Kesalahan di Alam Penciptaan

Kesalahan di Alam Penciptaan

Tanya: Meskipun dalil rasional yang Anda gunakan untuk menetapkan kemaksuman para nabi adalah hal yang sudah pasti, bahkan suatu masalah yang tidak dapat diragukan dalam ajaran mazhab Syiah, akan tetapi dalil tersebut kurang memuaskan. Anggap saja keadilan cukup bagi mereka dan kita tidak memiliki dalil yang lain untuk menetapkan kemaksuman mereka. Sebenarnya motivasi apa yang mendorong mereka (orang-orang Syiah) untuk menyebut para nabi sebagai manusia yang maksum? Seandainya para nabi tidak maksum tetapi mereka itu adil dan tidak melakukan banyak dosa, apa yang kurang dari mereka?

Jawab: Sesuai dengan dalil rasional yang telah digunakan untuk menetapkan kenabian secara umum, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pemberian hidayah kepada manusia melalui wahyu merupakan salah satu bentuk keterhukum yang dimiliki oleh alam ciptaan. Sesungguhnya dalam alam ciptaan, tidak ada satu pun kesalahan dan ketakberhukum. Tanpa adanya kesalahan, wahyu Allah Swt dapat sampai kepada umat manusia secara utuh. Oleh karenanya, para nabi tidak pernah melakukan kesalahan dalam menerima, memahami, dan menyampaikan wahyu-wahyu Ilahi kepada umatnya. Mereka juga tidak pernah salah berbicara dan tak pernah berbuat buruk. Karena amal Jawab: Sesuai dengan dalil rasional yang telah digunakan untuk menetapkan kenabian secara umum, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pemberian hidayah kepada manusia melalui wahyu merupakan salah satu bentuk keterhukum yang dimiliki oleh alam ciptaan. Sesungguhnya dalam alam ciptaan, tidak ada satu pun kesalahan dan ketakberhukum. Tanpa adanya kesalahan, wahyu Allah Swt dapat sampai kepada umat manusia secara utuh. Oleh karenanya, para nabi tidak pernah melakukan kesalahan dalam menerima, memahami, dan menyampaikan wahyu-wahyu Ilahi kepada umatnya. Mereka juga tidak pernah salah berbicara dan tak pernah berbuat buruk. Karena amal

Maksud kalimat "tinggikanlah martabatnya" 2

dalam Tasyahud

Tanya: Menurut para filosof, manusia sempurna adalah orang yang segala hal yang mungkin baginya telah terwujud secara aktual dalam dirinya. Mereka sepakat bahwa Nabi Muhammad Saw adalah satu- satunya wujud manusia sempurna atau salah satu dari para manusia sempurna yang ada. Jika memang demikian, lalu apa maksud doa yang sering kita baca dalam keadaan Tasyahud yang berbunyi ―tinggikanlah martabatnya‖?

Jawab: Maksud doa di atas dan juga shalawat yang sering kita ucapkan adalah permohonan akan suatu

1 Salah satu judul karya tulis beliau yang berarti Syiah Dalam Islam. 2 Redaksi Arabnya berbunyi: "Irfa' darajatahu".

pemberian dimana Allah Swt sudah pasti akan memberikannya. Pada hakikatnya, ini adalah bentuk ekspresi kerelaan dan keridhaan hati kita terhadap nikmat dan inayah yang telah Allah Swt berikan kepada mereka.

Beberapa Jawaban Lain untuk Pertanyaan Sebelumnya

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Surat mulia kedua Anda telah sampai. Saya sangat

berterima kasih karena Anda telah bersusah payah menulis surat untuk yang kedua kalinya. Saya mohon maaf karena Anda merasa kurang puas atas jawaban- jawaban yang pernah saya berikan waktu itu.

Izinkan saya untuk menulis kembali pertanyaan Anda. Anda pernah menulis seperti ini, ―Saya menginginkan

dalil-dalil penetapan wujud nonmateri untuk memuaskan para pemuda kami yang hidupnya sudah tercemari kemunkaran. Mereka menginkari wujud Tuhan dan sama sekali tidak mempercayai adanya wujud nonmateri. Dalil yang pernah anda berikan adalah bagian dari dalil –dalil penetapan Tuhan saja, bukan keseluruhannya.‖

Permasalahan ini bersifat filosofis dan pernah dipecahkan dengan berbagai cara. Dalam surat Permasalahan ini bersifat filosofis dan pernah dipecahkan dengan berbagai cara. Dalam surat

Penjelasan seperti ini memang susah dipahami. Tapi bagaimanapun juga kita harus memahamkan mereka dengan cara menyederhanakan pembahasan ini.

Anda juga telah menulis seperti ini, ―Dalil rasional untuk membuktikan akhir kenabian Rasulullah Saw yang telah Anda berikan dalam surat itu cukup baik. Akan tetapi, saya tidak mengerti apa maksud ―kebatilan‖ dalam ayat "... dan tidak ada kebatilan sedikitpun yang datang darinya ...” 1

Yang dimaksud dengan kebatilan adalah segala ajaran dan syariat lama yang telah dihapus atau diubah oleh kedatangan syariat baru yangbernama Islam.

