Strategi Pe ngembangan Sektor Pe rtanian di Kabupaten Banjarne gara
2. Strategi Pe ngembangan Sektor Pe rtanian di Kabupaten Banjarne gara
Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, di mana sebagian besar masyarakatnya menyandarkan hidupnya dari sektor pertanian. Pembangunan di sektor pertanian yang dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara ternyata masih terdapat banyak kendala yang menghambat laju peningkatan produksi, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dimana juga akan berdampak negatif pada
pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Banjarnegara. Kondisi tersebut disebabkan oleh karena lahan garapan yang belum optimal, keterbatasan
modal, lemahnya industri pengolahan hasil pertanian dan pemasaran hasil- hasilnya serta masih lemahnya kelembagaan ekonomi petani. Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan adanya kecenderungan peningkatan modal, lemahnya industri pengolahan hasil pertanian dan pemasaran hasil- hasilnya serta masih lemahnya kelembagaan ekonomi petani. Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan adanya kecenderungan peningkatan
Berdasarkan hasil klasifikasi sektor pertanian dengan pendekatan Tipologi Klassen dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan perencanaan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Banjarnegara dengan membuat strategi pengembangan sektor pertanian. Dalam penentuan strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara ini didasarkan pada hasil klasifikasi Tipologi Klassen di atas yang dibagi berdasarkan tiga periode waktunya yaitu strategi pengembangan jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun)
dan jangka panjang (10-25 tahun). Untuk mengetahui strategi pengembangan sektor pertanian maka digunakan matriks strategi pengembangan sektor pertanian. Hasil matriks strategi pengembangan untuk sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara disajikan pada Tabel
Tabel 35. Matriks Strategi Pengembangan Sektor P ertanian di Kabupaten Banjarnegara Jangka Pendek (1-5th)
Jangka M enengah
Jangka Panjang (10-25th)
(5-10th)
Subsektor Terbelakang Strateginya yaitu tetap
Subsektor Prima
Subsektor Potensial menjadi
menjadi Subsektor mempertahankan laju
Subsektor Prima
Berkembang pertumbuhannya yang cepat
Strateginya dengan dengan
Strateginy a yaitu dengan dan besarnya kontribusi dari
meningkatkan laju
meningkatkan laju subsektor prima, melalui
pertumbuhan subsektor
pertumbuhan subsektor upaya:
potensial, melalui upaya:
terbelakan g, melalui - Diversifikas i produk hasil
- M eningkatkan peran
upaya: peternakan (daging dan
kelompok tani
- Kerjasama dengan pihak susu)
- Pengem bangan pertanian
swasta untuk - Stabilisas i harga hasil
pada lahan kritis
meningkatkan penjualan peternakan
- Promosi atas hasil produksi
produk perikanan - Sistem gaduh ternak
pertanian unggul daerah
- Pelibatan pihak swasta
- M emfasilitasi
sebagai mitra petani
peningkat an akses
- Peningkatan kualitas SDM
pembudidaya ikan
petani
terhadap sumber permodalan
Subsektor Berkembang menjadi Subsektor Potensial Strateginya yaitu dengan meningkatkan kontribusi subsektor berkembang melalui
upaya : - Pengem bangan hasil hutan
non kayu - Pelestarian hutan untuk
Subsektor Prima tetap
menjaga ketersediaan air dan
menjadi Subsektor Prima
untuk mencegah erosi
Strateginy a yaitu tetap mempertahankan laju
Subsektor Terbelakang
pertumbuhanny a yang cepat
menjadi Subsektor
dan besarnya kontribusi dari
Berkembang
subsektor prima melalui
Strateginya yaitu dengan
upaya:
meningkatkan laju
- Inseminasi buatan pada
pertumbuhan subsektor
ternak
terbelakang melalui upaya:
- Penelitian dan
- Pengem bangan bibit ikan
pengolahan gizi dan unggul pakan ternak
- Penguat an kelompok
- Pemanfaatan kotoran dan
pembudidaya ikan
urine ternak sebagai (pokdakan) pupuk organik dan biogas
Sumber : Diadopsi dari Lampiran 15
di Kabupaten Banjarnegara dalam penelitian ini adalah serangkaian rencana dalam
Strategi pengembangan
sektor
pertanian
bidang pertanian di Kabupaten Banjarnegara dalam jangka waktu tertentu.
