Motivasi dan Perilaku Menonton serta Penilaian Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Lokal (Kasus Pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara, Kota Bo

(1)

MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON SERTA PENILAIAN

KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI LOKAL

(

Kasus Pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

FENITA AYU KUSUMAH I34060940

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

 

   

ABSTRACT

Fenita Ayu Kusumah. Motivation, Watching Behaviour and Corresponden Judgement for Local Television Programs. Guided by:Djuara P. Lubis

Megaswara TV has known well as the only local television in Bogor. The purpose of this research is to describe the motivation for people to watch Megaswara TV programs and the factors that influence it, finding corelation between motivation and people behaviour in watching the Megaswara TV programs, to describe the people behaviour in watching the Megaswara TV programs and the factors that influence it, and to describe judgement from people who watch the program in Megaswara TV. This research held in two places, one held in Bojong Rangkas village RW 01, Ciampea subdistrict and the other one held in Tegal Gundi village RW 17,Nort Bogor subdistrict, West Java Province. This research using quantitative methode and support by qualitative data. This research give us some results that shown some correlations between several factor which affect people to watch Megaswara TV, these correlation are between level of education with the information motivation, between etnic with personal identity motivation, between family influence with integration and social interaction motivation, between integration and social interaction motivation with the frequency and how long can people watch the show, between entertainment motivation with integration and social interaction motivation, between personal identity motivation with the frequency and how long can people watch the show, between information motivation with how long can people watch the show, between age with watching frequency to fill personal identity needs, between education level with show option and watching duration to fill personal identity needs, between etnic with show option to fill personal identity needs, between age with watching frequency to fill integration and social interaction needs, between education level with show option to fill entertainment needs, between age with watching frequency to fill entertainment needs, between hometown with integration and soial interaction motivation, between hometown with watching frequency to fill entertaiment needs. It is more likely to say that most correspondend have a good judgement for the Megaswara TV shows, not just for the show it self, but the local content, the presenter, the quality of the broadcast, the broadcast time, the benefits, and the actual effects get good credits from most correspondend.


(3)

RINGKASAN

Fenita Ayu Kusumah. Motivasi dan Perilaku Menonton serta Penilaian Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Lokal. Dibimbing oleh Djuara P. Lubis

Dewasa ini, keberadaan stasiun televisi serta pengelolaan materi-materi siar yang ditampilkan tidak lagi sentralistik di pusat. Kini, terdapat televisi lokal yaitu televisi yang keberadaannya hanya dapat dijangkau oleh suatu daerah tertentu serta program acara yang disiarkan sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang berada di daerah tersebut. Keberadaan televisi lokal ini diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran yang merupakan payung hukum bagi kemerdekaan televisi lokal. Saat ini satu-satunya televisi lokal yang terdapat di Bogor adalah Megaswara TV yang berdiri sejak tahun 2004.  Sejak awal berdirinya, pihak manajemen Megaswara TV belum

pernah melakukan penelitian tentang penilaian khalayak pada program acara yang ditayangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan motivasi menonton Megaswara TV dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, mendeskripsikan hubungan antara motivasi dan perilaku menonton khalayak dalam menonton Megaswara TV, mendeskripsikan perilaku menonton Megaswara TV dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta mendeskripsikan penilaian khalayak terhadap program acara Megaswara TV.

Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Hasil dari penelitian ini adalah motivasi informasi seseorang dalam menonton program acara Megaswara TV dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, motivasi identitas pribadinya dipengaruhi oleh asal etnis, motivasi integrasi dan interaksi sosialnya dipengaruhi oleh domisili dan pengaruh keluarga. Frekuensi menonton Megaswara TV seseorang untuk memenuhi kebutuhan identitas pribadi, hiburan, integrasi dan interaksi sosial dipengaruhi oleh usia. Frekuensi menonoton untuk memenuhi kebutuhan hiburan juga dipengaruhi oleh domisili. Pilihan acara seseorang pada Megaswara TV untuk memenuhi kebutuhan identitas pribadi dan hiburan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,begitu pula dengan durasi menonton untuk memenuhi kebutuhan identitas pribadinya. Pilihan acara untuk memenuhi kebutuhan identitas pribadi dipengaruhi oleh asal etnis responden. Dapat dikatakan sebagian besar responden menilai baik terhadap Megaswara TV sebagai televisi lokal di Bogor baik dari segi penayangan, unsur lokalitas, presenter, kualitas gambar, waktu tayang, manfaat dan aktualitasnya.


(4)

 

   

MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON SERTA PENILAIAN

KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI LOKAL

(

Kasus Pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas Kecamatan

Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

Fenita Ayu Kusumah I34060940

SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Fenita Ayu Kusumah

NIM : I34060940

Judul : Motivasi dan Perilaku Menonton serta Penilaian Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Lokal (Kasus Pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS NIP. 19600315 198503 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1 003

Tanggal Lulus :


(6)

 

   

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “MOTIVASI DAN PERILAKU MENONTON SERTA PENILAIAN KHALAYAK TERHADAP PROGRAM ACARA TELEVISI LOKAL (KASUS PEMIRSA MEGASWARA TV RW 02 KELURAHAN BOJONG RANGKAS DAN RW 17 KELURAHAN TEGAL GUNDIL BOGOR)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN KECUALI KUTIPAN YANG ADA DALAM TULISAN INI. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL DARI PENULISAN LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA.

Bogor, Februari 2010

Fenita Ayu Kusumah I34060940


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Curup, Propinsi Bengkulu, pada tanggal 10 Januari 1988. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Ir.Suhendra Saputra dan Ibu Taty Erzani.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SDN 08 Bengkulu. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SMPN 01 Bengkulu dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMAN 05 Bengkulu. Penulis diterima sebagai mahasiswa IPB pada tahun 2006 melalui jalur USMI di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekologi Manusia, penulis aktif menjadi anggota di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia selama dua periode, yaitu tahun 2008 dan 2009. Penulis sering berpartisispasi dalam kepanitiaan di berbagai kegiatan Departemen maupun Fakultas, seperti Commnex (Communication and Community Development Expo), INDEX (Indonesian Ecology Expo), CRESO (Create Ecology Song), FAMNIGHT (Familiarity Night), ESPENT (Ecology Sport Event) dan penulis juga berpartisipasi dalam kepanitian penyambutan mahasiswa/i baru baik tingkat departemen maupun fakultas. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Komunikasi Bisnis selama dua semester, yaitu semester enam dan tujuh.


(8)

 

   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motivasi, Perilaku Menonton dan Penilaian Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Lokal”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan motivasi, perilaku menonton, dan penilaian khalayak terhadap program acara Megaswara TV. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi proses belajar penulis dalam memahami dan memperluas pengetahuan mengenai televisi lokal. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Bogor, Februari 2010

Fenita Ayu Kusumah


(9)

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, karunia dan hidayahnya. Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua Mama, Bapak tercinta dan kedua Kakakku, Aak dan Donga tersayang yang selalu setia menemani dengan do’a dan kasih sayang yang begitu besar.

2. Bapak Djuara P. Lubis sebagai dosen pembimbing studi skripsi atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Richard W. Lumintang selaku dosen penguji utama yang telah memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Martua Sihaloho selaku dosen perwakilan dari koordinator mayor

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang juga telah memberikan masukan-masukan berharga dalam penulisan skripsi ini.

5. Teman kamarku, sahabatku, Nadra, Rany, Amel, Utut, dan Arif. 6. Usy, Mami, Teh Nova, Keluarga Genteng Biru, Keluarga Cisalak.

7. Mas Wulang NW yang sudah memberikan semangat dan perhatian kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

8. Bang Arman, Bang Lutfi, Bang Yudha dan seluruh crew, wartawan Megaswara TV yang telah banyak memberikan informasi mengenai Megaswara TV.

9. Pak Lurah, Ketua RW di kedua tempat yang diteliti yaitu Kelurahan Bojong Rangkas dan Tegal Gundil.

10.Masyarakat RW 02 dan 17 Kelurahan Bojong Rangkas dan Tegal Gundil yang telah bersedia menjadi responden pada penelitian ini.


(10)

 

   

13.Kakak-kakak KPM’ers 42 Kak Metri dan Kak Fahmi serta Bang Iqbal yang memberikan masukan-masukan yang sangat berharga.

14.Teman-temen di divisi PBOS BEM FEMA 08 dan 09 atas pengertian dan dukungan kalian selama ini.

15.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

   


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Televisi merupakan media yang banyak dimanfaatkan masyarakat dalam memperoleh informasi karena sifatnya yang audiovisual, yaitu dapat menampilkan gambar dan suara secara bersamaan. Televisi telah menjadi sebuah keniscayaan dalam masyarakat dewasa ini karena kemampuannya yang sangat menakjubkan untuk menembus batas-batas yang sulit ditembus oleh media massa lainnya. Secara geografis, televisi mampu menjangkau daerah-daerah yang jauh dari stasiun pemancar. Televisi membuat orang pada umumnya mengingat 50 persen dari apa yang mereka lihat dan dengar, walaupun hanya sekali ditayangkan. Secara umum orang akan mengingat 85 persen dari apa yang mereka lihat di televisi setelah tiga jam kemudian dan 65 persen setelah tiga hari kemudian (Dwyer, 1998 yang dikutip oleh Priyowidodo, 2008). Dari pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa televisi merupakan media yang paling efektif dalam menyampaikan pesan yang ditujukan untuk mencapai perubahan bagi masyarakat, tentunya perubahan yang diharapkan merupakan perubahan yang baik untuk masyarakat.

