Tak Ada yang Berhak Mengubah Syariat

Tak Ada yang Berhak Mengubah Syariat

Tanya: Mengapa para ulama selalu menunda masa untuk merubah hukum-hukum Islam agar dapat sesuai dengan tuntutan zaman?

Jawab: Para ulama tak memiliki hak sedikitpun untuk merubah hukum-hukum Ilahi (syariat). Tugas mereka hanya sebatas mengeluarkan hukum dari suber- sumbernya yang berupa Kitab dan Sunnah. Sama seperti ahli hukum yang hanya mampu mengeluarkan masalah-masalah

berkaitan dengan permasalahan yang sedang ia hadapi dari undang-

yang yang

Tak seorang pun memiliki hak untuk merubah hukum- hukum agama; meski seorang nabi —pembawa syariat itu sendiri —atau para imam yang berkedudukan sebagai pengganti beliau. Pemikiran seperti ini bersumber dari pola pikir gaya barat yang dimiliki kebanyakan sosiolog di sana. Mereka pikir para nabi sebenarnya hanya sekedar tokoh masyarakat yang sangat cerdas dan pandai yang telah melakukan berbagai macam perjuangan demi kepentingan bersama. Mereka (para nabi) berusaha untuk mengarahkan masyarakat ke arah jalan yang benar lalu menciptakan hukum-hukum yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan di zaman itu. Mereka mengaku sebagai para utusan Tuhan; dan mereka sebut pemikiran-pemikiran diri mereka sebagai wahyu dan ucapan Tuhan. Mereka menyebut ajaran-ajaran diri mereka sebagai agama dan syariat. Mereka mengaku telah mendapatkan bantuan dari para malaikat wahyu seperti Jibril dan lain sebagainya.

Jika agama kita memang seperti apa yang mereka kira, maka boleh-boleh saja jika mereka berkata bahwa hukum-hukum agamawi, seperti syariat Islam harus selalu disesuaikan dengan tuntutan zaman. Jika hukum-hukum agamawi kita memang seperti ini, maka Jika agama kita memang seperti apa yang mereka kira, maka boleh-boleh saja jika mereka berkata bahwa hukum-hukum agamawi, seperti syariat Islam harus selalu disesuaikan dengan tuntutan zaman. Jika hukum-hukum agamawi kita memang seperti ini, maka

Sayang sekali mereka telah melakukan kesalahan besar dalam memahami agam. Tanpa meneliti lebih jauh kandungan dakwah-dakwah para nabi, mereka telah memberikan kesimpulan yang hanya berdasarkan dugaan kosong. Meskipun kitab-kitab langit yang lain dan data-data historis mengenai para nabi kurang begitu jelas, di tangan kita masih ada Al- Qur‘an yang merupakan kitab suci agama Islam dan bukti sejarah Rasulullah Saw serta ucapan-ucapan beliau dan para imam setelahnya yang dengan tegas bertentangan dengan pendapat mereka.

Anggap saja kita tidak ingin membela Islam, atau membela kebenarannya; tapi paling tidak siapa pun yang pernah membaca sedikit saja ayat-ayat kitab suci Al- Qur‘an dan hadis-hadist Rasulullah Saw sang pembawa risalah Islam, serta para ucapan-ucapan imam Ahlul Bait As, akan menyadari bahwa pendapat orang-orang barat sama sekali tidak dapat dibenarkan. Al- Qur‘an dengan jelas menerangkan:

“Rasulullah tidak memiliki wewenang apapun terhadap agama Tuhan; Ia hanya ditugaskan untuk

menyampaikannya.” 1

1 QS. Al-Maidah: 99.

“Itu (A -Qur‟an) adalah (wahyu yang disampaikan) oleh Rasul yang mulia. Dan Al- Qur‟an bukanlah perkataan seorang penyair; tapi sangat sedikit dari kalian mengimani. A - Qur‟an bukan ucapan seorang penyihir; sedikit sekali kalian mengambil peringatan. Al- Qur‟an adalah kitab yang diturunkan oleh Tuhan semesta alam.” 1 (QS Al-Haqqah: 40 - 43)

Al- Qur‘an pernah berkata kepada orang-orang yang telah menganggap bahwa kitab tersebut adalah buatan nabi yang pernah mengaku bahwa Al- Qur‘an adalah kitab Tuhan bahwa Sesungguhnya Al- Qur‘an adalah ucapan Tuhan; dan bukan ucapan-ucapan yang

muncul dari benak manusia. 2 Al- Qur‘an dengan tegas menjelaskan bahwa wahyu

Ilahi dan kenabian berakhir dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw dan hukum- hukum qur‘ani akan berlaku sampai hari kiamat dan tidak dapat dirubah. 3

Dengan penjelasan ini, hendaknya orang-orang yang mengira bahwa ajaran-ajaran Islam tidak layak untuk dijalankan di zaman ini, berusaha untuk merenungkan kembali ayat-ayat di atas yang telah menjelaskan bahwa Islam akan berlaku sampai hari kiamat.

1 QS. Al-Haqqah: 40 2 QS. Al-Muddatsir: 25. – 43. 3 QS. Al-Ahzab: 40.