Penjelasan mengenai strategi pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Strategi pengembangan subsektor pertanian jangka pendek Strategi pengembangan jangka pendek dilakukan dengan periode waktu antara 1-5 tahun. Strategi pengembangan yang
diterapkan yaitu dengan mempertahankan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima. Strategi untuk mempertahankan subsektor prima dilakukan dengan pengoptimalan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Banjarnegara untuk mempertahankan kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor prima sehingga subsektor prima tetap menjadi subsektor prima. Berdasarkan hasil Pendekatan Tipologi Klassen diketahui bahwa subsektor pertanian yang termasuk subsektor prima di Kabupaten
peternakan. Untuk mengoptimalkan subsektor prima dan mempertahankannya agar tetap
menjadi subsektor prima diperlukan suatu strategi jangka pendek, yaitu dengan:
1) Diversifikasi produk hasil peternakan (daging dan susu) Dari hasil ternak seperti daging, telur ayam, susu, dan kulit ternak dapat diolah lagi menjadi produk lain. Diversifikasi produk ini dapat berupa mengolah olahan daging seperti gulai, daging asap, abon dan lain-lain. Selain itu kulit sapi atau kerbau dapat diolah menjadi krupuk atau rambak, sedangkan untuk susu misalnya bisa diolah lagi menjadi yogurt dan keju. Di Kabupaten Banjarnegara sendiri diversifikasi produk hasil ternak baru meliputi pengolahan produk yang masih sederhana seperti pembuatan abon, daging asap, krupuk/rambak, namun jumlahnya masih sangat sedikit. Sedangkan pengolahan produk susu dari ternak seperti yogurt dan keju di Kabupaten Banjarnegara masih belum ada yang memproduksinya, karena terkendala oleh SDM yang rendah sehingga pengetahuan
terhadap pengolahan produk ternak masih sangat kurang. Kebanyakan masyarakat Banjarnegara menjual produk hasil terhadap pengolahan produk ternak masih sangat kurang. Kebanyakan masyarakat Banjarnegara menjual produk hasil
2) Stabilisasi harga hasil peternakan Hasil produksi ternak seperti daging, telur, dan susu memiliki peranan yang penting karena ketiga komoditi ini berfungsi sebagai sumber protein dan lemak hewani. Dengan fungsinya tersebut membuat komoditi ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga
memberikan kontribusi yang besar dan menjadikan subsektor peternakan sebagai subsektor prima di Kabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu stabilisasi harga hasil produksi ternak perlu dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara. Stabilisasi harga ini bertujuan supaya peternak tidak mengalami kerugian karena harga ternak yang tidak stabil akan berimbas pada pendapatan peternak. Untuk kebijakan stabilisasi harga hasil produksi ternak ini, kiranya pemerintah perlu mengoptimalkan peran pasar hewan. Dengan adanya pasar hewan ini diharapkan bisa menjaga kontinuitas dari hasil produksi ternak. Dengan adanya stabilisasi harga
hasil produksi ternak diharapkan mampu meningkatkan pendapatan peternak yang dapat meningkatkan pula pendapatan daerah Kabupaten Banjarnegara.
3) Sistem gaduh ternak P eningkatan produksi ternak dapat dilakukan dengan
meningkatkan jumlah peternak dengan sistem gaduh ternak. P ada
sistem gaduh ini seseorang bekerja untuk merawat ternak orang lain yang belum layak jual (nilai jual rendah) sampai ternak tersebut layak untuk dijul (harga jual tinggi), biasanya dalam jangka waktu 6 bulan sampai dengan 8 bulan perawatan. Dalam hal ini ternak yang biasa digaduhkan adalah sapi karena melihat harga sapi yang sangat tinggi apabila dijual dalam keadaan yang gemuk dan sehat. Sistem yang digunakan pada sistem gaduh adalah bagi hasil, yaitu bagi hasil atas keuntungan dari penggemukan yang didapat dari penjualan setelah hewan itu digaduhkan, sehingga hak dari si perawat ternak adalah ½ dari harga penjualan setelah ternak itu dirawat olehnya. Adanya sistem gaduh ternak ini peternak akan semakin mudah dalam mengusahan ternak dan akan semakin mudah dalam mendapatkan keuntungan dari hasil ternaknya. Gaduh ternak dilakukan oleh peternak besar kepada peternak kecil.