Dewasa ini, keberadaan stasiun televisi serta pengelolaan materi-materi siar yang ditampilkan tidak lagi sentralistik di pusat. Kini, terdapat televisi lokal yaitu televisi yang keberadaannya hanya dapat dijangkau oleh suatu daerah tertentu serta program acara yang disiarkan bersifat lokal tergantung dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang berada di daerah tersebut. Televisi ini memiliki isi pesan atau informasi yang mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat lokal dengan mengangkat dan mengedepankan potensi-potensi lokal yang ada. Televisi lokal dapat dijadikan sarana pengembangan potensi daerah, sehingga daerah dan masyarakat pada gilirannya menjadi lebih maju dan sejahtera. Keberadaan televisi lokal ini diperkuat oleh hadirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran yang merupakan payung hukum bagi kemerdekaan televisi lokal. Televisi lokal hadir dengan spirit otonomi daerah dan kehadirannya sebagai warna baru dunia penyiaran tanah air.


(12)

 

 

2

Televisi lokal memiliki tanggung jawab untuk membuat program acara siaran bermuatan lokal karena kekuatan televisi lokal tentu saja pada kelokalannya yang tidak dimiliki oleh stasiun televisi nasional, sehingga kini tinggal bagaimana mengemas segmen lokal tersebut menjadi program siaran yang menarik dan bermutu sehingga membuat masyarakat lokal tertarik menonton program acara tersebut. Program acara televisi lokal dibungkus dengan kemasan lokal yang kental dan selalu berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi masyarakat dengan kearifan lokal yang berbeda-beda. Biasanya, paket yang ditayangkan oleh televisi lokal bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan unsur kedaerahan lainnya yang tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat lokal tersebut.

Berdasarkan hasil riset ABG Nielsen Media Rearch di sepuluh kota besar pada tahun 2007 menunjukkan perolehan pemirsa televsi lokal menurun selama semester pertama tahun 2007 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2006 yaitu dari 2,7 persen menjadi 2,4 persen. Riset ini menunjukkan bahwa masih rendahnya minat masyarakat untuk menonton program acara televisi lokal. Minat masyarakat menonton program acara televisi lokal berkaitan dengan motivasi khalayak untuk menonton program yang ditayangkan. Menurut Meilani (2007), motivasi seseorang dilatarbelakangi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan etnis. Faktor ekstrinsik terdiri dari keluarga dan teman. Kedua faktor tesebut diduga akan membuat khalayak termotivasi untuk menonton. Dari perilaku menontonnya tersebut, diduga mereka akan dapat memberikan penilaian terhadap program acara yang ditontonnya.

Saat ini satu-satunya televisi lokal yang terdapat di Bogor adalah Megaswara TV yang berdiri sejak tahun 2004. Selama ini pihak pengelola Megaswara TV masih mengkaji terus program-program siaran yang mendidik dan menghibur. Televisi ini memiliki berbagai macam program acara mulai dari program berita daerah sampai pada program yang mengangkat kebudayaan Bogor (Sunda).

Sejak awal berdirinya, pihak manajemen Megaswara TV belum pernah melakukan penelitian tentang penilaian khalayak pada program acara yang


(13)

ditayangkan. Selama ini, penilaian yang diketahui hanya dari beberapa pihak saja misalnya melalui telepon atau pendapat masyarakat yang datang langsung ke Megaswara TV. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui penilaian masyarakat Bogor pada program acara yang ditayangkan sehingga dapat membantu pengelola Megaswara TV untuk meningkatkan kualitas program acaranya sesuai dengan kebutuhan khalayaknya, yaitu masyarakat Bogor. Penelitian ini hanya terfokus pada tiga program unggulan dari Megasawara TV yang menurut pihaknya diperkirakan banyak ditonton oleh masyarakat Bogor. Ketiga program tersebut yaitu Dinamika Bogor, Sunda Bogor, dan Gorobog.

Penelitian khalayak terhadap tiga program unggulan Megaswara TV ini diharapkan akan mempermudah pihak Megaswara TV dalam menyusun usaha-usaha kedepan dalam memperbaiki kualitas ketiga program tersebut dan akan diikuti oleh program-program lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya diketahui bahwa Megaswara TV belum pernah melakukan penelitian tentang penilaian khalayak terhadap program acara yang ditayangkan. Karena itu perumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Bagaimana motivasi khalayak dalam menonton Megaswara TV dan apa faktor-faktor yang mempengaruhinya?

2. Bagaimana hubungan antara motivasi dan perilaku khalayak dalam menonton Megaswara TV?

3. Bagaimana perilaku khalayak dalam menonton Megaswara TV dan apa faktor-faktor yang mempengaruhinya?

4. Bagaimana penilaian khalayak terhadap program acara Megasawara TV?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis motivasi khalayak dalam menonton Megaswara TV dan


(14)

 

 

4

2. Menganalisis hubungan antara motivasi dengan perilaku khalayak dalam menonton Megaswara TV.

3. Menganalisis perilaku khalayak dalam menonton Megaswara TV dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

4. Menganalisis penilaian khalayak terhadap program acara Megaswara TV.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi wahana memperluas pengetahuan serta wawasannya.

2. Bagi akdemis, penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai penilaian khalayak terhadap program acara televisi lokal.

3. Bagi pihak Megaswara TV, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dengan mengetahui penilaian masyarakat Bogor terhadap program acara yang sudah berjalan. Masukan-masukan tersebut diharapkan dapat membantu Megaswara TV untuk meningkatkan kinerja mereka menjadi televisi lokal yang berperan dalam masyarakat lokal di Bogor.


(15)

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa

Dari beberapa definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli, Rakhmat (2004) menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah yang besar. Menurut McQuail (1987), ciri-ciri utama komunikasi massa yaitu:

1. Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal.

2. Pesan tidak unik dan beraneka ragam serta dapat diperkirakan. Pesannya diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan merupakan sebuah produk yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai kegunaan.

3. Hubungan antara pengirim dan penerima pesan bersifat satu arah dan jarang sekali yang bersifat interaktif.

2.1.2. Efek Komunikasi Massa

DeFleur dan Ball-Rokeach (1975) mengemukakan tiga kerangka teoritis yang berkaitan dengan penggunaan media dan efek terhadap khalayak, sebagai berikut:

1. Perspektif perbedaan individu, yaitu adanya perbedaan individu (karakteristik kepribadian) di antara khalayak akan menimbulkan efek yang bervariasi.


(16)

 

 

6

umumnya kelompok dengan kategori sosial tertentu tersebut mempunyai perilaku yang sama terhadap media massa.

2.1.3. Televisi dan Perkembangan Televisi Lokal

Menurut Setyobudi (2004) yang dikutip oleh Shanti (2008) televisi dapat diartikan sebagai pemancar televisi yang berfungsi untuk mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (view) bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang jauh. Televisi merupakan media massa yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan media massa lainnya yaitu sifatnya yang audiovisual. Menurut Hoffman (1999), terdapat lima fungsi televisi, yaitu:

1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia

Mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.

2. Menghubungkan satu dengan yang lainnnya

Menurut Neil Postman televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi, televisi menyerupai sebuah mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain yang lebih gampang dari pada sebuah dokumen tertulis.

3. Menyalurkan kebudayaan

Televisi tidak hanya mencari, tetapi juga ikut mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan yang dikembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus didalamnya.

4. Hiburan

Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Hiburan merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan yang lain.

5. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat

Dalam keadaan darurat, televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan supaya orang mau membantu secara preventif.

Televisi merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengakses informasi karena kelebihannya yang


(17)

bersifat audiovisual yang tidak dimiliki oleh media massa yang lain. Seiring perkembangan zaman, stasiun televisi tidak lagi tersentralistik di pusat tetapi sudah merambah ke daerah-daerah dalam bentuk televisi lokal. Walaupun media massa lokal telah menjadi bagian dari kebutuhan hidup sebagian besar masyarakat, namun penggunaannya tampak masih selektif dan diskriminatif (Andre Hardjana, 1994 yang dikutip Sucipto, 1998). Pada umumnya warga masyarakat berpendidikan tertentu atau berkondisi sosial tertentu berkepentingan untuk menikmati media cetak. Sementara itu, media massa elektronika (radio dan televisi) tidak mengenal diskriminasi sosial ekonomi masyarakat, namun selektif berdasarkan isi acara disatu pihak dan minat serta perhatian khalayak di pihak lain.

Menurut Mulyana (2008) menyatakan bahwa pengertian pers lokal adalah pers yang dibangun oleh dan untuk orang-orang lokal (kota, kabupaten, propinsi, wilayah yang dihuni oleh suatu kelompok suku, dalam suatu wilayah geografis yang lebih besar). Menurut Alfitri et al. (1997) yang dikutip oleh Hardjana (1998), keberadaan media massa lokal atau pers lokal ini dapat dikenali ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Media massa ini dikelola oleh organisasi yang berasal dari masyarakat setempat.

b. Isi media massa lokal mengacu dan menyesuaikan diri pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat.

c. Isi media massa lokal sangat mementingkan berita-berita tentang berbagai peristiwa, kegiatan, masalah, dan personalia atau tokoh-tokoh pelaku masyarakat setempat.

d. Khalayak media massa lokal terbatas pada masyarakat sewilayah dengan tempat kedudukan media massa itu.

e. Khalayak media massa lokal umumya kurang bervariasi dalam struktur ataupun diferensiasi sosial bila dibandingkan dengan khalayak media massa nasional.