Anda telah menulis, "Tabligh dan menyebarkan syariat adalah menyampaikan hukum-hukum agama kepada umat. Orang yang adil dan tak sering melakukan dosa

1 QS. Fushilat: 43.

pun juga mampu melaksanakan pekerjaan seperti ini. Lalu untuk apa mereka harus lebih dari seorang yang adil, yakni maksum? Yang dapat disebut sebagai wujud keterhukum dalam alam ciptaan adalah diturunkan dan disebarkannya syariat, bukan hal-hal yang bersifat parti kular lainnya seperti kemaksuman.‖

Yang dimaksud dengan alam ciptaan adalah alam yang mencakup keberadaan segala maujud di sekeliling kita. Jika seorang manusia yang berada di alam ciptaan ini telah terkait dengan iradah ‗kehendak‘ Tuhan, maka segala amal dan perbuatannya menjadi teratur bagai perbuatan Tuhan. Kita tidak bisa berpikiran bahwa diturunkannya syariat adalah suatu keharusan dan merupakan hukum alam; akan tetapi cara menyebarkan hukum-hukum syariat tersebut tak harus sesuai dengan keterhukum alam ciptaan yang mana tidak ada kesalahan dan ketidak berhukum sedikitpun di dalamnya. Penyebaran risalah agama tidak seperti hakikat makan dan minum yang merupakan kebutuhan alamiah yang mana setiap maujud bebas menggunakan cara apa pun untuk melakukan perb uatan ―makan‖ dan ―minum‖ tersebut. Kalau para nabi hanya sekedar orang yang adil, mungkin saja mereka melakukan kesalahan — baik sengaja maupun tidak — dalam menyebarkan agama langit. Karena keadilan seseorang tidak menjamin kebenaran total segala perbuatan yang ia lakukan. Dan hal ini tidak Yang dimaksud dengan alam ciptaan adalah alam yang mencakup keberadaan segala maujud di sekeliling kita. Jika seorang manusia yang berada di alam ciptaan ini telah terkait dengan iradah ‗kehendak‘ Tuhan, maka segala amal dan perbuatannya menjadi teratur bagai perbuatan Tuhan. Kita tidak bisa berpikiran bahwa diturunkannya syariat adalah suatu keharusan dan merupakan hukum alam; akan tetapi cara menyebarkan hukum-hukum syariat tersebut tak harus sesuai dengan keterhukum alam ciptaan yang mana tidak ada kesalahan dan ketidak berhukum sedikitpun di dalamnya. Penyebaran risalah agama tidak seperti hakikat makan dan minum yang merupakan kebutuhan alamiah yang mana setiap maujud bebas menggunakan cara apa pun untuk melakukan perb uatan ―makan‖ dan ―minum‖ tersebut. Kalau para nabi hanya sekedar orang yang adil, mungkin saja mereka melakukan kesalahan — baik sengaja maupun tidak — dalam menyebarkan agama langit. Karena keadilan seseorang tidak menjamin kebenaran total segala perbuatan yang ia lakukan. Dan hal ini tidak

Jika kita meyakini para nabi hanya manusia biasa yang adil, maka ini artinya mereka boleh-boleh saja melakukan dosa; baik besar maupun kecil. Dengan demikian, mungkin saja banyak kesalahan dalam ajaran agama Islam yang disebabkan oleh kesalahan pembawa risalahnya. Hal ini sangatlah mustahil, karena telah menyalahi hukum alam dan undang-undang keterhukum alam ciptaan Tuhan.

Anda bertanya

mengenai kalimat "Tinggikanlah martabatnya" dan Anda mengira Nabi Muhammad Saw masih memiliki kekurangan yang oleh karenanya kita memohon Tuhan untuk meninggikan martabat beliau.

kembali

Pemahaman ini juga tidak benar. Tuhan telah memberikan martabat tertinggi kepada hamba tercintanya; Rasulullah Saw. Akan tetapi, kita harus menyadari bahwa Tuhan Mahakuasa, dan Dia mampu mengambil kembali segala yang telah Dia berikan. Allah Swt berfirman:

―... Katakanlah: 'Jika Tuhan berkehendak untuk membinasakan Isa putra Maryam, ibunya, dan semua yang hidup di muka bumi, maka siapa yang

dapat mencegah- 1 Nya?‟” Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa doa

adalah permohonan kepada Tuhan agar Dia senantiasa mencurahkan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya. Memang doa merupakan cermin kelemahan dan rasa butuh; begitu pula yang didoakan. Yang jelas maksud dari kelemahan Nabi Muhammad Saw adalah kelemahan wujudnya sebagai seorang makhluk yang membutuhkan Tuhannya.