Menelaah Kembali Pertanyaan
Menelaah Kembali Pertanyaan
Tentu saja ada faktor tertentu yang telah mendorong kita untuk bertanya mengenai tujuan penciptaan alam semesta ini. Karena kita —sebagaimana yang kita sadari —telah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang memiliki tujuan yang sesuai dengan perbuatan tersebut dan yang jelas, bermanfaat bagi diri kita. Kita pergi ke meja makan karena kita ingin merasa kenyang. Kita meneguk segelas air karena kita ingin melepas dahaga. Kita membangun sebuah rumah agar kita dapat berteduh dan tinggal di dalamnya. Kita berbicara karena kita ingin mengungkapkan isi hati kita. Dan banyak hal yang lain yang kita lakukan demi tercapainya tujuan-tujuan tertentu.
Setiap manusia, bahkan semua makhluk yang memiliki perasaan, tidak mungkin pernah melakukan suatu perbuatan tanpa ada tujuannya. Perbuatan yang tidak berguna dan bermanfaat, tidak mungkin dilakukan oleh mereka. Dengan menyadari adanya tujuan-tujuan perbuatan dalam amal perbuatan kita sehari-hari, menyebabkan kita bertanya- tanya: ―Tujuan apa yang diinginkan Tuhan —sebagaimana Ia adalah pelaku Setiap manusia, bahkan semua makhluk yang memiliki perasaan, tidak mungkin pernah melakukan suatu perbuatan tanpa ada tujuannya. Perbuatan yang tidak berguna dan bermanfaat, tidak mungkin dilakukan oleh mereka. Dengan menyadari adanya tujuan-tujuan perbuatan dalam amal perbuatan kita sehari-hari, menyebabkan kita bertanya- tanya: ―Tujuan apa yang diinginkan Tuhan —sebagaimana Ia adalah pelaku
Tapi, apakah hanya dengan membandingkan perbuatan Tuhan dengan perbuatan kita dari segi adanya tujuan kebenaran pertanyaan seperti ini dapat terjamin? Apakah suatu kesimpulan yang dapat kita ambil dari beberapa fenomena kehidupan dapat kita jadikan alasan untuk mengatakan bahwa semuanya juga memiliki kriteria yang sama? Jawaban pertanyaan ini adalah negatif. Satu-satunya jalan penyelesaian masalah ini adalah meneliti maksud dari pada kata ―tujuan‖.
Dalam contoh makanan di atas, pada hakikatnya tujuan kita dalam melakukan ―makan‖ hanya akan tercapai
dengan dilakukannya ―makan‖ tersebut. Rasa kenyang memiliki keterikatan dengan makanan; karena kenyang adalah akibat dari dimakannya makanan. Yakni, dengan masuknya makanan ke dalam sistem pencernaan,
perut akan melakukan aktifitas pencernaan kemudian ia akan melarang sang pemilik perut untuk memasukkan makanan lain karena kebutuhannya telah terpenuhi. Jadi, rasa kenyang m erupakan ―akibat‖ dari sebuah ―sebab‖ yang bernama ―memakan makanan‖. Dan ―makan‖ adalah suatu gerak khusus yang bermulai dari diri kita dan berakhir pada sebuah ―akibat‖ yang bernama ―kenyang‖; setelah itu, ―makan‖ akan tidak lagi ada. Dan ―memakan makanan‖ perut akan melakukan aktifitas pencernaan kemudian ia akan melarang sang pemilik perut untuk memasukkan makanan lain karena kebutuhannya telah terpenuhi. Jadi, rasa kenyang m erupakan ―akibat‖ dari sebuah ―sebab‖ yang bernama ―memakan makanan‖. Dan ―makan‖ adalah suatu gerak khusus yang bermulai dari diri kita dan berakhir pada sebuah ―akibat‖ yang bernama ―kenyang‖; setelah itu, ―makan‖ akan tidak lagi ada. Dan ―memakan makanan‖
melakukan perbuatan ―memakan makanan‖ tersebut sehingga kehidupan kita akan terus berlangsung.
Rasa butuh yang ada dalam diri kita telah mendorong kita untuk menggerakkan beberapa anggota badan untuk melakukan suatu aktifitas tertentu sehingga kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Maka, rasa ―kenyang‖ selain memiliki hubungan dengan ―memakan makanan‖, ia juga memiliki hubungan dengan diri kita. Karena rasa kenyang bagi kita adalah semacam kesempurnaan yang dapat memenuhi kekurangan kita yang bernama ―lapar‖ yang mana rasa lapar tersebut telah mendorong kita untuk mencapai suatu perbuatan yang bernama ―memakan makanan‖; lalu dengannya kita dapat menyempurnakan suatu kekurangan yang berupa ―lapar‖.
Semua perbuatan yang dengan sengaja kita lakukan sehari-hari, seperti: minum, duduk, berdiri, berbicara, mendengar, pergi, pulang, dan lain sebagainya, sama seperti ―makan‖ yang telah kita teliti di atas. Meskipun perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sebagai iseng, jika kita sedikit lebih teliti, kita akan mengakui bahwa Semua perbuatan yang dengan sengaja kita lakukan sehari-hari, seperti: minum, duduk, berdiri, berbicara, mendengar, pergi, pulang, dan lain sebagainya, sama seperti ―makan‖ yang telah kita teliti di atas. Meskipun perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sebagai iseng, jika kita sedikit lebih teliti, kita akan mengakui bahwa
Seorang yang mampu dari segi ekonomi, akan merasa kasihan melihat saudaranya kesusahan. Maka ia mencoba untuk mengulurkan tangan dan membantu. Rasa kasihan yang ada di dalam dirinya, mendorongnya untuk memberikan pertolongan. Dengan demikian, ia telah mencapai tujuannya dan kini rasa kasihan di hati telah tiada lagi.
Dengan beberapa penjelasan di atas, kita dapat memberikan
kesimpulan bahwasannya tujuan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja dilakukan merupakan sesuatu yang memiliki kesesuaian dan hubungan yang erat dengan perbuatan tersebut. Dan tujuan tersebut, merupakan sebuah kesempurnaan bagi sang pelaku perbuatan yang mana dengan dicapainya tujuan, kekurangan pelaku perbuatan dapat terpenuhi.
Ini adalah kesimpulan yang dapat ambil dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan unsur kesengajaan dan pelakunya adalah maujud yang memiliki ikhtiar dan kehendak. Akan tetapi, jika kita sedikit lebih teliti lagi, kita akan mendapati bahwa semua hal yang berkaitan dengan perbuatan dan pelaku-pelaku berkehendak, kurang lebih kita juga dapat memukannya dalam perbuatan dan pelaku- pelaku yang tak berkehendak; seperti faktor-faktor Ini adalah kesimpulan yang dapat ambil dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan unsur kesengajaan dan pelakunya adalah maujud yang memiliki ikhtiar dan kehendak. Akan tetapi, jika kita sedikit lebih teliti lagi, kita akan mendapati bahwa semua hal yang berkaitan dengan perbuatan dan pelaku-pelaku berkehendak, kurang lebih kita juga dapat memukannya dalam perbuatan dan pelaku- pelaku yang tak berkehendak; seperti faktor-faktor
Meski sepertinya tujuan perbuatan yang dimiliki pelaku-pelaku berkehendak tidak dapat disamakan dengan tujuan perbuatan pelaku-pelaku tak berkehendak, tapi pada hakikatnya tidak ada perbedaan diantara keduanya.