b. Strategi pengembangan subsektor pertanian jangka menengah Strategi pengembangan jangka menengah dilakukan dalam
jangka waktu 5-10 tahun. Dalam penentuan strategi pengembangan ini, ada tiga
alternatif strategi yang dapat direncanakan, yaitu mengupayakan
subsektor prima, mengupayakan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial, dan mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang. Berdasarkan hasil Pendekatan Tipologi Klassen diketahui bahwa subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara yang termasuk subsektor pertanian potensial adalah subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan. Subsektor pertanian yang termasuk subsektor berkembang adalah subsektor kehutanan sedangakan subsektor pertanian yang termasuk subsektor terbelakang adalah subsektor perikanan. Adapun penjelasan masing-masing alternatif strateginya sebagai berikut:
subsektor
potensial
menjadi
1) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan subsektor potensial menjadi subsektor prima
a) Meningkatkan peran kelompok tani Sebenarnya di Kabupaten Banjarnegara sudah cukup banyak berdiri kelompok-kelompok tani (Gapoktan), akan tetapi
petani belum memaksimalkan peran dari adanya kelompok tani tersebut. Adanya kelompok tani tersebut sebagai wadah diskusi para petani yang dapat dibantu oleh penyuluh dari dinas pertanian. Apabila terdapat permasalahan dalam hal budidaya, modal dan sebagainya dapat dibahas dalam forum ini dan dicari solusinya bersama. Selain itu dengan adanya kelompok tani dapat memperkuat posisi petani karena mempunyai kelembagaan. Dan juga dengan adanya kelompok tani daya pikir petani dapat lebih terangsang untuk lebih kreatif baik dalam hal budidaya maupun pemasaran yang bertujuan agar dapat meningkatkan pendapatan
petani.
b) Pengembangan pertanian pada lahan kritis Menurut data dari BPS Luas lahan kritis di kabupaten Banjarnegara meliputi 25.787 hektar, lahan kritis ini bisa dijumpai di beberapa desa di Kecamatan Mandiraja dan Kecamatan Bawang. Kondisi kekritisan ini diperburuk lagi oleh aktifitas penambangan kaolin, feldspar dan kuarsit yang menggunakan sistem penambangan terbuka dan dilakukan secara tradisional pada lahan-lahan yang kondisinya sudah kritis. Untuk mengantisipasi meluasnya lahan kritis dan mengingat bahwa masyarakat
Banjarnegara menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, pada lahan kritis ini bisa dikembangkan tanaman pertanian berupa tanaman jati, dan ubi kayu. Tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik sekalipun di
di
Kabupaten
daerah yang berlahan kritis. Selain nantinya tanaman jati dan ubi kayu bisa memperbaiki kondisi lahan yang kritis akibat daerah yang berlahan kritis. Selain nantinya tanaman jati dan ubi kayu bisa memperbaiki kondisi lahan yang kritis akibat
c) Promosi atas hasil produksi pertanian unggul daerah P romosi atas hasil produksi pertanian unggul daerah di Kabupaten Banjarnegara bisa dilakukan melalui kegiatan ekspo,
baik kegiatan ekspo yang diadakan oleh Kabupaten Banjarnegara sendiri maupun kegiatan
ekspo yang dilakukan dengan bekerjasama dengan kabupaten lain (Kabupaten Temanggung). Hasil produksi pertanian unggul daerah yang dikirim ke ekspo adalah komoditas tanaman bahan makanan yaitu padi, palawija (jagung dan ubi kayu), sayur-sayuran (kentang dan kol/kubis), buah-buahan (salak dan durian), dan komoditas tanaman perkebunan yaitu kelapa dan teh. Selain itu dari produk pertanian yang dikirim ke ekspo ada yang berupa produk olahan seperti
keripik combro (hasil olahan dari ubi kayu), dodol salak, keripik salak, sirup salak, dan keripik kentang.
