Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Tinjauan Kepustakaan

diangkat dan dikembangkan dalam skripsi ini. Apabila dikemudian hari ada judul yang sama sebelum penulisan ini, maka segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Defenisi mengenai pertanggungjawaban pidana dikemukakan oleh Simons sebagai suatu keadaan psikis, sehingga penerapan suatu ketentuan pidana dari sudut pandang umum dan pribadi dianggap patut De toerekeningsvatbaarheid kan worden opgevat als eene zoodanige psychische gesteldheid, waarbij detoepassing van een strafmaatregel van algemeen en individueel standpunt gerechtvaarding is. Menurut Simons, “Als grondslag voor de strafrechtelijke toerekening bestaat zij in de psychische gestedheid van de dader en hare betreking tot de ter beoordeling staande handeling en wel in dien zin, dat op ground van die gestledheid aan de dader van zijn handelen een verwijt mag worden gemaakt Dasar adanya tanggungjawab dalam hukum pidana adalah keadaan psikis tertentu pada orang yang melakukan perbuatan pidana dan adanya hubungan antara keadaan tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang sedemikian rupa sehingga orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan tadi. Pertanggungjawaban pidana, berikut dasar adanya tanggung jawab dalam hukum pidana yang dikemukakan oleh Simons, dapat ditarik kesimpulan bahwa inti pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah: 9 9 Eddy O.S.Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014, halaman 122. 1 Keadaan psikis atau jiwa seseorang 2 Hubungan antara keadaan psikis dengan perbuatan yang dilakukan. Terwujudnya suatu tindak pidana tidak selalu dijatuhkan pidana terhadap pembuatnya. Undang undang telah memberikan dasar-dasar yang meniadakan pidana. Adanya aturan ini membuktikan bahwa undang undang memisahkan antara tindak pidana dengan si pembuatnya. Dilihat dari sudut sumbernya, dasar-dasar yang meniadakan pidana ada dua macam, yakni: 1 Berasal dari undang-undang 2 Berasal dari luar undang-undang Dasar peniadaan pidana yang bersumber dalam undang undang, dibedakan antara: 10 a Berlaku untuk semua jenis dan macam tindak pidana, disebut dasar peniadaan pidana umum b Berlaku terbatas pada tindak pidana khusus tertentu, yang dicantumkan dalam rumusan tindak pidana yang bersangkutan, disebut dengan dasar peniadaan khusus. Masalah pertanggung jawaban dan khususnya pertanggungjawaban pidana mempunyai kaitan yang erat dengan beberapa yang cukup luas. Dapat dipermasalahkan antara lain: 11 10 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Persada, jakarta, 2011, halaman 15. 11 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT RajaGrafindo Persada, jakarta, 2014, halaman 83, 85, 92. 1 Ada atau tidaknya kebebasan manusia untuk menentukan kehendak? Antara lain ditentukan oleh indeterminisme dan determinisme 2 Tingkat kemampuan bertanggung jawab; mampu, kurang mampu, atau tidak mampu 3 Batas umur untuk dianggap mampu atau tidak mampu bertanggung jawab. Seseorang yang telah melakukan tindak pidana akan dapat dihukum apabila pelaku sanggup mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah diperbuatnya. Masalah pertanggungjawaban erat kaintannya dengan kesalahan, oleh karena adanya asas pertanggungjawaban yang menyatakan dengan tegas Geen Straft Zonder Schuld tidak dipidana tanpa ada kesalahan untuk menentukan apakah seorang pelaku tindak pidana dapat dimintai pertanggungjawaban dalam hukum pidana, akan dilihat apakah orang tersebut pada saat melakukan tindak pidana mempunyai kesalahan. Pertanggungjawaban pidana menjurus kepada pemidanaan pelaku, jika telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan oleh undang-undang. Dilihat dari segi terjadinya perbuatan yang terlarang, ia akan diminta pertanggungjawaban apabila perbuatan tersebut melanggar hukum. Dilihat dari sudut kemampuan bertanggungjawab maka hanya orang yang mampu yang bertanggung jawab yang dapat dimintai pertanggungjawaban. 12 a. Keadaan jiwanya Pada umumnya seseorang dikatakan mampu bertanggungjawab dapat dilihat dari beberapa hal yaitu: 12 http:ilmukomputer2.blogspot.com200910pengertian-pertanggungjawaban.html. Diakses pada pukul 18.00 WIB, Tanggal 27 Februari 2015 b. Kemampuan jiwanya Hal tersebut terdapat dalam Pasal 44 KUHP, yang mana disebutkan bahwa menurut pasal ini orang yang tidak dapat dihukum adalah orang yang tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya karena: 13 a. Kurang sempurna akalnya b. Sakit berubah akalnya. Apabila ternyata perbuatan itu memang tidak dapat di pertanggungjawabkan kepada pelaku disebabkan oleh kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal maka dapatlah hakim memerintahkan dia untuk dimasukkan kerumah sakit jiwa. Pada saat KUHP dinyatakan berlaku di Indonesia, KUHP belum memiliki hukum pidana yang khusus untuk anak-anak atau orang yang belum dewasa. Hanya terdapat Pasal 45, 46, dan 47 KUHP yang mengatur tentang pemidanaan terhadap mereka yang belum berumur 16 tahun. Pasal 45 tidak bersangkut-paut dengan hal apakah seorang yang masih muda atau anak-anak dianggap pertumbuhan jiwanya sempurna atau belum, tetapi hanya mengatur tentang apa yang dapat dilakukan oleh hakim dalam mengambil keputusan terhadap orang yang belum berumur 16 tahun jika ia melakukan tindak pidana. Dikatakan didalamnya bahwa dalam hal demikian hakim dapat memerintahkan agar: 14 a Anak yang bersalah dikembalikan kepada orang tuawalinya tanpa dipidana 13 R. Sugandhi, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, 1980, halaman 59. 14 Teguh Prasetyo, Op.cit, halaman 93. b Anak yang bersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa dipidana untuk kejahatan atau pelanggaran tertentu; selanjutnya diserahkan kepada orang atau lembaga pendidikan sampai berumur 18 tahun pasal 46 KUHP. c Menjatuhkan pidana, dengan ancaman maksimumnya dikurangi dengan sepertiga dari ancaman pidana biasa, atau 15 tahun penjara untuk tindak pidana yang diancam dengan pidana mati; juga ada dalam hal diputuskan pidana tambahan hanya dapat dijatuhkkan pidana tambahan perampasan barang barang tertentu. Saat ini sudah ada undang undang yang khusus mengatur tentang anak yang diatur didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

2. Pengertian Penyalahgunaan Internet