Cara Menghitung Hasil Cross Check

ditunjuk untuk melakukan cross check, dan laboratorium rujukan tidak boleh mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium pertama Depkes RI, 2009.

b. Cara Pengambilan Sampel Sediaan Untuk di Cross Check

Sekali setiap triwulan pada waktu melakukan supervisi petugas Kabupaten atau kota mengambil sampel sediaan dahak yang telah diperiksa dan disimpan oleh laboratorium pertama PRM, PPM, RS, dll, meliputi: - satu sediaan dari setiap penderita BTA positif - untuk penderita BTA negatif, diambil 10 secara acak dan diambil satu sediaan untuk setiap penderita yang terpilih. Sediaan itu diambil secara acak untuk di cross check ke Balai Laboratorium Kesehatan atau laboratorium rujukan lain yang ditunjuk. Laboratorium rujukan ditunjuk berdasarkan seleksi dan evaluasi baik secara kualitas maupun dengan mempertimbangkan kelengkapan bidang ketenagakerjaan beserta sarana pendukungnya dan dilakukan audit secara berkala. Hasil pemeriksaan yang dihasilkan merupakan barometer pembanding utama yang diakui oleh Departemen Kesehatan dalam pemantauan kualitas pemeriksaan sediaan dahak yang dilakukan oleh Puskesmas. Setelah pengambilan sampel untuk di cross check, sisa sediaan dapat dimusnahkan sesuai prosedur pembuangan limbah laboratorium Depkes RI, 2009.

c. Cara Menghitung Hasil Cross Check

Aspek yang dinilai dalam penilaian cross check adalah kualitas hapusan sediaan, kualitas pewarnaan dan kualitas pembacaan. Setelah Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota menerima hasil pemeriksaan dari BLK atau dari laboratorium rujukan lain, harus dilakukan perhitungan hasil cross check dengan cara Universitas Sumatera Utara membandingkan hasil BLK dengan hasil pemeriksaan pada laboratorium Puskesmas Depkes RI, 2009. Analisa hasil cross check harus diumpan balikkan ke laboratorium Puskesmas. Hasil cross check ini harus ditindaklanjuti. Bila hasil cross check menunjukkan error rate angka kesalahan laboratorium lebih besar dari 5, maka unit-unit terkait harus meneliti lebih lanjut apa kemungkinan penyebabnya Depkes RI, 2009. Pada saat ini Penanggulangan TB.Paru telah penerapan uji silang pemeriksaan dahak cross check dengan metode Lot Sampling Quality Assessment LQAS di beberapa propinsi. Untuk masa yang akan datang akan diterapkan metode LQAS di seluruh UPK. Perhitungan angka kesalahan laboratorium menggunakan metode LQAS ini mengklasifikasikan kesalahan sebagai berikut: Tabel 2.1 Klasifikasi Kesalahan Laboratorium Menggunakan Metode LQAS Hasil dari Lab. Peserta Hasil Lab. Uji Silang Negatif Scanty 1+ 2+ 3+ Negatif Betul NPR NPT NPT NPT Scanty PPR Betul Betul KH KH 1+ PPT Betul Betul Betul KH 2+ PPT KH Betul Betul Betul 3+ PPT KH KH Betul Betul Sumber: Depkes RI, 2009 Keterangan: Betul : Tidak ada kesalahan KH Kesalahan Hitung : Kesalahan kecil NPR Negatif Palsu Rendah : Kesalahan kecil PPR Positif Palsu Rendah : Kesalahan kecil NPT Negatif Palsu Tinggi : Kesalahan besar PPT Positif Palsu Tinggi : Kesalahan besar Selain kesalahan besar dan kesalahan kecil, kesalahan juga dapat berupa tidak memadainya kualitas sediaan, yaitu : terlalu tebal atau tipisnya sediaan, pewarnaan, Universitas Sumatera Utara ukuran, kerataan, kebersihan dan kualitas spesimen. Mengingat sistem penilaian yang berlaku sekarang berbeda dengan yang terbaru, petugas pemeriksa slide harus mengikuti cara pembacaan dan pelaporan sesuai buku Panduan bagi petugas laboratorium mikroskopis TB.Paru Interpretasi dari suatu laboratorium berdasarkan hasil uji silang dinyatakan terdapat kesalahan bila : a. Terdapat PPT atau NPT b. Laboratorium tersebut menunjukkan tren peningkatan kesalahan kecil dibanding periode sebelumnya atau kesalahannya lebih tinggi dari rata-rata semua UPK di kabupatenkota tersebut, atau bila kesalahan kecil terjadi beberapa kali dalam jumlah yang signifikan. c. Bila terdapat 3 NPR. Penampilan setiap laboratorium harus terus dimonitor sampai diketemukan penyebab kesalahan. Setiap UPK agar dapat menilai dirinya sendiri dengan memantau tren hasil interpretasi setiap triwulan. 2.4 Petugas Laboratorium Pemeriksaan laboratorium merupakan kegiatan yang sangat penting, untuk itu diperlukan suatu ketelitian dan ketepatan dalam pemeriksaan. Oleh karena itu diperlukan ketekunan serta konsentrasi petugas dalam pelaksanaan tugas sehingga diperoleh hasil yang sangat akurat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing petugas. Kinerja dari individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, jenis Kelamin, latar belakang pendidikan, Universitas Sumatera Utara pelatihan, status kepegawaian, masa kerja, beban kerja pengetahuan serta keterampilan tentang pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung, Dari seluruh faktor karakteristik petugas laboratorium, faktor pengetahuan dan keterampilan merupakan yang penting diperhatikan. Menurut Depkes RI 2002, pengetahuan dan keterampilan petugas pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung sangat berguna bagi petugas laboratorium dalam menjalankan pekerjaannya untuk memperoleh kualitas pemerikasaan yang baik.

2.5 Pengetahuan