Surakarta. Kasunanan Surakarta termasuk bagian dari wilayah
jajahan Belanda. Dalam bidang pendidikan pemerintah Belanda ikut campur tangan yaitu dengan menetapkan sistem konkoordinasi.
35
Yang nantinya dalam campur tangan ini pemerintah Belanda banyak mendirikan sekolah-
sekolah yang didalamnya mengajarkan agama Kristen untuk anak-anak pribumi. Pada kenyataanya daerah Vorstenlanden ini menjadi wilayah
kekuasaan kolonial dan berada dibawah pengawasan pemerintah koloial Belanda. Termasuk pada bidang pendidikan yang tidak luput dari campur
tangan pemerintah Belanda. Terjadi perkembangan pada sekolah dengan sistem pendidikan Barat.
Sekolah-sekolah Neutral berbahasa Belanda yang diperuntukkan golongan Bumi putera di Surakarta memiliki mutu yang baik. Sekolah-sekolah ini
yaitu: HIS Jongenshool di Mangkubumen, HIS Meisjessschool di Slompretan dan Schakelschool sekolah peralihan di Penumping. Sekolah-sekolah yang
dikelola oleh missionaris atau sekolah Katolik yang berada di Surakarta antara lain adalah: sekkolah MULO Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs 1 buah,
sekolah ELS 1 buah, HIS 2 buah, dan Meisjesschool 2 buah, sekolah-
34
Djumhur dan Danasuparta, Sejarah Pendidikan, Bandung: CV. Ilmu, 1976, hal 123
35
Sistem koonkordinasi adalah sistem pendidikan yang diterapkan oleh Belanda bahwa pendidikan didaerah jajahan sama dengan sistem pendidikan yang ada di Belanda, lihat Resink,
G,J, Raja dan Kerajaan Yang Merdeka di Indonesia 1850-1910, Jakarta: Djambatan, 1987, hal 4.
61
sekolah tersebut tersebar di Purbayan, Pasar Kliwon, Kemlayan, Jebres. Berdasar data yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan di wilayah
Surakarta pada tahun 1930, terdapat bermacam-macam sekolah model Barat, yaitu: sekolah-sekolah yang didirikan oleh Zending, sekolah-sekolah yang
dikelola oleh Missi, sekolah-sekolah yang dikelola oleh Muhammdiyah, dan sekolah-sekolah yang dikelola oleh Kerajaan. Dan sekolah-sekolah yang
mempunyai tujuan agar masyarakat pribumi masuk kedalam agama Kristen yaitu sekolah yang dikelola oleh Zending dan Missi, berikut keterangannya:
1. Sekolah Zending
Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending ini berorientasi pada pengetahuan dan dikenalkan kebudayaan Barat seperti cara berpakaian,
cara makan, belajar dan lainnya. Bahasa Belanda menjadi kurikulum pelajaran yang penting, bahasa ini juga digunakan sebagai bahasa
pergaulan. Untuk mendukung pogram tersebut maka siswa ataupun guru- guru yang mengajar diharuskan tinggal di asrama yang telah disediakan
dan sehari-harinya di haruskan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Aturan-aturan itu menyebabkan orang-orang yang
belajar di sekolah Zending tersebut jauh dari budaya Jawa. Tujuan pendirian sekolah Zending sejalan dengan tujuan pemerintah Kolonial
yaitu menyebarkan agama Kristen. Sehingga sekolah Zending ini banyak menerima bantuan dan kemudahan dari pemerintah Kolonial, maka dalam
waktu singkat sekolah tersebut dapat berkembang dengan pesat. Pada tahun 1932 telah banyak sekali sekolah-sekolah Zending yang berada di
62
Surakarta. Terdapat 20 buah sekolah jenis ini yang telah tersebar di beberapa daerah seperti di daerah Margoyudan, Villapark dekat Pasar
Legi, Sidokare, Jebres, Kerten, Gemblengan, Danukusuman, Kawatan, Gilingan dan Manahan. Kegiatan Zending dubuka oleh perkumpulan
Zending yang terdiri dari: C. Van Proodij, Van Ansel, C.J. de Zomer, G.C.E. de Man, dan Pendeta Bakker.