Keseriusan dalam mengelola televisi lokal ini tercermin dengan dibentuknya Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), sebuah organisasi tempat bergabungnya televisi lokal yang berdiri pada 26 Juli 2002. ATVLI


(18)

 

 

8

melalui televisi-televisi lokal yang menjadi anggotanya berupaya untuk selalu membangun industri penyiaran lokal bersama masyarakat, tak terkecuali hingga pelosok negeri ini. Saat ini anggota ATVLI sebanyak 29 televisi lokal yaitu: Riau TV, Batam TV, Sri Junjungan TV-Bengkalis, JAKTV-Jakarta, Jogja TV, TV Borobudur-Semarang, JTV-Surabaya, Bali TV, Lombok TV, Publik Khatulistiwa TV-Bontang, Gorontalo TV, Makassar TV, Terang Abadi TV-Surakarta, Bandung TV, O’Channel-Jakarta, Space Toon TV Anak-Jakarta, Cahaya TV-Banten, Megaswara TV-Bogor, Cakra TV-Semarang, Cakra Buana Channel-Depok, Pal TV-Palembang, Kendari TV, Tarakan TV, Manajemen Qolbu TV-Bandung, Ratih TV-Kebumen, Ambon TV, Sriwijaya TV-Palembang, Aceh TV dan Padjadjaran TV-Bandung. Selain 29 televisi lokal yang menjadi anggota ATVLI, jumlah televisi lokal di Indonesia hingga tahun 2009 diperkirakan telah mencapai ratusan televisi lokal yang tersebar di seluruh Indonesia.

2.1.4. Motivasi Menonton Televisi

Di dalam psikologi, sering dibedakan antara motif dan motivasi. Menurut Sherif dan C.W Sherif (1956) yang dikutip oleh Sarwono (1999) menyatakan bahwa motif adalah istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang mengarah ke berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan, dan keinginan, aspirasi, dan selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut sedangkan menurut Meilani (2007) menyatakan bahwa motivasi sebagai proses psikologis diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu.

Menurut McQuail (1991) menyatakan bahwa kebutuhan, motif, penggunaan media, dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga kebutuhan manusia tersebut menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan. Sejumlah harapan dianggap akan dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi media massa atau dengan sejumlah alternatif fungsional lainnya. Motivasi penggunaan media atau fungsi media bagi individu adalah sebagai berikut:


(19)

1. Informasi

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a) Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia;

b) Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan;

c) Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum; dan

d) Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 2. Identitas Pribadi

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk: a) Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi;

b) Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media); dan c) Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Integritas dan Interaksi Sosial

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial; b) Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa

memiliki;

c) Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial; d) Membantu menjalankan peran sosial; dan

e) Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, masyarakat.

4. Hiburan

Motivasi ini berkaitan dengan usaha untuk:

a) Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan; b) Bersantai;

c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis; dan d) Mengisi waktu.

Motif individu menggunakan suatu media massa tidak sama. Menurut Novarinda (2009) faktor intrinsik yang berpengaruh terhadap motivasi menonton televisi lokal yaitu usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan asal etnis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dennis McQuail dan Michael


(20)

 

 

10

Gurevits seperti yang dikutip oleh Blumler (dalam Damayanti, 2004), menunjukkan bahwa:

1. Motif khalayak laki-laki menggunakan media massa terutama untuk pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan motif wanita untuk hiburan.

2. Motif khalayak berusia lebih tua menggunakan media televisi massa terutama untuk pengawasan lingkungan dan identitas pribadi, sedangkan khalayak yang berusia muda untuk hiburan.

3. Motif khalayak berpendidikan tinggi menggunakan media massa terutama untuk pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan motif khalayak berpendidikan rendah adalah untuk hiburan dan identitas pribadi.

2.1.5. Perilaku Menonton Televisi

Menurut DeFleur et.al (1982) ada tiga perilaku dalam menonton televisi yaitu: (1) Pilihan acara yang ditonton; (2) Frekuensi menonton, dan (3) Durasi menonton.

2.1.6. Khalayak

Cangara (1998) menyebutkan bahwa khalayak bisa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audiance, decoder, atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi, karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan karena berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak. Khalayak dalam studi ilmu komunikasi berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Salah satu aspek yang harus diketahui oleh komunikator terhadap khalayaknya adalah aspek sosiodemografik yang terdiri dari: jenis kelamin, usia, lokasi, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya proses komunikasi: 1. Penerima:

a.Keterampilan berkomunikasi; b.Kebutuhan;

c.Tujuan yang diinginkan;


(21)

e.Kemampuan untuk menerima; dan f.Kegunaan pesan.

2. Pesan:

a.Tipe dan model pesan;

b.Karakteristik dan fungsi pesan; c.Struktur pengeloaan pesan; dan d.Kebaharuan (aktualisasi pesan).

3. Sumber:

a.Kredibilitas dan kompetensi dalam bidang yang disampaikan; b.Kedekatan dengan penerima;

c.Motivasi dan perhatian; d.Kesamaan dengan penerima; e.Cara penyampaian; dan f.Daya tarik.

Menurut Testiandini (2006) karakteristik individu berkaiatan dengan penggunaan media massa yaitu, jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. Termasuk didalamnya penggunaan media televisi. Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku individu dalam menonton. Pria lebih banyak menonton acara yang bersifat informasi dan hiburan ‘action’, sementara perempuan lebih tertarik pada acara hiburan, drama, komedi, dan kuis. DeFleur et al. (1982)menjelaskan bahwa perilaku menonton televsisi berjalan seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Seorang mulai tertarik menonton televisi pada usia tiga tahun dan semakin bertambah umur maka waktu yang dicurahkan untuk menonton televisi semakin besar, sampai usia mereka mencapai 12 tahun. Ketika mereka telah mencapai usia tersebut kebiasaan ini akan berkurang, hingga mereka tumbuh dewasa.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator karakteristik individu yang diperkirakan akan mempengaruhi perilakunya dalam menonton televisi. Rogers (1998) menyatakan bahwa orang yang pendidikan dan intelegensinya tinggi mempunyai banyak informasi sehingga sulit untuk dipengaruhi. Hasil penelitian Bajari (1995)yang dikutip olehTestiandini (2006) menunjukkan bahwa pendidikan dan tanggung jawab pekerjaan profesional yang lebih tinggi akan


(22)

 

 

12

memilih pilihan acara yang berbeda. Ia juga menemuka bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka kebutuhan untuk memperoleh informasi dari televisi juga akan semakin besar.

Menurut Sudarsono (1997) yang dikutip oleh Testiandini (2006), perbedaan mata pencaharian khalayak menyebabkan perbedaan daya beli, pola pemanfaatan waktu luang dan reaksi sehingga mempengaruhi pola pemilihan acara dan tentunya efeknya akan berbeda pula. Berkaitan dengan tujuan dari penelitian, pernyataaan Sudarsono tersebut dapat memperkuat dugaan bahwa seseorang yang memiliki jam kerja sedikit akan memiliki waktu luang yang banyak cenderung akan menggunakan waktu kosongnya untuk beristirahat daripada menonton televisi.

Kurniasih (2006) menyatakan bahwa lingkungan sosial yang terdiri dari teman dan keluarga diduga mempengaruhi perilaku seseorang dalam menonton televisi. Semakin sering keluarga menonton televisi maka semakin sering pula seseorang dalam menonton televisi. Teman juga berhubungan dengan perilaku remaja dalam menonton televisi karena teman sepermainan yang sering menonton televisi dan menjadikannya bahan pembicaraan maka akan membuat seseorang tertarik untuk ikut menonton.

2.1.7. Penilaian terhadap Media Televisi

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Yayasan SET1, Yayasan TIFA2, IJTI3, The Habibie Center4, LSPR5 yang berjudul Menuju Televisi yang Ramah Keluarga, menyatakan bahwa Kualitas yang diukur dalam risetnya adalah kualitas dalam arti sosial yaitu kegunaan atau fungsi dari suatu program acara bagi masyarakat pemirsa. Riset ini tidak masuk dalam ranah estetis, menilai kualitas suatu program acara dari aspek teknis artistik suatu acara, misalnya tata pengambilan gambar, cerita, skenario, akting para pemain dan sebagainya.

       1

Technology Esthetics and Science. 

2

Lembaga yang bertujuan untuk memperkuat masyarakat sipil di Indonesia, sebagai sarana menuju demokrasi dan untuk menyiapkan pemberdayaan rakyat untuk menghadapi berbagai tantangan. 

3

Ikatan Jurnalisme Televisi Indonesia. 

4

Yayasan pembinaan, pengembangan sumber daya manusia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. 

5


(23)

Kualitas dalam riset ini dilihat dari sejauh mana suatu program telah memenuhi fungsi dan kegunaannya pada pemirsa, terlepas dari apakah suatu program acara itu secara estetis baik atau bukan.

2.2. Kerangka Pemikiran

Saat ini, keberadaan televisi tidak lagi sentralistik karena telah sampai di tingkat lokal. Satu-satunya televisi lokal yang terdapat di Bogor adalah Megaswara TV. Sebelum berprilaku untuk menonton, diduga seseorang memiliki motivasi menonton. Menurut McQuail (1991) motivasi ini terdiri dari informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan. Motivasi informasi berkaitan dengan kebutuhan individu untuk mendapatkan informasi mengenai informasi dan kejadian aktual yang terjadi di Bogor. Motivasi identitas pribadi berkaitan dengan kebutuhan individu untuk mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lokal. Motivasi integrasi dan interaksi sosial berkaitan dengan kebutuhan individu untuk melakukan interaksi dengan masyarakat lain dan mengetahui kondisi masyakat lain melalui televisi lokal. Motivasi hiburan berkaitan dengan kebutuhan individu untuk mendapatkan hiburan, khususnya hiburan lokal.