Adanya kegiatan ekspo ini akan sangat membantu untuk memperkenalkan produksi pertanian unggul dari suatu daerah di Kabupaten Banjarnegara terhadap masyarakat luas. Selain itu kegiatan ekspo tersebut juga dapat meningkatkan akses pasar global melalui forum temu usaha antara petani dan pembeli lokal, nasional maupun internasional dan juga
pastinya akan meningkatkan pendapatan petani menuju kesejahteraan.
d) Pelibatan pihak swasta sebagai mitra petani Kerjasama dengan pihak swasta dimaksudkan agar diantara petani dan pihak swasta terjalin kerjasama yang saling menguntungkan sehingga kontinuitas kerjasama ini dapat terjalin. Subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan memiliki keterkaitan dengan subsektor lain mulai dari o n fa rm
h in gg a o ff farm . Misalnya dalam pengadaan sarana produksi (pupuk, alat-alat pertanian, benih), transfer teknik budidaya, h in gg a o ff farm . Misalnya dalam pengadaan sarana produksi (pupuk, alat-alat pertanian, benih), transfer teknik budidaya,
e) Peningkatan kualitas SDM petani P eningkatan SDM petani (tanaman bahan makanan dan perkebunan) perlu diperhatikan lebih lanjut. Hal ini perlu dilakukan mengingat produk yang dihasilkan dari tanaman bahan makanan menjadi kebutuhan pokok hidup masyarakat di Kabupaten Banjarnegara. Petani di Kabupaten Banjarnegara tingkat
rendah sehingga menyebabkan pola pikir yang rendah serta penggunaan teknologi
yang masih rendah, maka peningkatan SDM petani sangat diperlukan dalam upaya peningkatan produksi. Peningkatan SDM petani dapat dilakukan dengan adanya pembinaan dan penyuluhan dari dinas pertanian setempat.
Adanya pembinaan dan penyuluhan diharapkan petani dapat menyerap dan mengaplikasikan inovasi dan teknologi baru dalam usaha peningkatan produksi tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan. P enyuluhan inovasi dan teknologi baru tersebut misalnya adalah dalam hal penerapan teknik budidaya tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan yang baik mulai dari penanaman, pemanenan sampai pasca panen. Seperti penggunaan bibit unggul, alternatif irigasi teknis (pompa air), pupuk dan pestisida organik, dan mesin panen.
2) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial
a) Pengembangan hasil hutan non kayu P engembangan hasil hutan non kayu misalnya berupa lebah madu yang diusahakan di areal hutan. Pemanfaatan lebah
dan vegetasi penunjangnya (tanaman pakan lebah) untuk memperoleh manfaat optimal bagi kepentingan manusia dengan tetap menjaga kelestariannya. Produk yang dihasilkan dari lebah bisa dikembangkan lagi menjadi royal jely, lilin lebah (bees wax) yang memiliki banyak fungsi dan kegunaan, misalnya lilin untuk aromaterpy, bahan baku kosmetik, bahan baku farmasi dan lain- lain. Usaha perlebahan ini nantinya akan sangat potensial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
b) Pelestarian hutan untuk menjaga ketersediaan air dan untuk mencegah erosi.
Kabupaten Banjarnegara mempunyai hutan yang cukup luas. Dengan adanya hutan ini maka akan sangat menguntungkan sekali untuk perkembangan sektor pertanian karena dapat berfungsi sebagai daerah resapan air dan menghasilkan sumber mata air yang dapat digunakan sebagai sarana irigasi bagi perkembangan komoditi-komoditi subsektor pertanian. Selain itu pelestarian hutan juga bermanfaat dalam mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah.
