MENURUT PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH ANAK

MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BULLYING

A. MENURUT PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

Indonesia merupakan bagian dari masyarakat informasi dunia, sehingga Indonesia merasa harus membentuk suatu pengaturan mengenai pengelolaan informasi dan transaksi elektronik yang dapat mengoptimalkan pembangunan teknologi informasi secara merata, dan menyebar keseluruh lapisan masyarakat sehingga dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia di berbagai bidang, juga telah mempengaruhi lahirnya berbagai bentuk perbuatan hukum, sehingga pemerintah membentuk suatu infrastruktur hukum dan pengaturan tentang pemanfaatan teknologi informasi yang aman untuk mencegah penyalahgunaannya. Bullying melalui internet merupakan salah satu bentuk perbuatan melawan hukum dengan menyalahgunakan teknologi informasi. Segala jenis perbuatan melawan hukum telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Terkait dengan perbuatan cyberbullying , perbuatan tersebut telah diatur pada Pasal 27 ayat 1, 3, 4, Pasal 28 ayat 2, dan Pasal 29 beserta sanksinya yang terdapat dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Eletktronik UU ITE yaitu: Pasal 27 ayat 1, 3, 4: 3 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. 5 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danmentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan danatau pencemaran nama baik. 6 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan danatau pengancaman. Pasal 28 ayat 2: 4 Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu danatau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antargolongan SARA. Pasal 29 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi Pasal 45 : 4 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 1, ayat 2, ayat 3, atau ayat 4 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah 5 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat 1 atau ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah 6 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 dua belas tahun danatau denda paling lama 12 dua belas tahun danatau denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. Aturan hukum harus merujuk pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, apabila pelaku bullying melalui internet cyberbullying adalah anak. Adanya Peraturan Perundang-undangan beserta sanksi yang tegas didalamnya, maka hal ini menjadi upaya untuk mencegah anak melakukan bullying melalui internet. Berdasarkan hasil wawancara terhadap KPAID SUMUT, melalui Bapak Muslim Harahap, Beliau mengatakan bahwa anak pelaku bullying melalui internet dapat dijatuhi sanksi berdasarkan UU ITE ataupun undang-undang lain yang tepat mengaturnya, namun ketika menarik anak sebagai pelaku bullying melalui internet, harus terlebih dahulu menilik Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak UU SPPA, dalam UU SPPA tersebut terdapat kategori usia yang dapat membedakan jenis sanksi yang dapat dijatuhkan kepada anak baik itu sanksi tindakan ataupun sanksi pidana. Pada kasus anak pelaku bullying melalui internet, tidak boleh melupakan adanya upaya diversi dan restoratif justice. Beliau juga menambahkan bahwa anak pelaku perbuatan melawan hukum dapat diusut, tetapi tetap harus memperhatikan kepentingan dari anak tersebut. Berdasarkan hasil wawancara terhadap DIRRESKRIMSUS POLDA SUMUT, melalui Bapak Jumanto, Beliau mengatakan bahwa anak pelaku bullying melalui internet dapat ditarik sebagai pelaku berdasarkan UU ITE dan KUHP, pada kasus tertentu pelaku perbuatan bullying dapat ditarik berdasarkan Pasal 351 dan Pasal 170 KUHP. Kasus bullying melalui internet cyberbullying umumnya merupakan kasus yang melibatkan perasaan, sehingga kasus tersebut merupakan kasus aduan absolut yang memerlukan keterangan ahli dalam pemeriksaannya. Pada kasus cyberbullying yang dilakukan oleh anak, anak dapat ditarik sebagai pelaku, tetapi harus didampingi oleh orang tua dan bisa juga didampingi oleh lembaga lembaga seperti KOMNAS ANAK atau KPAI. Upaya diversi dan restoratif justice merupakan suatu upaya hukum yang dapat mempermudah untuk mencapai suatu ketertiban umum, sehingga ditempuhnya upaya restoratif justice, bergantung kepada upaya yang akan ditempuh para pihak yang berperkara. Beliau juga menegaskan bahwa apapun undang-undang dan sanksi yang dapat diberlakukan terhadap anak pelaku bullying melalui internet, seluruhnya bertumpu pada putusan hakim di persidangan.

B. MENURUT PARA AHLI