Efektifitas UNCLOS Terhadap Pengaturan Mengenai Bajak Laut

PBB mempunyai tugas utama IMO dinyatakan dalam Pasal 1 dari Konvensi IMO 1948 yang secara singkat menyatakan: “...untuk menyediakan kerjasama antara Pemerintah dalam bidang peraturan dan pelaksanaan mengenai masalah teknis yang berkaitan dengan perkapalan dalam perdagangan internasional; untuk mendukung dan memfasilitasi pengadopsian standar praktis tertinggi dalam hal keselamatan maritim; efisiensi dari navigasi dan pengendalian polusi kelautan dari kapal- kapal. ” IMO juga diberikan kewenangan untuk menerapkan tindakan administratif dan hukum yang berkaitan dengan tujuan-tujuan tersebut. 96 IMO kemudian mengeluarkan Resolusi-nya pertama mengenai masalah pembajakan di laut, yaitu Resolusi A.54513 yang berjudul “Measures to Prevent Acts of Piracy and Armed Robbery Against Ships ” pada tanggal 17 November 1983 yang disusul dengan berbagai resolusi dan edaran lainnya yang terkait dengan pembajakan di laut.. 97

B. Efektifitas UNCLOS Terhadap Pengaturan Mengenai Bajak Laut

Hukum telah mengatur ketetapan yang harus dilalui sebelum memutuskan identitas kapal sebagai kapal perompak. Pemeriksaan dokumen harus terlebih dahulu dilaksanakan sebelum mengidentifikasi kapal sebagai perompak. Langkah tersebut tentunya menghambat penindakan oleh kapal asing yang ditawan oleh perompak. Ketetapan hukum juga dirasakan tidak efektif dalam memfasilitasi penangkapan dan penindakan terhadap perompak. 96 http:www.imo.orgAboutPagesDefault.aspx, diakses pada tanggal 2 Juni 2015. 97 Kraska, James. Contemporary Maritime Piracy – International Law, Strategy, and Diplomacy at Sea, Santa Barbara: ABC - CLIO, 2011, hlm. 267 Universitas Sumatera Utara Ketetapan yang secara khusus memuat definisi dan mekanisme penangkapan bajak laut tercermin dalam pasal 110, 105, dan 107. Tetapi ketiga pasal tersebut kurang efektif dalam menindak tindakan perompakan dikarenakan : 1 UNCLOS tidak mensyaratkan negara untuk memiliki yuridiksi dalam penindakan terhadap kasus perompakan yang terjadi di perairan tinggi maupun wilayah perairan ZEE negara lain. 2 UNCLOS tidak mensyaratkan negara untuk mengekstradisi dan memprosekusi perompakan di dalam teritorial mereka. 3 UNCLOS tidak memiliki ketetapan yang legal untuk memprosekusi perompakan. Pengadilan terhadap kasus perompakan sepenuhnya berada di dalam otoritas negara perompak. Hukuman terhadap penjarahan harta, penyerangan terhadap korban hanya dapat dijatuhkan oleh negara setempat. 98 Penangkapan kapal perompak hanya bisa dilakukan oleh kapal perang dan pesawat militer yang diidentifikasi sebagai pelayanan dan otoritas pemerintah setempat. 99 Salah satu factor yang menghalangi penekanan tindakan pembajakn di laut dikarenakan tidak adanya keseragaman dalam definisi pembajakan di laut oleh negara-negara. 100 UNCLOS hanya mendefinisikan perompakan yang terjadi di laut lepas, sedangkan prakteknya perompakan terjadi di wilayah territorial suatu negara. 98 United Nation Convention on the Law of the Sea 1982 Pasal 105 99 Ibid., Pasal 107 100 Isanga, Joseph M. Countering Persistent Contemporary Sea Piracy: Expanding Jurisdiction Regimes, Vol.59; American University Review, 2010, hlm. 1306 Universitas Sumatera Utara Selain itu bagi bangsa yang akan mengambil tindakan pemberantasan bajak laut haruslah menggunakan biaya dari negara yang akan memberantas bajak laut, begitu juga dengan kepolisian yang mengatasi soal pembajakan. Sedangkan negara mau menanggung sendiri biaya atas pemberantasan bajak laut apabila hal tersebut menyangkut kepentingan negara yang bersangkutan. Jadi, sementara perompak secara legal disebut musuh seluruh umat manusia, dalam praktik negara bertindak seolah-olah mereka adalah musuh dari negara-negara mereka menyerang. Tidak banyak negara bersedia menanggung resiko dalam hal pengejaran terhadap perompak sampai ke wilayah daratan. Dalam keadaan negara yang kacau dimana nyawa bisa melayang sewaktu-waktu maka resiko tertangkap dan diadili atas perompakan masih lebih kecil bila dibandingkan hasil dari perompakan itu sendiri. 101 Sebagai hasilnya setiap negara berusaha mempraktekkan prinsip efektivitas sebagai salah satu perwujudan terhadap optimalisasi atas wilayah yang dimilikinya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam hukum internasional. Walaupun masih banyak sengketa teritori yang harus diselesaikan lewat perjanjian bilateral, tetapi UNCLOS telah hadir untuk menjadi referensi penyelesaian sengketa tersebut. Jadi dapat dilihat di sini walaupun ada pihak -pihak yang menganggap di era globalisasi ini konsep kedaulatan telah out of date, tetapi di sisi lain penjagaan wilayah territorial demi kepentingan nasional masih tetap 101 http:mediaanakindonesia.wordpress.com20110415perompak-somalia-kriminal- internasional-menjadi-masalah-dunia diakses 03 Juli 2015 Universitas Sumatera Utara diperlukan sehingga dapat dilihat betapa besarnya peran UNCLOS III sebagai pondasi struktur baru era kejelasan hukum internasional atas batas teritori.

C. Pemberian Hukuman Kepada Bajak Laut