Diduga, motivasi seseorang dalam menonton program Megaswara TV dilatarbelakangi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan etnis. Faktor ekstrinsik terdiri dari teman dan keluarga juga diduga mempengaruh motivasi seseorang dalam menonton Megaswara TV. Hal ini juga didukung oleh Meilani (2007) yang menyatakan bahwa motivasi sebagai proses psikologis diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Motif individu dalam menggunakan suatu media massa tidak sama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh McQuail dan Gurevits seperti yang dikutip oleh Blumler (dalam Damayanti, 2004), menunjukkan bahwa motif khalayak laki-laki menggunakan media massa adalah untuk pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan motif wanita untuk hiburan, motif khalayak berusia lebih tua menggunakan media televisi massa terutama untuk pengawasan lingkungan dan identitas pribadi, sedangkan khalayak yang berusia muda untuk hiburan, motif khalayak berpendidikan tinggi menggunakan media massa terutama untuk pengawasan lingkungan dan


(24)

 

 

14

keingintahuan, sedangkan motif khalayak berpendidikan rendah adalah untuk hiburan dan identitas pribadi, motif khalayak berstatus sosial menengah menggunakan media massa terutama untuk pengawasan lingkungan, motif khalayak yang pekerjaannya beresiko tinggi menggunakan media massa terutama untuk keingintahuan dan identitas pribadi.

Motivasi yang tertanam dalam diri individu diduga akan mempengaruhi perilaku seseorang menonton Megaswara TV. Perilaku seseorang dibagi menjadi perilaku menonton untuk memenuhi kebutuhan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial dan hiburan dengan motivasi menonton sebagai variabel antara. Perilaku menonton ini dilihat dari pilihan acara yang ditonton (Dinamika Bogor, Sunda Bogor, Gorobog), frekuensi menonton, dan durasi menonton. Perilaku menonton ini juga diduga dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik khalayak. Jenis kelamin diduga berhubungan dengan perilaku remaja dalam menonton televisi lokal. Berdasarkan penelitian Untoro yang dikutip Testiandini (2006) pria lebih banyak menonton acara yang bersifat informasi dan hiburan ‘action’, sementara perempuan lebih tertarik pada acara hiburan, drama, komedi, dan kuis. Umur diduga mempengaruhi perilaku individu dalam menonton, seorang mulai tertarik menonton televisi pada usia tiga tahun dan semakin bertambah umur maka waktu yang dicurahkan untuk menonton televisi semakin besar, sampai usia mereka mencapai 12 tahun. Ketika mereka telah mencapai usia tersebut kebiasaan ini akan berkurang, hingga mereka tumbuh dewasa. Hasil penelitian Bajari (1995) yang dikutip oleh Testiandini (2006) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka kebutuhan untuk memperoleh informasi dari televisi juga akan semakin besar. Menurut Kurniasih (2006), lingkungan sosial yang terdiri dari teman dan keluarga diduga mempengaruhi perilaku seseorang dalam menonton televisi.

Perilaku menonton Megaswara TV diduga akan menciptakan peniaian khalayak terhadap program acara Megaswara TV yang merupakan efek dari perilaku menonton tersebut. Penilaian ini terkait dengan beberapa aspek, yaitu unsur lokalitas, presenter, kualitas gambar, waktu tayang, manfaat, aktualitas.


(25)

Faktor Intrinsik • Usia

• Jenis kelamin

• Tingkat pendidikan

• Status pekerjaan

• Etnis

• Domisili

Perilaku Menonton: • Pilihan

Acara: ‐ Dinamika

Bogor ‐ Sunda Bogor ‐ Gorobog

• Frekuensi Menonton

• Durasi Menonton

Penilaian terhadap Program Acara: • Unsur

lokalitas

• Presenter

• Kualitas gambar

• Waktu tayang

• Manfaat

• Aktualitas

Faktor Ekstrinsik • Teman

• Keluarga

Motivasi Menonton: •Informasi

•Identitas pribadi

•Integrasi dan interaksi sosial

•Hiburan

Keterangan:

Mempengaruhi Menimbulkan


(26)

2.3. Hipotesa

1. Diduga terdapat hubungan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik khalayak dengan motivasi menonton Megaswara TV.

2. Diduga terdapat hubungan antara motivasi khalayak dengan perilaku menonton Megaswara TV.

3. Diduga terdapat hubungan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik khalayak dengan perilaku menonton Megaswara TV.

2.4 Definisi Operasional

1. Faktor intrinsik adalah faktor yang melekat dalam diri responden yang diduga menimbulkan motivasi dalam menonton Megaswara TV. Variabel ini diukur dengan beberapa indikator, yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan etnis.

2. Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan kondisi biologis. a. Laki-laki

b. Perempuan

3. Usia adalah jumlah tahun sejak responden lahir sampai dengan saat dilaksanakan penelitian.

4. Status pekerjaan adalah kegiatan responden yang dilakukan sehari-hari. Dalam penelitian ini dibagi menjadi bekerja, tidak bekerja, dan pelajar. 5. Bekerja adalah kegiatan utama responden yang menghasilkan uang.

6. Tidak bekerja adalah kondisi dimana responden tidak memiliki kegiatan yang menghasilkan uang.

7. Pelajar adalah kegiatan utama responden berupa sekolah di sebuah lembaga pendidikan.

8. Tingkat pendidikan adalah kondisi yang menggambarkan tingkat pendidikan formal akhir yang pernah ditempuh oleh responden.

9. Etnis adalah asal daerah responden yang juga berhubungan dengan latar belakang keluarganya.

10. Domisili adalah daerah tempat tinggal responden. Dalam penelitian ini domisili dibagi menjadi dua daerah yaitu Kelurahan Bojong Rangkas dan Tegal Gundil.


(27)

11. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang melekat di luar diri responden yang diduga menimbulkan motivasi responden menonton Megaswara TV. Variabel ini diukur dari dua indikator yaitu keluarga dan teman.

12. Keluarga adalah suatu hubungan yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang memiliki hubungan darah dan tinggal dalam satu atap rumah. Hal ini diidentifikasikan dengan pertanyaan-pertanyaan yaitu:

a. Keluarga sering menonton Megaswara TV.

b. Menonton Megaswara TV karena mengikuti keluarga yang menonton Megaswara TV.

c. Menonton Megaswara TV karena keluarga mendukung menonton Megaswara TV.

d. Menonton Megaswara TV karena ditemani oleh keluarga.

Perhitungan skor untuk faktor ekstrinsik keluarga adalah sebagai berikut: responden menjawab “Ya” untuk pernyataan diberi skor 1, responden menjawab “Tidak” untuk satu pernyataan diberi skor 0, kemudian skor untuk setiap pernyataan tersebut dijumlahkan. Skor total akan disebut sebagi skor Faktor ekstrinsik keluarga. Skor ini berkisar antara 0-4 dan dikategorikan sebagai berikut:

a. 0-1 : Lemah

b. 2-4 : Kuat

13. Teman adalah suatu hubungan antara individu satu dengan individu lain yang saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini diidentifikasikan dengan pertanyaan-pertanyaan yaitu:

a. Teman sering menonton Megaswara TV.

b. Menonton Megaswara TV karena mengikuti teman yang menonton Megaswara TV.

c. Teman sering membicarakan tentang program acara yang ditayangkan Megasawara TV, sehingga menjadi tertarik untuk menontonnya. d. Menonton Megaswara TV agar ada bahan obrolan dengan teman. Perhitungan skor untuk faktor ekstrinsik teman adalah sebagai berikut: responden menjawab “Ya” untuk pernyataan diberi skor 1, responden menjawab “Tidak” untuk satu pernyataan diberi skor 0, kemudian skor


(28)

 

 

18

untuk setiap pernyataan tersebut dijumlahkan. Skor total akan disebut sebagi skor ekstrinsik teman. Skor ini berkisar antara 0-4 dan dikategorikan sebagai berikut:

a. 0-1 : Lemah

b. 2-4 : Kuat

14. Motivasi menonton adalah hal-hal atau faktor yang menyebabkan seseorang untuk tertarik menonton program acara Megaswara TV (Dinamika Bogor/Sunda Bogor/Gorobog/ketiganya). Motivasi ini dibagi menjadi empat, yaitu informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan.

15. Motivasi informasi adalah hal-hal yang menyebabkan responden tertarik menyaksikan program acara Megaswara TV (Dinamika Bogor/Sunda Bogor/Gorobog/ketiganya) untuk mendapatkan informasi khususnya informasi lokal. Hal ini diidentifikasikan dengan pertanyaan berikut:

a. Untuk mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan Bogor.

b. Untuk mendapatkan pengetahuan tertentu yang tidak didapatkan media lainnya.

c. Untuk memuaskan rasa ingin tahu mengenai hal-hal tertentu yang berkaitan dengan Bogor.

Perhitungan skor untuk motivasi informasi adalah sebagai berikut: responden menjawab “Ya” untuk pernyataan diberi skor 1, responden menjawab “Tidak” untuk satu pernyataan diberi skor 0, kemudian skor untuk setiap pernyataan tersebut dijumlahkan. Skor total akan disebut sebagi skor motivasi informasi. Skor motivasi informasi berkisar antara 0-3 dan dikategorikan sebagai berikut:

a. 0-1 : Lemah b. 2-3 : Kuat

16. Motivasi identitas pribadi adalah hal-hal yang menyebabkan responden tertarik menyaksikan program acara Megaswara TV (Dinamika Bogor/Sunda Bogor/Gorobog/ketiganya) untuk memperkuat identitas pribadi dari nilai-nilai yang didapat dari program acara yang ditayangkan,


(29)

khusunya nilai-nilai lokal. Hal ini diidentifikasikan dengan pertanyaan berikut:

a. Untuk lebih memahami percakapan bahasa sunda sebagai bahasa lokal di Bogor.

b. Agar diri sendiri lebih memahami kebudayaan lokal.

c. Untuk menemukan petunjuk tentang nilai dan peran yang diharapkan masyarakat.

