Mahkamah Internasional Pemberian Hukuman Kepada Bajak Laut

dan terbuka. Berbeda dengan perairan barat Nusantara yang sempit dan berbatasan langsung dengan negara tetangga. Walhasil, perairan barat lebih aman bagi perompak dan pembajak karena jika dikejar Angkatan Laut salah satu negara, mereka perompak akan masuk ke perairan negara lain. Maka, diperlukanlah perjanjian antar negara, seperti perjanjian ekstradisi untuk melakukan penangkapan terhadap bajak laut. Namun, banyak negara-negara yang menolak melakukan ekstradisi terhadap bajak laut yang ditangkap di wilayah perairannya. Karena, ketika pembajakan terjadi di wilayah territorial yang berbeda dari negara bendera kapal bajak laut tersebut, dan negara bendera kapal meminta di ekstradisi, dikhawatirkan bajak laut tersebut akan dibebaskan dari tuntutan hukum dan negara yang dirugikan oleh bajak laut tidak mendapatkan ganti rugi. Jika negara yang menangkap pelaku atau tersangka pelaku dan tidak melakukan ekstradisi apabila pelaku tersangka pelaku merupakan WNA, maka negara tersebut wajib mengadili pelaku atau tersangka pelaku tersebut. 104

2. Mahkamah Internasional

Mahkamah Internasional atau International Court of Justice ICJ atau yang lebih dikenal dengan Pengadilan Dunia world court merupakan badan peradilan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Yurisdiksi yang dimiliki Mahkamah Internasional diatur dalam Piagam PBB. 105 , yaitu : 1 Untuk memutus sengketa contentious issues sesuai dengan hukum 104 Convention on Supression of Unlawful Act of Violence Against The Safety of Maritime Navigation SUA Pasal 10 105 United Charter Pasal 92 Universitas Sumatera Utara internasioal permasalahan-permasalahan hukum yang diajukan oleh negara- negara. 2 Memberikan advisory opinions dalam hal permasalahan-permasalahan yang berkenaan hukum yang diajukan oleh negara atau pihak lain melalui rekomendasi dari Dewan Keamanan dan diputus dalam Majelis Umum PBB. Negara peserta UNCLOS 1982 dapat membawa perselisihan mereka ke Mahkamah Internasional. Namun untuk organisasi internasional yang menjadi pihak pada Konvensi tidak dapat memilih Mahkamah Internasional sebagai badan peradilan. 106 Pembajakan sebagai kejahatan yang serius, termasuk kedalam yurisdiksi Mahkamah Internasional dengan alasan bahwa pembajakan, seperti kejahatan lain yang telah tercakup oleh perjanjian Mahkamah Internasional, adalah kejahatan serius yang menjadi perhatian masyarakat internasional secara keseluruhan. Pembajakan dianggap melanggar yurisdiksi universal, baik karena kejahatan keji, serangan pembajakan dan juga karena pembajakan sifatnya merugikan masyarakat dunia secara keseluruhan. Tanpa adanya sebuah Mahkamah Internasional International Court of Justice yang khusus untuk mengadili pembajakan di laut, maka sanksi pidana dan perdata diserahkan kepada negara yang menangkap menahan pelaku, serta tuntutan dilakukan di pengadilan domestik. 107 106 Pasal 34 Statuta Mahkamah Internasional 107 Chen, Lung-chu. An Introduction to Contemporary International Law. London: Yale University Press, 2000, hlm 231. Universitas Sumatera Utara BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN INDONESIA MENGHADAPI KEJAHATAN BAJAK LAUT DI WILAYAH YURISDIKSINYA

A. Bajak Laut di Indonesia dan Pengaturannya berdasarkan Hukum Nasional