Dr. Abdurrahman Al-Kayali

Dr. Abdurrahman Al-Kayali

Halb, 28 Shafar 1379 HQ. / September 1959 M.

Jawab:

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Kepada Yth: Dr. Abdurrahman Al-Kayali Salam bahagia bagi Anda saya ucapkan. Saya minta

maaf atas keterlambatan kiriman jawaban ini. Karena waktu surat anda sampai di kota Qom, saya sedang berada di sekitar Damavand karena saya ingin pergi ke Iylaq. Karena jarak antara Qom dengan Damavand cukup jauh, dan surat anda dari tangan ke tangan sampai ke tangan saya, dalam jangka waktu yang cukup lama pulalah saya berhasil menulis jawaban ini untuk Anda.

Metode kami dalam tafsir adalah, dalam memahami dan menerangkan makna Al- Qur‘an kita tidak boleh bersandar kepada selain Al- Qur‘an. Kita hanya bisa mencari keterangan dari ayat-ayat lain ketika kita menemukan kesulitan dalam memahami suatu ayat. Akan tetapi riwayat-riwayat nabi yang mutawatir yang ada di tangan kita, dan juga riwayat-riwayat para imam yang dapat dipercaya, bagi kita juga merupakan hujjah dan dapat dapat dijadikan bahan masukan. Karena Metode kami dalam tafsir adalah, dalam memahami dan menerangkan makna Al- Qur‘an kita tidak boleh bersandar kepada selain Al- Qur‘an. Kita hanya bisa mencari keterangan dari ayat-ayat lain ketika kita menemukan kesulitan dalam memahami suatu ayat. Akan tetapi riwayat-riwayat nabi yang mutawatir yang ada di tangan kita, dan juga riwayat-riwayat para imam yang dapat dipercaya, bagi kita juga merupakan hujjah dan dapat dapat dijadikan bahan masukan. Karena

Hadis-hadis keluarga nabi dan Ahlul Bait As juga wajib diikuti dan hujjah. Karena ada sebuah hadis yang disebut dengan hadis Tsaqalain yang berupa hadis mutawatir . Selain hadis-hadis di atas, kita juga masih mempunyai hadis-hadis yang lain. Permasalahan ini telah saya sampaikan di jilid pertama Tafsir Al-Mizan dan dalam jilid ketiga; di sana pembahasan Muhkam dan Mutasyabih juga telah dijelaskan.

Adapun ucapan dan perkataan para sahabat atau para Tabi‘in, menurut kami tidak hujjah dan kita tidak dapat

bersandar kepadanya (kecuali ucapan-ucapan yang memiliki dalil-dalil yang pasti). Karena sesungguhnya ucapan dan perkataan mereka tak lain adalah pendapat diri mereka sendiri. Dan itupun tidak dapat dijadikan hujjah kecuali untuk diri mereka sendiri. Pendapat-pendapat mereka bagi kami sama seperti riwayat-riwayat yang tidak meyakinkan kebenarannya; yakni tidak ada harganya. Kami memiliki sebuah metode penafsiran Al- Qur‘an yang berdasarkan beberapa hadis nabi dan imam Ahlul Bait as. seperti: ―Sesungguhnya Al-Qur‘an, sebagiannya membenarkan

sebagian yang lain.‖ 1 Dan juga: ―Ketika suatu ayat

1 Al-Ihtijaj: jil.1; hal. 389.

berada di samping ayat yang lain, ayat tersebut menerangkan maknanya.‖ 1 Dan juga hadis ini:

―Sebagian dari Al-Qur‘an adalah saksi bagi sebagian yang lain.‖ 2

Metode ini adalah metode penafsiran Al- Qur‘an dengan Al- Qur‘an yang sangat baik dan layak untuk dipakai yang mana berkat adanya riwayat-riwayat seperti di atas kita dapat menemukan metode penafsiran ini. Tak diragukan lagi bahwa ayat-ayat Al- Qur‘an memiliki keterhukum dan kaitan dengan ayat- ayat yang lain sehingga kita dapat memahaminya dengan baik. Akan tetapi dengan metode biasa ini, kita masih belum mampu memahami maksud huruf-huruf muqatta‟ah. Dengan demikian, huruf-huruf seperti: Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Thaha, Ya Sin, dan selainnya, masih belum kita pahami.

Dari sinilah kita berani memberikan kesimpulan bahwa huruf-huruf muqatta‟ah tidak seperti ayat-ayat yang lainnya yang telah diturunkan dengan menggunakan metode berbahasa Arab secara biasa yang dugunakan oleh orang-orang awam.

Meski demikian, kita tidak dapat berkata bahwa huruf- huruf tersebut tidak berguna; karena dalam kalam Tuhan tidak ada hal yang tak berguna. Allah Swt

1 Bihar Al-Anwar: jil 89; hal. 22. 2 Ibid.

berfirman: “Sesungguhnya itu (Al-Qur‘an) adalah firman yang memisahkan antara hak dan batil. Dan bukanlah

di senda gurau.” 1 Dengan demikian dapat menjadi jelas bahwa

dimulainya beberapa surah Al- Qur‘an dengan huruf- huruf muqatta‟ah pasti ada maksudnya. Akan tetapi sayangnya penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh para sahabat, tabi‘in, dan ulama tafsir tidak dapat memuaskan hati semua penanya. Oleh karena itu kami berencana untuk membahasnya kelak di saat kami memulai pembahasan tafsir surah Haa Mim „Ain Sin Qaf . Semoga saat itu Tuhan akan menyingkap tirai rahasia ini; yang jelas kalau kami masih diberi umur panjang.

Akan tetapi mengapa kami lebih memilih waktu itu dari pada waktu-waktu yang di sana kita membahas surah yang lainnya, jawabnya adalah, di surat itulah Allah Swt menerangkan bagaimana Ia memberikan wahyu dan ilham kepada hamba-Nya.

Selama ini hasil yang bisa kami dapatkan dalam meneliti huruf-huruf muqatta‟ah adalah: huruf-huruf tersebut memiliki keterkaitan erat dengan kandungan surah yang datang setelahnya dan begitu juga dengan tujuan-tujuan surah tersebut. Contohnya, dalam surah- surah yang dimulai dengan Alif Lam Mim, kami

1 QS. At-Thariq: 13-14.

menemukan keterkaitan khusus di dalamnya padahal sebagian dari surah-surah tersebut ada yang Makki dan ada juga yang Madani. Dan diantara surah-surah yang dimulai dengan Alif Lam Ra, Ha Mim, dan Tha Sin Mim , kita juga menemukan keterkaitan dan kesesuaian khusus yang mana tidak dapat ditemukan di dalam surah-surah yang lainnya. Begitu juga dalam surah Al

A‘raf yang telah didahului dengan Alif Lam Mim Shad, kami dapat menemukan keterikatan dan kesesuaian dengan dua surah yang didahului dengan Alif Lam Mim , dan surah Shaad.

Atas dasar itu, secara global kami dapat memahami bahwa huruf-huruf muqatta‟ah memiliki hubungan dengan makna, kandungan dan tujuan-tujuan suatu surah. Akan tetapi bagaimana bentuk hubungan itu dan begitu pula penjelasannya, sampai saat ini masih saja belum jelas. Akan tetapi saya berharap Tuhan akan membimbing kami untuk memahami rahasia ini. Sebagai penutup, saya ucapkan banyak-banyak terima kasih dan salam sejahtera kepada anda dan semoga anda selalu berhasil.

Muhammad Husain Thabathaba’i

21 Rabi‘ul Awwal 1389 HQ.