Tabulasi Silang Pengetahuan dan Keterampilan dengan Error Rate

4.7 Tabulasi Silang Pengetahuan dan Keterampilan dengan Error Rate

Berdasarkan Puskesmas Kota Medan Untuk mengetahui perincian tingkat error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru masing-masing puskesmas dengan kategori pengetahuan dan keterampilan petugas setiap puskesmas disajikan dalam tabel silang cross-tab sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 puskesmas yang petugasnya mempunyai pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium kategori baik terdapat sebanyak 3 puskesmas 23,1 diantaranya angka kesalahan pembacaan slide ≤ 5 . Demikian juga 4 puskesmas yang mempunyai pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium kategori kurang baik yang angka kesalahan pembacaan slide 5 , seperti pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Pengetahuan dengan Error Rate Berdasarkan Puskesmas dalam Penegakan Diagnosa Tuberkulosis Paru Pengetahuan Error Rate ≤ 5 5 n n Baik 3 23,1 6 46,2 Kurang baik 0,0 4 30,8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 puskesmas yang petugasnya mempunyai keterampilan tentang pemeriksaan laboratorium kategori baik terdapat sebanyak 3 puskesmas 23,1 diantaranya angka kesalahan pembacaan slide ≤ 5 , Demikian juga 8 puskesmas yang mempunyai keterampilan tentang pemeriksaan Universitas Sumatera Utara laboratorium kategori kurang baik yang angka kesalahan pembacaan slide 5 , seperti pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Keterampilan dengan Error Rate Berdasarkan Puskesmas dalam Penegakan Diagnosa Tuberkulosis Paru Keterampilan Error Rate ≤ 5 5 n n Baik 3 23,1 2 15,4 Kurang baik 0,0 8 61,5 4.8 Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda Untuk menganalisis pengaruh variabel pengetahuan dan keterampilan terhadap error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru digunakan uji regresi logistik berganda multiple logistic regression. Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistik ganda yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom atau binary, Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi regresi logistik ganda metode enter adalah variabel yang mempunyai nilai p0,25 pada analisis bivariatnya. Berdasarkan analisis bivariat diketahui seluruh variabel bebas pengetahuan dan keterampilan mempunyai nilai p0,25, sehingga diikutsertakan dalam uni multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda seperti pada Tabel 4.14. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Variabel Koefisien B Exponen B p Pengetahuan -3,143 0,043 0,008 Keterampilan -3,265 0,038 0,000 Constant 5,288 0,005 197,971 Nagelkerke R Square = 54,0 Dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa variabel pengetahuan dan keterampilan berpengaruh negatif dan signifikan signifikan terhadap error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru, dengan rincian sebagai berikut: a. Pengaruh pengetahuan terhadap error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru Berdasarkan hasil uji regresi logistik variabel pengetahuan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru diperoleh nilai probabilitas p=0,008, dengan Ekponen B 0,043, artinya responden yang memiliki pengetahuan kategori baik mempunyai peluang lebih besar 0,043 kali menurunkan error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru dengan dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya kategori kurang baik. b. Pengaruh keterampilan terhadap error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru Berdasarkan hasil uji regresi logistik variabel keterampilan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru diperoleh nilai probabilitas p=0,000, dengan Ekponen B 0,038, artinya responden yang memiliki keterampilan kategori baik mempunyai peluang lebih besar Universitas Sumatera Utara 0,038 kali menurunkan error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru dengan dibandingkan dengan responden yang keterampilannya kategori kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 2 dua variabel bebas diuji secara bersamaan dengan regresi logistik metode enter, keduanya terpengaruh terhadap variabel dependen dengan nilai Nagelkerke R Square = 54,0. Berdasarkan nilai koefisien regresi logistik, maka dapat dibuat model persamaan regresi untuk mengidentifikasi probabilitas error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru sebagai berikut: ampilan .265Keter 3 - an Pengetahu 143 . 3 .288 5 1 1 − − + = e p Dilihat dari nilai koefisien regresi, variabel keterampilan mempunyai nilai koefisien tertinggi -3,265, artinya variabel keterampilan yang paling besar dominan memengaruhi error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru di puskesmas Kota Medan. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN Dalam program penanggulangan tuberkulosis paru, diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Kegiatan pemantapan mutu laboratorium untuk memantau kualitas tata laksana pemeriksaan laboratorium Puskesmas dilaksanakan melalui pemeriksaan cross check atau uji silang. Angka error rate angka kesalahan laboratorium yang didapat dari hasil pemeriksaan cross check merupakan salah satu indikator program penanggulangan tuberkulosis paru Depkes RI, 2002. Angka kesalahan laboratorium error rate dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah petugas laboratorium tuberkulosis paru, oleh karena petugas laboratorium tersebut memiliki karakteristik individual yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini faktor petugas laboratorium dilihat dari aspek pengetahuan dan keterampilan mempengaruhi error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru. 5.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Error Rate dalam Penegakan Diagnosa Tuberkulosis Paru di Puskesmas Kota Medan Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan petugas tentang pemeriksaan laboratorium syarat dahak, cara pengumpulan dahak, cara pembuatan sediaan hapus dengan ose, bahan-bahan yang diperlukan untuk pewarnaan sediaan, cara pewarnaan, cara pembacaan sediaan dahak, pemeliharaan mikroskop, keamanan kerja Universitas Sumatera Utara dilaboratorium sebanyak 67,7 kategori baik. Hal ini menunjukkan sebagian besar pengetahuan petugas tentang pemeriksaan laboratorium sudah baik. Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik berganda, diketahui variabel pengetahuan tentang pemeriksaan laboratorium berpengaruh negatif dan signifikan p0,05 terhadap error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru di Puskesmas Kota Medan. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa petugas laboratorium yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemeriksaan laboratorium berpeluang menurunkan error rate dalam penegakan diagnosa tuberkulosis paru. Sesuai penelitian Purbosari 2007 yang menemukan bahwa karakteristik petugas : pelatihan dan pengetahuan tentang pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung berpengaruh terhadap error rate penegakan diagnosa tuberkulosis paru. Berdasarkan hasil penelitian saran yang diajukan adalah hendaknya pelatihan diberikan kepada semua petugas laboratorium puskesmas secara rutin setiap tahun karena pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam hal pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Djamirun 2005, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan petugas laboratorium TB Paru Puskesmas dengan error rate. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan berpengaruh terhadap cara berfikir dan tindakan. Dalam program penanggulangan tuberkulosis, diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Pengetahuan petugas pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung Universitas Sumatera Utara sangat berguna bagi petugas laboratorium dalam menjalankan pekerjaannya untuk memperoleh kualitas pemeriksaan yang baik. Pengetahuan tentang apa yang harus diketahui atau informasi penting sangat dibutuhkan untuk melakukan tugas sehari-hari serta informasi dapat memberikan pengertian yang lebih baik sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul. Dengan pengetahuan yang dimiliki dapat berdampak kepada perilaku yang meliputi perubahan kebiasaan atau kelakuan Hadi, 2000. Pengetahuan tentang pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung dapat dikaji berdasarkan pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo 2003 bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sesuai dengan pedoman dari WHO dalam Depkes RI 2002.dimana jika error rate 5 maka mutu pemeriksaan dahak di Kabupaten atau Kota tersebut dinilai bagus. Dengan dilaksanakannya cross check spesimen maka dapat diketahui kualitas hasil pemeriksaan sediaan dahak pada Puskesmas yang bersangkutan. Akurasi pemeriksaan spesimen ini sangat penting karena menyangkut ketepatan diagnosa pada tersangka penderita. Apabila angka kesalahan laboratorium error rate dari hasil cross check diketahui 5 maka dapat berdampak pada hasil Universitas Sumatera Utara pembacaan spesimen yang pada akhirnya terjadi kesalahan pengobatan pada penderita sehingga dapat mengganggu program penanggulangan penyakit TB Paru. Selain itu apabila angka kesalahan tersebut melampaui batas maka akan diadakan tindak lanjut kepada petugas laboratorium Puskesmas yang bersangkutan, seperti mendapatkan bimbingan atau petugasnya perlu magang di BLK Konsisten dengan penelitian Yamoto 2001 selain faktor pengetahuan, faktor karakteristik lain yang memengaruhi kualitas penegakan diagnosis tuberkulosis paru pada petugas laboratotium adalah : umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, pelatihan, kesehatan mata, status kepegawaian dan lama bekerja. Sedangkan menurut penelitian Rindjaswati 2001 menyatakan karakteristik internal antara lain umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja dan karakteristik eksternal antara lain kerja rangkap, pendanaan, penghargaan, pelatihan, mikroskop binokuler, reagen Ziehl Neelsen dan kaca sediaan.

5.2 Pengaruh Keterampilan terhadap Error Rate dalam Penegakan Diagnosa