Kesimpulan Kewenagan Menangkap dan Mengadil Bajak Laut di Wilayah Jurisdiksi Indonesia Berdasarkan Hukum Internasional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengaturan hukum Internasional mengenai bajak laut dimulai ketika PBB menugaskan International Maritime Organization IMO untuk mengkaji tindakan kekerasan yang terjadi di laut dan International Maritime Bureau IMB, sebagai organisasi dibawah ICC International Chamber of Commerce yang bertujuan untuk melawan kejahatan dibidang kelautan. Kemudian PBB mengeluarkan United Nation Convention on the law of the sea UNCLOS 1982 sebagai pengaturan dasar mengenai kelautan dan pembajakan di laut. Selain UNCLOS, terdapat juga Convention on Supression of Unlawful Act of Violence Against The Safety of Maritime Navigation SUA Convention, Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery against Ships in Asia ReCAAP, dan Universal Jurisdiction dalam pengaturan Hukum Internasional lainnya di luar UNCLOS 1982. 2. Kewenangan Indonesia untuk menangkap dan mengadili bajak laut berdasarkan hukum Internasional pada wilayah jurisdiksi suatu negara berdasarkan United Nations Convention on The Law of The Sea UNCLOS 1982 telah melahirkan zona pengaturan regime. Namun, efektifitas UNCLOS terhadap pengaturan mengenai bajak laut masih kurang dalam menekan pembajakan di laut. Maka, untuk menakan pembajakan yang terjadi, diperlukan pemberian hukuman terhadap bajak laut yang dilakukan secara 80 Universitas Sumatera Utara tegas. Berkaitan dengan pemberian hukuman dapat melalui jalur ekstradisi apabila pelaku pembajakan ditangkap diluar dari negara kebangsaannya atau melalui Mahkamah Internasional, karena kejahatan pembajakan telah masuk dalam kejahatan pidana Internasional. 3. Hak dan Kewajiban Indonesia menghadapi bajak laut di wilayah yurisdiksinya berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea Konvensi PBB tentang Hukum Laut, Undang-Undang No. 32 tahun 2014 tentang Kelautan, dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan wilayah jurisdiksinya. Indonesia harus menentukan batas-batas wilayah, menghormati persetujuan- persetujuan yang sudah ada, hak-hak penangkapan ikan tradisional, dan pemasangan kabel-kabel bawah laut yang dilakukan oleh negara-negara tetangga, menghormati hak lintas damai right of innocent passage, dan hak lintas alur laut kepulauan right of archipelagic sea lanes passage, dan melakukan pengaturan hukum alur laut kepulauan Indonesia ALKI.

B. Saran