Perhitungan skor untuk motivasi identitas pribadi adalah sebagai berikut: responden menjawab “Ya” untuk pernyataan diberi skor 1, responden menjawab “Tidak” untuk satu pernyataan diberi skor 0, kemudian skor untuk setiap pernyataan tersebut dijumlahkan. Skor total akan disebut sebagi skor motivasi informasi. Skor motivasi identitas pribadi berkisar antara 0-3 dan dikategorikan sebagai berikut:

a. 0-1 : Lemah b. 2-3 : Kuat

17. Motivasi integrasi dan interaksi sosial adalah hal-hal yang menyebabkan responden tertarik menyaksikan program acara Megaswara TV (Dinamika Bogor/Sunda Bogor/Gorobog/ketiganya) untuk kepentingan hubungan sosial dan interaksi dengan orang lain. Hal ini diidentifikasikan dengan pertanyaan berikut:

a. Untuk memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain di Kota Bogor.

b. Untuk menemukan bahan percakapan untuk berinteraksi dengan keluarga, teman, dan orang lain.

c. Untuk mendapatkan kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga/teman/ orang lain.

Perhitungan skor untuk motivasi identitas pribadi adalah sebagai berikut: responden menjawab “Ya” untuk pernyataan diberi skor 1, responden menjawab “Tidak” untuk satu pernyataan diberi skor 0, kemudian skor untuk setiap pernyataan tersebut dijumlahkan. Skor total akan disebut sebagi skor motivasi integrasi dan interaksi sosial. Skor motivasi integrasi dan interaksi sosial berkisar antara 0-3 dan dikategorikan sebagai berikut:


(30)

 

 

20

a. 0-1 : Lemah

b. 2-3 : Kuat

18. Motivasi hiburan adalah hal-hal yang menyebabkan responden tertarik untuk menyaksikan program acara Megaswara TV (Dinamika Bogor/Sunda Bogor/ Gorobog/ketiganya) untuk melepaskan diri dari kondisi yang tidak menyenangkan dengan kata lain untuk mendapatkan hiburan. Hal ini diidentifikasikan dengan pertanyaan berikut:

a. Untuk bersantai.

b. Untuk mengisi waktu luang.

c. Untuk melepaskan diri dari masalah yang sedang dihadapi.

Perhitungan skor untuk motivasi identitas pribadi adalah sebagai berikut: responden menjawab “Ya” untuk pernyataan diberi skor 1, responden menjawab “Tidak” untuk satu pernyataan diberi skor 0, kemudian skor untuk setiap pernyataan tersebut dijumlahkan. Skor total akan disebut sebagi skor motivasi hiburan. Skor motivasi hiburan berkisar antara 0-3 dan dikategorikan sebagai berikut:

a. 0-1 : Lemah

b. 2-3 : Kuat

19. Perilaku menonton adalah tindakan responden dalam menonton tiga program acara diukur dari pilihan acara, frekuensi menonton, dan durasi menonton.

20. Pilihan acara adalah pilihan program acara yang dipilih khlayak sesuai dengan motivasinya.

a. Dinamika Bogor (Berita seputar Bogor)

b. Sunda Bogor (Dialog mengenai kebudayaan bogor)

c. Gorobog (Lawak sunda)

21. Frekuensi menonton adalah intensitas atau tingkat keseringan responden dalam menonton program acara Megaswara TV (Dinamika Bogor/Sunda Bogor/ Gorobog/ketiganya) dalam satu minggu. Diukur dari tingkat keseringan menonton acara tersebut, dan dikategorikan menjadi:

Program Dinamika Bogor. Program ini ditayangkan setiap hari dari pukul 21.00-21.30 WIB.


(31)

a. Rendah (tidak pernah atau < 3 kali dalam satu minggu) b. Tinggi (3-7 kali dalam satu minggu)

Program Sunda Bogor. Program ini ditayang dua kali dalam seminggu yaitu hari kamis dan minggu pukul 19.30-20.30 WIB

a. Rendah (tidak pernah atau 1 kali dalam seminggu) b. Tinggi (2 kali dalam seminggu)

Program Gorobog. Program ini ditayangkan dua kali dalam seminggu

yaitu hari kamis dan minggu pukul 20.30-21.00 WIB. a. Rendah (tidak pernah atau satu kali dalam seminggu)

b. Tinggi (2 kali dalm seminggu)

22. Durasi menonton adalah total waktu rata-rata yang digunakan responden untuk menonton program acara Megaswara TV (Dinamika Bogor/Sunda Bogor/ Gorobog/ketiganya) dalam sekali penayangan, yaitu:

Program Dinamika Bogor. Program Dinamika Bogor ditayangkan setiap hari dari pukul 21.00-21.30 WIB

a. Rendah (<15 menit)

b. Tinggi (15-30 menit)

Program Sunda Bogor. Program Sunda Bogor ditayang dua kali dalam seminggu yaitu hari kamis dan minggu pukul 19.30-20-30 WIB

a. Rendah (<20 menit)

b. Tinggi (20-60 menit)

Program Gorobog. Program Gorobok ditayangkan dua kali dalam

seminggu yaitu hari kamis dan minggu pukul 20.30-21.00 WIB

a. Rendah (<15 menit)

b. Tinggi (15-30 menit)

23. Penilaian adalah respon responden terhadap tiga program acara Megaswara TV (Dinamika Bogor/Sunda Bogor/Gorobok/ketiganya). Variabel ini terdiri dari beberapa indikator yaitu unsur lokalitas, presenter, kualitas gambar, waktu tayang, manfaat, dan aktualitas.

24. Unsur lokalitas adalah unsur-unsur yang menyangkut tentang nilai-nilai lokal Bogor.


(32)

 

 

22

26. Kualitas gambar adalah kejelasan gambar yang tampil pada program acara yang ditayangkan.

27. Waktu tayang adalah waktu dimana program acara ditayangkan di televisi. 28. Manfaat adalah keuntungan yang diperoleh khalayak dari program acara

yang disajikan.


(33)

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Televisi lokal yang menjadi objek penelitian adalah televisi lokal yang terdapat di Bogor yaitu Megaswara TV. Televisi lokal ini dipilih karena Megaswara TV merupakan televisi lokal satu-satunya yang berada di Bogor dan pihak televisi lokal ini belum pernah melakukan penelitian tentang penilaian khalayak terhadap program acara. Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan kedua lokasi tersebut sebagai daerah penelitian dikarenakan menurut pihak Megaswara TV terdapat banyak masyarakat yang menonton program acara Megaswara TV dan diharapkan kedua daerah tersebut dapat memberikan keanekaragaman data khususnya data pada faktor intrinsik yang menjadi salah satu variabel penelitian. Adanya masyarakat yang menonton Megaswara TV di kedua daerah tersebut diketahui dari banyaknya penelpon dari daerah tersebut dalam memberikan saran dan masukan terhadap program yang disirakan kepada pihak Megaswara TV.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2009 dan dilaksanakan dengan dua tahap. Pertama, dilakukan bersamaan dengan waktu Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Megaswara TV. Kedua, dilakukan dengan penelitian langsung di Kelurahan Bojong Rangkas dan Tegal Gundil.

3.2. Metode dan Langkah Penelitian

Metode penelitian yang dipilih adalah dengan menggunakan metode kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif. Metode kuantitatif dengan menggunakan teknik survei dengan bentuk penelitian deskriptif dan korelasional. Metode penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada banyak orang,


(34)

 

 

24

memperkuat metode kuantitatif sehingga didapatkan suatu pemahaman yang lebih mendalam. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Full enumeration survey, yaitu seluruh populasi dalam satuan rumah tangga di dua RW pada daerah yang dipilih akan diberikan angket sederhana berisi perilaku menonton Megaswara TV khususnya pada tiga program yang telah ditetapkan dan kesediaan untuk menjadi responden. Hal ini dilakukan karena peneliti belum mengetahui profil populasi.

2. Setelah peneliti mendapatkan individu yang memenuhi kedua indikator yang telah ditentukan yaitu menonton Megaswara TV khususnya tiga program (Dinamika Bogor, Sunda Bogor, Gorobog) serta bersedia menjadi responden, maka individu yang memenuhi kedua indikator tersebut akan menjadi frame sampling.

3. Setelah mengetahui responden yang pernah menonton Megaswara TV khususnya tiga program yang telah ditetapkan dan mendapatkan responden yang bersedia, maka dilakukan purposive sampling untuk mendapatkan responden yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian sebanyak 50 persen dari populasi yang memenuhi kedua indikator yang telah ditentukan di RW 01 Kelurahan Bojong Rangkas dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil. 4. Pengisian kuesioner dan wawancara. Pengisian kuesioner penelitian

dilakukan dengan pendampingan secara langsung sehingga memudahkan peneliti untuk lebih memperdalam data dan informasi yang dibutuhkan. Selain itu dilakukan wawancara dengan pihak Megaswara TV untuk mengkaji lebih dalam tentang program acaranya tersebut.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi melalui responden yang dilakukan melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Selain itu dilakukan wawancara mendalam dengan pihak stasiun televisi lokal untuk mengkaji tentang program acara yang ditayangkan oleh Megaswara TV. Data sekunder yang diambil adalah data mengenai profil Megaswara TV dan data-data lain yang menunjang penelitian.