36
2. Sekolah Missi
Ada juga sekolah Missi yang dikelola pertama kali oleh Pastor Keyser dari Semarang pada tahun 1890. Pastor Keyser telah berhasil
mendirikan sekolah Katolik di daerah Yogyakarta dan Klaten pada tahun 1892. Pada awalnya sekolah jenis ini bercorak Europees yang netral, yang
memberikan kebebasan kepada murid-muridnya untuk mengikuti pelajaran agama Katolik atau tidak. Semula para missionaris dalam menjalankan
tugasnya banyak mengalami hambatan, dikarenakan adanya dua konsepsi dalam kehidupan keagamaan di Jawa yang sudah berakar kuat, yaitu
Hindu dan Islam. Maka dari itu usaha yang dilakukan yaitu dengan memberikan pengaruh atas pola kehidupan orang Jawa, usaha tersebut
rasanya cukup berhasil karena dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Ajaran-ajaran para missionaris meluas hingga ke daerah
Surakarta. Perkembangan yang terjadi tersebut tidak lepas dari bantuan serta fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah Belanda. Sehingga
sekolah-sekolah Missi yang didirikan di Surakarta semakin banyak. Dan
36
Prof. Dr. Husain Haikal, dkk, Laporan Penelitian: “Pendidikan dan Perubahan Sosial
Di Vorstenlanden”, Yogyakarta: UNY, 2012, hal 42-43
63
pada tahun 1930, sekolah Missi yang berada di Surakarta jumlanya telah mencapi 17 buah yaitu: sekolah MULO, 1 sekolah ELS Europe Lagere
School, 3 buah HIS salah satunya khusus putri, 10 buah Standartschool, 1 sekolah HSC Hollands Chinese School dan 1 sekolah Meisjes Vervolg
School. Sekolah-sekolah tersebut berada di Margoyudan, Manahan, Gajahan dan Pasar Legi.
37
Pada tahun 1910 Pendeta D. Bekker mendirikan sebuah sekolah Kristen pribumi di Surakarta, tetapi Residen Van Wijk melarang adanya pendidikan
agama disekolah ini dan bagi murid non-kristen tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan agama ekstrakurikurel. Bekker berkeberatan dan
membawa masalah tersebut kepada Gubernur Jendral AWF Idenberg 1906- 1916 yang kemudian justru mengizinkan kegiatan penginjilan di Surakarta.
Keberadaan para penginjil ini tentu saja menimbulkan reaksi dari kalangan umat muslim.
38
Salah satu bentuk dari reaksi tesebut yaitu dengan bermunculannya sekolah-sekolah Islam.
Selain banyak mendirikan lembaga-lembaga sekolah juga banyak bermunculan berbagai Rumah Sakit di Hindia Belanda. Pada awal abad ke-20
dengan adanya politik etis yang dicetuskan oleh pemerintah Belanda, membuat beberapa program perbaikan kesejahteraan masyarakat, salah satu
diantaranya ialah perbaikan mutu pelayanan kesehatan. Munculnya berbagai rumah sakit di Hindia Belanda terjadi karena ada kebijakan politik etis dan
subsidi kesehatan yang diberikan oleh pemerintah Belanda. Hal ini sebetulnya
37
Prof. Dr. Husain Haikal, dkk, Laporan Penelitian: “Pendidikan dan Perubahan Sosial
Di Vorstenlanden”, hal 44
38
Hari Mulyadi, dkk, hal 140
64
sudah ada sejak pertengahan abad 19 namun baru berkembang pesat pada abad 20 setelah politik etis diberlakukan dan aktivis Zending mendirikan banyak
Rumah Sakit sebagai perantara penyebaran agama Kisten. Rumah Sakit swasta di Jawa yang memberikan pelayanan kesehatan
sebagian besar dilakukan oleh Zending. Munculnya para pekabar Injil di Hindia Belanda pada awalnya hanya untuk memberikan pelayanan kepada
orang-orang Belanda sendiri. Namun lambat laut dengan adanya semangat keagamaan mereka yang tinggi kemudian muncullah keinginan dari para
penginjil tersebut untuk menyebarkan agama Kristen kepada penduduk pribumi. Kegiatan zendeling atau penyebaran agama Kristen di Hindia-
Belanda ini sudah berlangsung sejak abad ke-17.