3) Strategi pengembangan jangka menengah yang mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang
a) Pengembangan bibit ikan unggul P engembangan
unggul di Kabupaten Banjarnegara masih kurang, hal ini dipengaruhi oleh tingginya harga pakan, terbatasnya modal bagi pembudidaya ikan, dan
bibit
ikan
lemahnya kelembagaan P okdakan (kelompok pembudidaya ikan).
Penggunaan bibit yang unggul/bagus nantinya akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas ikan yang dibudidayakan.
Bibit ikan yang digunakan sebagai bibit ikan unggul misalnya ikan nila larasati. Nila larasati merupakan hasil persilangan dari induk ikan nila hitam dan nila merah. Antara 2-3
bulan dari bibit, ikan nila sudah dewasa dan sudah dapat bertelur setiap satu bulan sekali. Keunggulan strain ini adalah pertumbuhannya seperti nila hibrida (merah) yaitu memiliki kemampuan untuk bereproduksi yang cukup tinggi, selain itu juga waktu pemeliharaan relatif lebih cepat dibandingkan dengan nila biasa. Dengan adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari komoditi ikan dengan penggunaan bibit unggul maka akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan komoditi ikan dari tahun ke tahun.
b) Penguatan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Keberadaan pokdakan di Kabupaten Banjarnegara masih
lemah, hal tersebut dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap arti pentingnya dan peran kelompok pembudidaya ikan sebagai suatu lembaga. Kelembagaan pembudidaya
dan dikembangkan berdasarkan kepentingan masyarakat. Dalam hal ini peran penyuluh
memotivasi agar pembudidaya ikan dengan kesadarannya dapat berkelompok untuk membentuk kelompok pembudidaya ikan dan yang sudah berkelompok dapat membentuk gabungan kelompok ataupun membentuk assosiasi. Kelembagaan pembudidaya ikan yang lainnya seperti penangkar benih ikan, pengusaha benih ikan, kios untuk pembudidayaan ikan (termasuk pakan ikan), dan pasar ikan harus diberdayakan juga seoptimal mungkin untuk mendukung
pengembangan subsektor
Dalam mengatur kelembagaan pembudidaya ikan ini bisa diatur melalui peraturan
perikanan.
desa yang disusun bersama oleh pemerintah desa dan pembudidaya, sehingga poin-poin yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pembudidaya.
c. Strategi pengembangan subsektor pertanian jangka panjang Strategi pengembangan jangka panjang merupakan strategi
pengembangan yang dilakukan dalam periode waktu 10-25 tahun. Strategi pengembangan sektor pertanian jangka panjang di Kabupaten Banjarnegara
dilakukan dengan cara mengusahakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang dan mempertahankan subsektor prima tetap menjadi subsektor prima. Berdasarkan hasil P endekatan Tipologi Klassen diketahui bahwa subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara yang termasuk subsektor terbelakang adalah subsektor perikanan. Alternatif strategi pengembangan jangka panjang subsektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:
1) Strategi pengembangan jangka panjang yang mengupayakan subsektor terbelakang menjadi subsektor berkembang
a) Kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan penjualan produk perikanan Kerjasama yang dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan dan pihak swasta yaitu melakukan kontrak dengan perusahaan benih ikan yang akan dibudidayakan. Namun hasil dari produksi ikan tersebut harus dijual ke perusahaan tersebut. Dengan demikian pembudidaya ikan diuntungkan karena penjualan dari hasil produksinya terjamin dan keuntungan dari perusahaan yaitu penjualan benihnya juga terjamin. Kerjasama ini juga akan menghindarkan pembudidaya ikan dari tengkulak yang merugikan pembudidaya ikan.