(35)

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisi Data

Hasil pengisian kuesioner akan dikelompokkan dalam bentuk tabel frekuensi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan korelasional. Metode korelasional adalah metode yang digunakan untuk meneliti dua variabel atau lebih sedangkan deskriptif hanya menghimpun data, menyusun secara sistematis, faktual dan cermat (Rakhmat, 2004). Metode deskriptif yang berupa tabel frekuensi digunakan untuk menggambarkan faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik khalayak, motivasi menonton, perilaku menonton, dan penilaian terhadap program acara sedangkan metode korelasi untuk melihat hubungan antara faktor intrinsik dan ekstrinsik dengan motivasi menonton, motivasi menonton dengan perilaku menonton, faktor intrinsik dan ekstrinsik dengan perilaku menonton . Uji statistik yang digunakan yaitu Chi Square dan Korelasi Spearman melalui SPSS 14 for windows.


(36)

BAB IV

GAMBARAN UMUM RESPONDEN DAN MEGASWARA TV

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Bojong Rangkas dan Tegal Gundil

Lokasi pertama yang menjadi daerah penelitian adalah Kelurahan Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 104 hektar di atas permukaan laut. Kelurahan Bojongrangkas terbagi menjadi dua dusun, delapan Rukun Warga (RW) dan 35 Rukun Tetangga (RT) dengan kepadatan penduduk per kilometer adalah 1,85 Jiwa. Batas wilayah Desa adalah sebagai berikut:

1. sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ciampea dan Desa Benteng.

2. sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojongjengkol dan Desa Tegalwaru.

3. sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cicadas. 4. sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibadak.

Lokasi kedua yang menjadi daerah penelitian adalah Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara dengan luas wilayah 198 hektar. Kelurahan ini terdiri dari 17 Rukun Warga (RW) dan 98 Rukun Tetangga (RT) dengan kepadatan penduduk per kilometer adalah 1,85 Jiwa. Batas wilayah kelurahan Tegal Gundil adalah sebagai berikut:

1. sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Cibulul. 2. sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tegallega. 3. sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bantarjati. 4. sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanah Baru.

4.1.1. Karakteristik Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Bojong Rangkas adalah sebanyak 11.270 jiwa terdiri dari dari 5.828 laki-laki dan 5.442 perempuan dengan 2.913 kepala keluarga. Sedangkan jumlah penduduk Kelurahan Tegal Gundil adalah sebanyak 24.532 jiwa yang terdiri dari 12.209 laki-laki dan 12.323 perempuan dengan 6.227 kepala keluarga. Berikut adalah jumlah penduduk Kelurahan Bojong Rangkas dan Tegal Gundil menurut struktur umur:


(37)

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Bojong Rangkas dan Tegal Gundil Menurut Struktur Umur Pada Juli Tahun 2009

No Umur

(tahun)

Jumlah Jiwa

Bojong Rangkas Tegal Gundil

1 0-4 621 1275

2 5-9 768 2510

3 10-14 906 2416

4 15-19 1030 2403

5 20-24 1107

5642

6 25-29 1190

7 30-34 1129 2768

8 35-39 1043 2500

9 40-44 980 2052

10 45-49 909 1653

11 50-54 688 1235

12 55-59 547

1078

13 >60 352

Jumlah 11270 24532

Sumber : Data Kelurahan Juli 2009

Adapun tingkat pendidikan penduduk Desa Bojongrangkas adalah sebagai berikut:

1. Tidak Tamat SD : 48 orang

2. Tamat SD/sederajat : 1050 orang

3. Tamat SMP/sederajat : 384 orang

4. Tamat SMA/sederajat : 1625 orang

5. Tingkat D3/S1/S2/S3 : 361 orang

Adapun tingkat pendidikan penduduk Desa Bojongrangkas adalah sebagai berikut:

1. Tidak Tamat SD : 304 KK

2. Tamat SD- SMP : 1130 KK

3. Tamat SMA keatas : 4793 KK

4.1.2. Gambaran Umum RW

Alasan dipilihnya Kelurahan Bojong Rangkas dan Tegal Gundil pada penelitian ini adalah karena informasi dari pihak Megasawara TV yang menyatakan bahwa masyarakat di kedua daerah ini banyak yang menonton program Megaswara TV di bandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini terbukti dari banyaknya feedback oleh masyarakat dari kedua daerah tersebut berupa


(38)

 

 

28

masukan, saran, kritik kepada pihak Megaswara TV mengenai program yang ditayangkan.

Kelurahan Bojong Rangkas memiliki delapan RW. Pada penelitian ini peneliti memilih RW 02 sebagai populasi penelitian. Pemilihan RW 02 sebagai daerah penelitian dilakukan secara purposive. Jumlah penduduk di RW 02 adalah 1.836 orang dengan 466 kepala keluarga. Sebagian besar penduduk memiliki tingkatan pendidikan sampai tamat SMA, berprofesi di bidang wiraswasta, dan beretnis Sunda.

Kelurahan Tegal Gundil memiliki 17 RW. Pada penelitian ini peneliti memilih RW 17 sebagai populasi penelitian. Pemilihan RW 17 sebagai daerah penelitian dilakukan secara purposive. Jumlah penduduk di RW 17 adalah 3.270 orang dengan 350 kepala keluarga. Sebagian besar penduduk memiliki tingkatan pendidikan sampai tamat SMA keatas, berprofesi sebagai pegawai kantoran, dan beretnis Sunda dan Jawa. Kepemilikan televisi di kedua tempat penelitian tergolong tinggi. Rata-rata dalam satu rumah responden memiliki dua televisi.

4.2. Gambaran Umum Megaswara TV 4.2.1. Sejarah Berdirinya Megaswara TV

Megaswara TV adalah salah satu media informasi yang memiliki sistem yang terintregasi dalam manajemen perusahaannya. Sistem yang sudah dijalankan ini memberikan gambaran akan kekuatan dan eksistensi Megaswara sebagai sebuah media yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang terjadi di masyarakat, keberpihakan pada persoalan masyarakat, serta membina dan memelihara hubungan dengan para mitra kerjanya.

Namun di sisi lain, perkembangan teknologi di era teknologi dan globalisasi serta meningkatnya persaingan dengan para kompetitor di segala bidang khususnya media informasi dan hiburan, menggiring manajemen Megaswara untuk melakukan berbagai inovasi dan kreativitas untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajemen. Peningkatan kinerja ini selalu disesuaikan dan diimbangi dengan daya dukung yang dimiliki oleh Megaswara, khususnya sumber daya manusia, sehingga hal ini akan menyeimbangkan


(39)

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki secara internal perusahaan dengan peluang dan tantangan yang dihadapi di luar perusahaan.

Sebagai salah satu unit usaha dari Universitas Gunadarma, Megaswara selalu berusaha untuk menjadi ujung tombak bagi pengembangan bisnis group usaha. Sebagai langkah awal untuk peningkatan kinerja perusahaan dan manajemen, maka di rancang sebuah pengembangan usaha (Bussiness Development) dalam kerangka explorasi seluruh potensi yang dimiliki oleh Megaswara, yang pada akhirnya akan menghasilkan produk yang optimal dalam pengembangan bisnis di masa depan. Oleh karena itu, lahirlah usaha baru Megaswara yaitu MEGASWARA TV sebuah media informasi elektronik yang merupakan kombinasi antara audio dan video. Sebelumnya Megaswara juga telah mendirikan sebuah radio Megsawara yang sampai sekaranag masih berjalan dan cukup berkembang.

Alasan ekspansi dengan mendirikan MEGASWARA TV ini cukuplah nyata, selain dukungan modal yang kuat, pangsa pasar yang terbuka lebar dan management yang cukup profesional, adalah brand image nama Megaswara sudah sangat melekat di hati warga Bogor dan para pemasang iklan, selain itu dukungan man power Megaswara sudah memiliki pengalam cukup lama di bidang broadcast, dan untuk langkah ke depan para praktisi ini hanya tinggal diberikan ilmu-ilmu lanjutan dalam pengelolaan bisnis televisi, baik dari hardware maupun software.

4.2.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari Megaswara TV adalah membuat, menyusun dan menayangkan program-program informasi positif dan hiburan yang dibutuhkan oleh masyarakat kota dan Kabupaten Bogor dengan mengangkat dan mengedepankan potensi-potensi lokal yang ada, baik budaya maupun masyarakatnya sedangkan untuk misi-misi perusahaan antara lain:

1. Menumbuhkembangkan dan melestarikan seni budaya Jawa Barat pada umumnya dan Bogor pada khususnya;

2. Menayangkan program-program religi yang menyejukkan dengan menampilkan tokoh agamis yang cukup dikenal di Bogor, sehingga program


(40)

 

 

30

ini diharapkan mampu meningkatkan iman masyarakat, memperbaiki moral serta mengurangi imbas negatif dari budaya asing yang dalam era globlalisasi saat ini sangat mudah masuk ke dalam media hiburan baik cetak maupun elektronika;

3. Mempromosikan daerah wisata Bogor yang belum terekspos dan dikenal oleh masyarakat luas, sehingga penayangan promosi di televisi memberikan wacana baru bagi masyarakat untuk menjadi wisatawan, sehingga secara tidak langsung program ini akan membantu PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota dan Kabupaten Bogor;

4. Membantu dan menjadi mitra kerja yang seimbang dengan pemerintah daerah dalam mensosialisasikan kebijakan-kebijakan yang dibuat serta menjadi media promosi yang efektif bagi pelaku bisnis baik lokal maupun nasional; dan

5. Menjadi ujung tombak dalam memberikan informasi dan berita sosial, budaya, ekonomi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di wilayah Bogor secara tajam dan aktual, sesuai dengan kaidah jurnalistik media elektronika.