39
Pemerintah Belanda memberikan kebijakan kepada rumah sakit dan lembaga kesehatan yang ada di Hindia-Belanda yaitu dengan memberikan
subsidi kesehatan. Kebijakan tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan bagi perbaikan layanan kesehatan. Secara umum subsidi kesehatan yang
diberikan oleh pemerintah Belanda berupa dana uang kas, obat-obatan yang cukup baik kualitasnya, peralatan rumah sakit, gaji dokter yang dibesarkan
jumlahnya dan gaji para medis dinaikkan ketika bekerja di rumah sakit milik swasta. Dijelaskan dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 276 tahun
1906 bahwa rumah sakit swasta yang berhak menerima subsidi kesehatan adalah rumah sakit swasta pribumi dan rumah sakit swasta pembantu.
40
Peraturan pemerintah mengenai subsidi kesehatan itu juga sebagai
39
Bahaudin, “Kebijakan Subsidi Kesehatan Kolonial di Jawa Pada Awal Abad ke-20”
dalam Lembar Sejarah Vol. 8. no 2, hal 151
40
Staatsblad van Nederlandsch-Indie No. 276 tahun 1906, koleksi ANRI Jakarta
65
pemicu munculnya lembaga-lembaga kesehatan yang dikelola oleh Zending atau pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda sangat mendukung adanya
pelayanan kesahatan yang dilakukan oleh Zending karena mempunyai misi yang sama. Oleh karena itu pemerintah Belanda mendukung penuh dengan
memberikan bantuan dana, obat-obatan, bangunan, dokter dan lain-lain yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Rumah Sakit Zending Jebres
Surakarta merupakana salah satu Rumah Sakit Zending yang banyak diberikan
dana berlimpah tersebut.
Rumah sakit yang dikelola oleh Zending mempunyai tujuan utama sebagai tempat penyebaran agama, tetapi rumah sakit yang dikelola oleh
Zending juga terkenal mempunyai kebijakan dalam penanganan pasien yang tidak mampu membayar, artinya pasien yang dalam kategori miskin tidak
diwajibkan untuk membayar perawatan di Rumah Sakit Zending atau jika harus membayar maka membayar dengan tarif yang sangat rendah.
41
Di Surakarta rumah sakit yang dikelola oleh Zending yaitu Rumah Sakit Jebres Surakarta. Rumah sakit ini didirikan pada tahun 1912 oleh Gereja
Gereformeerd Delft dan Gereja-gereja Zuid Holland ten Noorden, Gereja- gereja itulah yang mendirikan Rumah Sakit Zending pertama di Surakarta,
yaitu Rumah Sakit Zending Jebres di Surakarta.
42
yaitu Geraja yang pengaruhnya dibawah organisasi Zending Gereformeerd organisasi
pengabarab Injil difokuskan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Surakarta dan sekitarnya yang pada waktu itu dikuasai oleh
41
Sugiarti Siswadi, Rumah Sakit Bathesda: Dari Masa ke Masa, Yogyakarta: Andi Offset, 1989, hal 86
42
http:rsmoewardi.comprofile . Diakses: 30 Oktober 2015.
66
Kasunanan dan Mangkunegaran. Rumah sakit Zending ini sejak awal didirikan telah mempunyai perhatian pelayanan kesehatan terhadap orang
miskin dan terlantar. Selain untuk pelayanan kesehatan rumah sakit ini juga bertujuan untuk menyebarkan ajaran Kristen.
Awal dari pendirian Rumah Sakit Zending di Surakarta yaitu ketika wilayah kerja Zending Gereformeerd organisasi pengabaran Injil diperluas
dan para dokter utusan mulai bergerak untuk datang ke wilayah jawa tengah bagian selatan yaitu daerah Kedu dan Surakarta pada tahun 1910-1913.
