Sebuah Syubhat Mengenai Terbelahnya Bulan

Sebuah Syubhat Mengenai Terbelahnya Bulan

Tanya: Apakah ada bukti-bukti berupa ayat maupun riwayat mengenai pembelahan bulan yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw sebagai mukjizat? Jika kita melihat bahwa luasnya bulan tidak mungkin dibelah oleh tangan Nabi Saw yang lebih kecil ukurannya, dan secara logis, pelaku dan yang dikenai pekerjaan tidak sesuai dalam kejadian ini, bagaimana mungkin peristiwa yang menakjubkan ini terjadi?

Jawab: Kisah pembelahan bulan adalah peristiwa yang benar-benar telah terjadi dan ayat-ayat Al- Qur‘an serta riwayat pernah mengisyarahkannya; hanya saja Jawab: Kisah pembelahan bulan adalah peristiwa yang benar-benar telah terjadi dan ayat-ayat Al- Qur‘an serta riwayat pernah mengisyarahkannya; hanya saja

Di permulaan surah Al-Qamar, Allah Swt berfirman: “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” 1 .

Ini adalah mukjizat Nabi Muhammad Saw yang telah membuktikan kebenaran kenabiannya yang mana orang-orang yang mengingkarinya di saat itu selalu meminta beliau untuk menunjukkan mukjizatnya. Dan jelas sekali jika kita telah meyakini bahwa para nabi mampu membawakan mukjizat, maka tak ada salahnya jika kita meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw pernah membawakan mukjizat berupa pembelahan bulan. Lagi pula, setelah Al- Qur‘an dan beberapa riwayat telah menerangkan terjadinya peristiwa tersebut, kita tidak dapat mengingkarinya.

1 QS. Al-Qamar: 1.

Pada dasarnya, akal kita tidak bisa mengingkari mungkinnya kejadian-kejadian yang luar biasa terjadi. Karena akal kita memahami bahwa mungkin saja di balik alam materi ini terdapat sesuatu yang dapat menjadi sebab bagi terwujudnya kejadian-kejadian yang luar biasa. Hanya saja kita tidak memahami sebab-sebab tersebut.

Sebagian orang yang mengingkari mukjizat ini, mengatakan bahwa terbelahnya bulan yang dijelaskan oleh ayat suci tersebut adalah kejadian yang akan terjadi di hari kiamat; bukan yang telah terjadi di masa lalu dan dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi sangkalan ini tidak berarti; karena dalam ayat berikutnya Allah Swt berfirman:

“Dan jika mereka melihat (orang-orang musrik) tanda kebesaran Tuhan (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: „Ini adalah sihir yang terus menerus.‟” 1

Oleh karena itu, jika terbelahnya bulan dalam ayat ini adalah peristiwa yang akan terjadi di hari kiamat, maka apa maksud berpaling-nya orang-orang musyrik yang menyebut kejadian tersebut sebagai sihir?

Sebagian orang yang lain juga menyangkal dan berkata bahwa ayat tersebut telah mengisyarahkan terpisahnya bulan dari matahari; sebagaimana yang

1 QS. Al-Qamar: 2.

telah ditetapkan dan dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. Dan sesungguhnya ini adalah bukti keistimewaan Al- Qur‘an Al-Karim yang mana beberapa abad sebelum kenyataan ini dibuktikan oleh ilmu pengetahuan, ia telah menerangkannya terlebih dahulu. Akan tetapi dari segi sastra dan bahasa, pengertian ini tidak benar. Karena dalam bahasa Arab, terpisahnya dua benda yang saling menjauhi disebut dengan infishal dan isytiqaq, bukan insyiqaq yang artinya adalah terbelahnya sebuah benda menjadi dua bagian.

Sebagian yang lain juga ada mengatakan bahwa jika seandainya peristiwa ini benar-benar terjadi, maka pasti para sejarawan non-Muslim yang juga mencatat peristiwa tersebut dalam catatan sejarah mereka. Perlu diketahui di sini bahwa sebagian catatan sejarah tidak selamanya mengandung kebenaran sejati; karena kebanyakan sejarah telah diselewengkan dengan berbagai macam tujuan. Jika ada suatu peristiwa yang telah terjadi dan hal itu merugikan suatu kelompok, maka kelompok tersebut kurang lebih berusaha untuk menutupi kenyataan yang ada. Akhirnya mereka melarang siapapun untuk mencatat peristiwa tersebut di buku catatan sejarah mereka. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sampai saat ini kita masih belum menemukan data-data historis, misalnya, mengenai kehidupan nabi Ibrahim, Musa, dan Isa As. Padahal Sebagian yang lain juga ada mengatakan bahwa jika seandainya peristiwa ini benar-benar terjadi, maka pasti para sejarawan non-Muslim yang juga mencatat peristiwa tersebut dalam catatan sejarah mereka. Perlu diketahui di sini bahwa sebagian catatan sejarah tidak selamanya mengandung kebenaran sejati; karena kebanyakan sejarah telah diselewengkan dengan berbagai macam tujuan. Jika ada suatu peristiwa yang telah terjadi dan hal itu merugikan suatu kelompok, maka kelompok tersebut kurang lebih berusaha untuk menutupi kenyataan yang ada. Akhirnya mereka melarang siapapun untuk mencatat peristiwa tersebut di buku catatan sejarah mereka. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sampai saat ini kita masih belum menemukan data-data historis, misalnya, mengenai kehidupan nabi Ibrahim, Musa, dan Isa As. Padahal

Lagi pula, ketika peristiwa ini terjadi di kota Makkah, pada waktu itu Negara-negara di benua Eropa yang mana di sana terdapat banyak sejarawan Eropa, memiliki perbedaan waktu yang sangat jauh berbeda dengan waktu kota Makkah. Dengan demikian peristiwa langit yang terjadi di atas kota Makkah selama beberapa saat saja tidak dapat diketahui oleh penduduk tempat lain yang berjarak jaush dari kota tersebut. Sebagaimana pula jika sebaliknya yang terjadi; yakni jika ada peristiwa langit yang teradi di langit salah satu kota di Eropa, penduduk kota Makkah juga tidak dapat mengetahuinya.