b) Memfasilitasi peningkatan akses pembudidaya ikan terhadap sumber permodalan
Dalam memenuhi pembiayaan usaha budidaya ikan, pembudidaya ikan di samping menggunakan modal sendiri juga
melakukan pinjaman kredit. Lembaga-lembaga kredit formal seperti BRI Unit Desa dan BPR sebenarnya menyediakan kredit dengan suku bunga rendah, tetapi pembudidaya ikan yang masih berskala kecil masih kurang akses dikarenakan tidak memiliki agunan sertifikat tanah, cara pembayaran bulanan tidak sesuai dengan tipe usaha budidaya ikan yang memberikan penerimaan musiman dan para pembudidaya ikan pada umumnya belum familier dengan prosedur administrasi yang rumit. Akibatnya lembaga kredit formal hanya diakses oleh kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas seperti pembudidaya ikan yang sudah berskala besar. Sebaliknya pembudidaya ikan berskala kecil terpaksa hanya mengakses ke lembaga kredit informal yang menetapkan suku bunga kredit tinggi. Oleh karena itu diharapkan adanya bantuan dari pemerintah untuk memudahkan akses
pembudidaya ikan yang khususnya masih berskala kecil untuk memijam kredit formal, cara yang dapat dilakukan yaitu
melakukan kerjasama dengan BRI atau BPR. Dengan adanya pinjaman modal tersebut para pembudidaya ikan yang masih berskala kecil tidak akan terhambat usahanya hanya karena lantaran mengalami kesulitan dalam permodalan.
2) Strategi pengembangan jangka panjang yang mengupayakan subsektor prima agar tetap menjadi subsektor prima
a) Inseminasi buatan pada ternak Faktor
penghambat yang diduga sebagai penyebab rendahnya produktivitas ternak adalah manajemen pemeliharaan
yang belum optimal, yang ditandai dengan sistem pemeliharaan bersifat
sambilan dan tidak memperhatikan input produksi. Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas ternak yaitu dengan teknologi inseminasi buatan. Teknologi ini digunakan untuk peningkatan produksi dan perbaikan mutu genetik ternak. Inseminasi buatan adalah proses memasukkan
ekstensif
(tradisional),
usaha usaha
b) Penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak P enelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak diperlukan untuk mengatasi adanya penurunan produktivitas ternak. Penelitian dan pengolahan gizi dan pakan ternak ini memerlukan waktu yang tidak cepat, maka dalam jangka panjang upaya ini tetap harus dijalankan sehingga ke depannya dapat diperoleh benih/bibit dan ternak-ternak yang unggul.
c) Pemanfaatan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan biogas Selain usaha di atas, untuk tetap mempertahankan laju pertumbuhan subsektor prima yang cepat dan kontribusinya yang besar dapat dilakukan dengan memanfaatkan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan biogas. Selama ini pemanfaatan kotoran urine dan ternak oleh peternak di Kabupaten
Banjarnegara hanya sebatas sebagai pupuk organik saja, belum ada yang mengolah kotoran ternak sebagai biogas. Hal itu
disebabkan karena terkendala oleh masalah SDM peternak yang rendah, padahal sebenarnya untuk membuat biogas sangatlah mudah, tidak membutuhkan biaya yang besar dan peralatan untuk membuatnya pun tergolong sederhana. Biogas ini sebagai alternatif bahan bakar minyak sehingga peternak tidak perlu lagi membeli minyak tanah, gas elpiji, atau kayu bakar. Apalagi sekarang ini persediaan minyak yang tak menentu dan harganya disebabkan karena terkendala oleh masalah SDM peternak yang rendah, padahal sebenarnya untuk membuat biogas sangatlah mudah, tidak membutuhkan biaya yang besar dan peralatan untuk membuatnya pun tergolong sederhana. Biogas ini sebagai alternatif bahan bakar minyak sehingga peternak tidak perlu lagi membeli minyak tanah, gas elpiji, atau kayu bakar. Apalagi sekarang ini persediaan minyak yang tak menentu dan harganya
Strategi pengembangan sektor pertanian yang dihasilkan dari penelitian ini baik dalam periode jangka pendek, jangka menengah
maupun jangka panjang tersebut diharapkan dapat membantu proses perencanaan pembangunan perekonomian daerah khususnya pada sektor pertanian sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dalam upaya memenuhi kebutuhan produk pertanian bagi penduduk di Kabupaten Banjarnegara. Namun perumusan strategi ini juga terdapat kelemahan, hal ini dapat disebabkan oleh adanya dinamika ekonomi lokal, misalnya pengaruh inflasi, kebijakan dari pemerintah, kondisi masyarakat setempat, keadaan alam, dan keadaan perekonomin daerah.