Wilayah kerja Zending Gereformeed di perluas lagi meliputi daerah Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran. Pada awalnya sulit untuk
mendirikan rumah sakit di Surakarta dan membutuhkan waktu yang lama, karena terdapat larangan bagi para pekabar Injil untuk masuk, dan pemerintah
Belanda takut bila hal tersebut dapat menimbulkan pertikaian dengan Sunan Paku Buwono X dan Sri Mangkunegoro yang beragama Islam.
43
Raja Kasunanan Surakarta, yaitu Paku Buwono X melarang adanya pendirian Rumah Sakit Zending, tetapi kemudian Belanda meminta kepada
Mangkunegoro untuk mendirikan rumah sakit tersebut yang kemudian mendapatkan izin, lalu Mangkunegoro VII memberikan sebidang tanah di
daerah Jebres. Dan pada tahun 1912-1919 didirikanlah Rumah Sakit Zending di Surakarta yang cukup besar yang terdapat tempat tidur berjumlah 240 buah,
dengan 2 dokter orang Belanda dan beberapa pembantu medis lokal seperti mantri, juru rawat, zuster. Direktur Rumah Sakit Zending pada waktu itu ialah
43
J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1995, hal 197
67
Dr. K.P Groot tetapi kemudian ia pindah ke Rumah Sakit Zending di Yogyakarta lalu digantikan oleh Dr. D. Verhagen.
44
Semejak diberlakukannya politik etis dan subsidi kesehatan yang diberikan oleh kolonial, kehidupan masyarakat Jawa, khususnya Surakarta
memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Pada akhir abad ke- 19 di Surakarta banyak yang mengindap penyakit yang menular yang
berbahaya seperti pes
45
, korela
46
dan lain-lain. Sehingga banyak masyarakat Surakarta yang mendatangi Rumah Sakit Zending Surakarta untuk
memeriksakannya, hal ini dikarenakan di Rumah Sakit Zending Surakarta mereka mendapatkan pelayanan gratis tanpa dipungut biaya, yang tentu dapat
meringankan beban ekonomi masyarakat Surakarta yang pada waktu itu masih dalam masa penjajahan Belanda.
Selain medapatkan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Zending ini juga mempunyai Missi keagamaan, yaitu menyebarkan agama Kristen dan
mempengaruhi Masyarakat agar menjadi Kristen. masyarakat Surakarta yang dirawat di Rumah Sakit Zending tersebut mendapat pencerahan tentang agama
Kristen yang dilakukan oleh dokter yang mana dokter itu juga merangkap sebagai seorang pendeta. Dokter yang bertugas merawat orang sakit bertugas
juga untuk memberi pencerahan tentang agama Kristen. Semakin lama masyarakat Surakarta banyak yang memeluk agama Kristen, ini juga
44
J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, hal: 201
45
Penyakit pes adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil pes, yang ditularkan dari kutu-kutu tikus jenis xenopsylla cheopsis kepada manusia. lihat: Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, hal 677
46
Penyakit korela adalah penyakit perut, disertai dengan buang-buang air dan muntah- muntah, penyakit ini dapat menular karena disebabkan oleh basil, kuman.
68
disebabkan gencarnya misi pekabaran Injil yang dilakukan oleh Zending Gerefoormeerd di Surakarta yang mendapatkan perlindungan dari pemerintah
kolonial Belanda. Berikut adalah tabel jumlah warga Surakarta yang beragama Kristen
pada tahun 1913-1938
Sumber: J. Wolterbeek, Babad Zending di Pulau Jawa, hal 217.
Awalnya jumlah warga Kristen di Surakarta hanya sedikit, tetapi semakin lama jumlahnya semakin besar, hal itu dikarenakan munculnya berbagai
sekolah Kristen, rumah sakit Zending yang semakin banyak merawat warga Surakarta yang sakit disana. Di daerah Surakarta diketahui bahwa daerah itu
merupakan lahan yang subur dan paling baik di seluruh tanah Jawa untuk melakukan kegitan penginjilan.
Tahun Jumlah
1913 74 orang
1918 297 orang
1922 508 orang
1925 945 orang
1930 2.208 orang
1933 3.148 orang
1936 4.173 orang
1938 5.515 orang
69