4.2.3. Lokasi dan Klasifikasi Pengurus Perusahaan

PT CIPTA MEGASWARA TELEVISI terletak di Jl. Suryakencana No. 228-230 Bogor – Jawa Barat. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18 Agustus 2004 dengan izin dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor No 503.45-36/12 Maret 2012. Pengurus perusahaan terdiri dari Komisaris, Direksi/Penangung Jawab dan personalia. Bagian personalia terdiri dari Manajer Marketing yang bertanggung jawab terhadap strategi pemasaran; Manajer Program dan Marketing, bertanggung jawab sebagai programmer acara; Manajer Liputan dan Pemberitaan, bertanggung jawab sebagai wartawan pencari berita;

Pelaksana Produksi bertanggung jawab terhadap jalannya produksi dan editor; dan Marketing Executive.

4.2.4. Motto Televisi Megaswara

Televisi Megaswara sebagai salah satu media, bertekad menyuguhkan informasi dan hiburan terbaik untuk pemirsanya, sehingga dapat menjadi media


(41)

kebanggaan bagi masyarakat luas (khususnya masyarakat Bogor). Beberapa motto yang dimiliki Megaswara TV yaitu: Televisi kebanggaan bogor, beridiologi dan berbudaya sunda, semangat dan tekad yang tinggi, inovatif dan variatif.

4.2.5. Segmentasi

Megaswara TV memiliki program acara yang dapat ditonton baik oleh laki-laki maupun perempuan. Tayangan-tayangannya memiliki segmentasi untuk umur-umur tertentu yang dibagi menjadi kurang dari 15 tahun, 16 sampai 45 tahun, dan lebih dari 45 tahun. Masyarakat yang menonton Megaswara TV dapat berasal dari berbagi kalangan, mulai dari pelajar/mahasiswa, profesional muda, ibu rumah tangga, karyawan, dan wirausaha. Materi siarannya mencakup 70 persen lokal dan 30 persen universal.

4.2.6. Program Acara 4.2.6.1.Inti Program

Penyampaian dan penyajian program siaran seperti informasi pembangunan daerah, potensi wilayah, pariwisata, public service, niaga, dan lain-lain akan dikemas dengan mengedepankan unsur budaya sunda yang sarat dengan muatan dan sentuhan lokal yang dominan serta interaktif sehingga terjalin hubungan emosional yang kuat antara Megaswara TV dan masyarakat Bogor. Dengan konsep tersebut, di harapkan image yang terbentuk di masyarakat Bogor adalah Megaswara TV merupakan TV Urang Bogor sehingga Megaswara TV dapat menjadi aset masyarakat Bogor. Megaswara TV memiliki komposisi program acara yang terdiri dari entertaiment (50%), informasi (37%), religi (9%), sport (2%), dan children (2%). Setiap harinya Megaswara TV mulai menayangkan programnya pukul 15.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB

4.2.6.2.Konsep Program Acara

1. Isi siaran mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukkan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta sedikitnya mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia umumnya dan Jawa Barat khususnya.


(42)

 

 

32

2. Megaswara merupakan televisi yang mempunyai pemirsa multisegmen yang sundanese, juga mengikutsertakan peran serta masyarakat dalam tujuan untuk membangun kekuatan hubungan emosional.

3. Informasi yang dikemas dengan hiburan yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat Bogor raya melalui pendekatan culture.

4. Program acaranya selalu mengutamakan pada muatan muatan lokal.

5. Tidak menayangkan program acara yang khusus kental dengan nuansa mistik.

6. Membatasi program infotainment yang dapat mengganggu privacy dari individu atau kelompok (rasa hormat pada hal pribadi).

7. Membatasi program hiburan, video klip dan pagelaran musik yang mengumbar aurat dan pornografi atau sensualitas, kekerasan, sadisme dan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang.

8. Tidak berkecenderungan berpihak atau membawa pesan pesan tertentu dari pihak manapun yang mempunyai kepentingan atau misi tertentu, terkecuali visi dan misi megaswara televisi sendiri.

9. Program yang ditayangkan tidak bermuatan kekerasan fisik dan cenderung menghina, merendahkan harkat dan martabat orang lain.

10. Bahasa yang menjadi pengantar dalam program acara terkadang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, dengan penggunaan ucapan/kalimat/kata kata/bahasa yang tidak lepas dari aturan norma, etika dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat Indonesia pada umumnya dan Bogor khususnya.

4.2.6.3.Tiga Program Unggulan Megaswara TV

1. Dinamika Bogor

Dinamika Bogor merupakan program acara berita yang menginformasikan segala peristiwa yang terjadi di Bogor. Program ini ditayangkan setiap hari dari pukul 21.00 WIB sampai 21.30 WIB.

2. Gorobog

Gorobog merupakan program lawak sunda yang menampilkan cerita-cerita mengenai kehidupan sehari-ehari masyarakat Bogor dan menyinggung


(43)

sedikit isu-isu yang sedang berkembang di Bogor. Program Gorobog ditayangkan dua kali dalam seminggu yaitu hari Kamis dan Minggu pukul 20.30-21.00 WIB.

3. Sunda Bogor

Sunda Bogor merupkaan program kebudayaan yang menampilkan dialog mengenai kebudayaan Sunda dengan mengundang orang-orang yang ahli dalam bidangnya sesuai dengan tema yang telah ditetapkan setiap episodenya. Program ini ditayang dua kali dalam seminggu yaitu hari Kamis dan Minggu pukul 19.30-20-30 WIB.

4.2.7. Teknis

Untuk membangun image yang baik di mata pemirsa, kualitas audio dan video televisi Megaswara ditunjang dengan peralatan-peralatan yang sesuai, dengan spesifikasi peralatan yang telah mendekati bahkan menyamai sebuah televisi nasional yang profesional. Untuk mengcover masyarakat Bogor yang tersebar baik di Kota dan Kabupaten, televisi Megaswara memiliki power transmiter, antena, serta tower dengan standar broadcast yang memadai, sehingga pancaran Televisi Megaswara dapat diterima dengan baik layaknya Televisi Nasional. Saat ini Megaswara TV sudah dapat diterima di lebih dari 30 area yaitu Cibinong, Bojong Gede, Parung, Cimanggis, Cileungsi, Parungdangdet, Citeureup, Gunung Putri, Semplak, Cileubut, Pasir Laja, Kebon Pedes, Kota Paris, Kampung Anyar, Babakan, Cikeas, Cikoneng, Sirnasari, Ciburial, Dramaga Pasar, Tajur, Ciawi, Gadog, Pakuan, Warung Borong, Cimanggu, Leuwiliang, Cisarua, Caringin, Cigombong, Ciampea, dan Bogor Utara.

4.3. Gambaran Umum Respoden

Jumlah populasi di kedua tempat penelitian adalah 816 kepala keluarga. Setiap kepala keluarga diberikan satu angket yang dapat diisi oleh salah satu dari anggota keluarga mereka, tujuannya untuk mengetahui jumlah populasi yang memenuhi dua indikator sebagai syarat untuk menjadi responden. Kedua indikator tersebut ialah pernah atau tidaknya menonton minimal satu dari tiga program unggulan Megaswara TV dan kesediaannya untuk menjadi responden. Dari 816


(44)

 

 

34

angket yang disebarkan terdapat 173 orang yang menonton salah satu atau ketiga program unggulan Megaswara TV tetapi 52 orang tidak bersedia menjadi responde, sehingga yang memenuhi kedua indikator tersebut berjumlah 124 orang. Dari jumlah tersebut, peneliti memilih 60 orang untuk dijadikan responden pada penelitian ini secara purposive sampling. Beberapa hal lain yang diketahui dari Full Enumeration Survey yaitu:

1. Mengetahui Megaswara TV tetapi tidak pernah menonton programnya: 56 orang.

2. Menonton Megaswara TV tetapi bukan tiga program unggulan (Dinamika Bogor, Sunda Bogor, Gorobog): 44 orang.

Tabel 2. Jumlah Responden Menurut Masing-masing Faktor Intrinsik di Kelurahan Bojong Rangkas RW 01 dan Tegal Gundil RW 17 Tahun 2009

No Faktor Intrinsik Jumlah

(orang)

Persen 1 Jenis Kelamin:

1. Laki-Laki 2. Perempuan 33 27 55.00 45.00 2 Usia:

1. <25 tahun 2. 25-45 tahun 3. >45 tahun

14 36 10 23.33 60.00 16.67 3 Status Pekerjaan:

1. Bekerja 2. Tidak Bekerja 3. Pelajar/Mahasiswa 40 12 8 66.67 20.00 13.33 4 Tingkat Pendidikan:

1. SD 2. SMP 3. SMA 4. D3/S1/S2 3 11 36 10 5.00 18.33 60.00 16.67 5 Etnis: 1. Sunda 2. Jawa 3. Melayu 50 9 1 50.00 15.00 35.00 6 Domisili:

1. Bojong Rangkas 2. Tegal Gundil

30 30

50.00 50.00 7. Kepemilikan Televisi di Rumah:

1. Satu TV 2. > Satu TV

40 20

66.67 33.33


(45)

MEMPENGARUHINYA

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai motivasi menonton dan faktor yang mempengaruhinya. Meilani (2007) menyatakan bahwa motivasi sebagai proses psikologis diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Menurut McQuail (1996) motivasi menggunakan media terdiri dari informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan hiburan. Motivasi ini akan dihubungkan dengan faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, etnis dan domisili sedangkan faktor ekstrinsik terdiri dari keluarga dan teman.

Tabel 3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi informasi dan hiburan dalam menonton Megaswara TV. Motivasi informasi timbul karena keinginan untuk mengetahui informasi dan kejadian-kejadian terbaru yang terdapat di Bogor, baik yang terjadi di kota maupun di Kabupaten Bogor. Sebagian besar responden juga mempunyai motivasi hiburan dalam menonton Megaswara TV. Program acara yang memiliki unsur lokal dari Megaswara TV menjadi hiburan tersendiri bagi responden dalam mengisi waktu luang mereka karena kejenuhan mereka terhadap tayangan televisi swasta nasional. Hal ini membuktikan bahwa Megaswara TV merupakan media lokal yang dimanfaatkan masyarakat Bogor untuk mendapatkan informasi mengenai daerahnya yang memang dibutuhkan oleh masyarakat.


(46)

 

 

36

Tabel 3. Jumlah Responden Menurut Faktor Intrinsik Ekstrinsik dan Motivasi Menonton Megaswara TV di Kelurahan Bojong Rangkas dan Tegal Gundil Tahun 2009

Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Motivasi Informasi Motivasi Identitas Pribadi Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial Motivasi Hiburan Kuat (%) Lemah (%) Kuat (%) Lemah (%) Kuat (%) Lemah (%) Kuat (%) Lemah (%) Jenis Kelamin L

(%) 34 (100) 0 (0) 21 (61.7) 13 (38.24) 27 (79.41) 7 (20.59) 30 (88.23) 4 (11.77) P (%) 25 (95.15) 1 (4.85) 19 (73.08) 7 (26.92) 20 (76.92) 6 (23.08) 24 (92.31) 2 (7.69) Usia (tahun) <25 (%) 14 (100) 0 (0) 11 (78.57) 3 (21.43) 11 (78.57) 3 (21.43) 13 (92.86) 1 (7.14) 25-45 (%) 34 (97.14) 1 (2.86) 23 (65.71) 12 (34.29) 30 (85.71) 5 (14.29) 31 (88.57) 4 (11.43) >45 (%) 11 (100) 0 (0) 6 (54.54) 5 (45.46) 6 (54.54) 5 (45.46) 10 (90.91) 1 (9.09) Pendidikan SD (%) 3 (100) 0 (0) 2 (66.67) 1 (33.33) 3 (100) 0 (0) 3 (100) 0 (0) SMP (%) 12 (100) 0 (0) 8 (66.67) 4 (33.33) 10 (83.33) 2 (16.67) 11 (91.67) 1 (8.33) SMA (%) 36 (100) 0 (0) 26 (86.67) 10 (13.33) 28 (77.78) 8 (22.22) 33 (91.67) 3 (8.33) Kuliah (%) 8 (88.89) 1 (11.11) 4 (44.44) 5 (55.56) 6 (66.67) 3 (33.33) 7 (77.78) 2 (22.22) Status Pekerjaan Bekerja (%) 40 (97.56) 1 (2.44) 25 (60.97) 16 (39.03) 31 (75.61) 10 (24.39) 37 (90.24) 5 (9.76) Pelajar (%) 7 (100) 0 (0) 7 (100) 0 (0) 6 (85.71) 1 (14.29) 7 (100) 0 (0) Tidak Bekerja (%) 12 (100) 0 (0) 8 (66.67) 4 (33.33) 10 (83.33) 2 (16.67) 11 (91.67) 1 (8.33) Etnis Jawa (%) 9 (100) 0 (0) 3 (33.33) 6 (66.67) 6 (66.67) 3 (33.33) 7 (77.78) 2 (22.22) Melayu (%) 1 (100) 0 (0) 1 (100) 0 (0) 1 (100) 0 (0) 1 (100) 0 (0) Sunda (%) 49 (98) 1 (2) 36 (72) 14 (28) 40 (80) 10 (20) 46 (92) 4 (2) Domisili Bojong Rangkas (%) 30 (100) 0 (0) 21 (70) 9 (30) 27 (90) 3 (10) 28 (93.33) 2 (6.67) Tegal Gundil (%) 29 (96.67) 1 (3.33) 19 (63.33) 11 (36.67) 20 (66.67) 10 (33.33) 26 (86.67) 4 (13.33) Keluarga Kuat (%) 13 (100) 0 (0) 13 (100) 0 (0) 13 (100) 0 (0) 13 (100) 0 (0) Lemah (%) 46 (97.87) 1 (2.13) 46 (97.87) 1 (2.13) 13 (27.66) 34 (72.34) 41 (87.23) 6 (12.77) Teman Kuat (%) 7 (100) 0 (0) 6 (85.71) 1 (14.29) 7 (100) 0 (0) 7 (100) 0 (0) Lemah (%) 52 (98.11) 1 (1.89) 34 (64.15) 19 (35.85) 40 (75.47) 13 (24.53) 47 (88.68) 6 (11.32)


(47)

5.1. Hubungan Antara Faktor Intrinsik dengan Motivasi Mencari Informasi dari Menonton Megaswara TV

Tabel 3 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden baik laki-laki dan perempuan, berusia tua dan muda, bekerja, tidak bekerja, pelajar, responden beretnis Sunda maupun luar Sunda, berdomisili di Bojong Rangkas maupun Tegal Gundil memiliki motivasi informasi yang kuat dalam menonton Megaswara TV. Menurut responden, informasi mengenai daerahnya merupakan salah satu kebutuhan yang penting sehingga kebutuhan akan informasi tersebut tidak hanya tertuju pada kategori masyarakat tertentu. Berdasarkan hasil uji chi square yang diperlihatkan pada Tabel 4, tidak ada hubungan yang nyata antara jenis kelamin, etnis, dan domisili dengan motivasi mencari informasi pada Megaswara TV. Berdasarkan uji korelasi spearman juga tidak terdapat hubungan yang nyata antara usia, status pekerjaan, dan etnis dengan motivasi mencari informasi dari Megaswara TV.

Pendidikan ternyata memberikan pengaruh terhadap motivasi mencari informasi dari Megaswara TV. Berdasarkan hasil uji korelasi spearman, terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan dan motivasi mencari informasi dari mononton Megaswara TV. Hubungannya lemah dan tidak searah, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin lemah motivasi informasi dalam menonton Megaswara TV atau sebaliknya. Tabel 3 memperlihatkan sebagian besar responden yang memiliki tingkat pendidikan SD, SMP, SMA mempunyai motivasi mencari informasi kuat dari Megaswara TV tetapi pada tingkat pendidikan kuliah responden yang mulai memiliki motivasi mencari informasi yang lemah. Menurut Rogers (1998), orang yang pendidikan dan intelegensinya tinggi mempunyai banyak informasi. Responden yang berpendidikan tinggi akan mencari berbagai informasi tidak hanya berkaitan dengan daerahnya lewat televisi lokal, tetapi lebih kepada informasi umum dari berbagai media lain seperti internet, majalah, koran, dan lain-lain.


(48)

 

 

38

5.2. Hubungan Antara Faktor Intrinsik dengan Motivasi Mencari Identitas Pribadi dari Menonton Megaswara TV

Motivasi identitas pribadi merupakan motivasi seseorang untuk mendapatkan penunjang nilai-nilai pribadi melalui media tertentu, salah satunya televisi lokal. Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden baik laki-laki dan perempuan, berusia tua dan muda, bekerja, tidak bekerja, pelajar, dan responden yang berpendidikan tinggi maupun rendah serta berdomisili di Bojong Rangkas maupun Tegal Gundil memiliki motivasi identitas pribadi yang kuat dalam menonton Megaswara TV. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dennis McQuail dan Michael Gurevits seperti yang dikutip oleh Blumler (dalam Damayanti, 2004) yang menyatakan bahwa responden yang berusia tua dan berpendidikan rendah menggunakan media terutama untuk mendapatkan identitas pribadi. Dalam penelitian ini setiap responden dari berbagai karakteristik menyatakan bahwa mereka membutuhkan penunjang nilai-nilai pribadi dari televisi lokal. Megaswara TV yang merupakan televisi lokal Bogor sangat kental dengan unsur dan nilai-nilai kebudayaan sehingga menjadi salah satu media dalam mendapatkan dan memperkuat identitas pribadi tersebut.

Berdasarkan hasil uji chi square yang diperlihatkan pada Tabel 4, tidak ada hubungan yang nyata antara jenis kelamin dan domisili dengan motivasi mencari identitas pribadi dari menonton Megaswara TV. Berdasarkan hasil uji korelasi spearman juga tidak terdapat hubungan antara usia, status pekerjaan, dan tingakt pendidikan dengan motivasi mencari identitas pribadi dari menonton Megaswara TV. Tetapi etnis ternyata memberikan pengaruh terhadap motivasi identitas pribadi dalam menonton Megaswara TV. Berdasarkan hasil uji chi square terdapat hubungan yang nyata antara etnis seseorang dengan motivasi mencari identitas pribadi dari menonton Megaswara TV. Tabel 3 memperlihatkan sebagian besar reponden dari etnis Sunda memiliki motivasi identitas pribadi yang kuat dalam menonton Megaswara TV sedangkan sebagian besar responden dari etnis Jawa memiliki motivasi yang lemah. Responden yang beretnis Sunda merasa perlu memperdalam nilai-nilai kebudayaan untuk memperkuat identitas pribadi mereka sebagai orang Sunda salah satunya lewat televisi lokal sedangkan bagi responden


(49)

yang beretnis luar Sunda lebih menggunakan televisi lokal untuk memenuhi mencari informasi dan hiburan.

5.3. Hubungan Antara Faktor Intrinsik dengan Motivasi Mencari Integrasi dan Interaksi Sosial dari Menonton Megaswara TV

Motivasi integrasi dan interaksi sosial merupakan kebutuhan manusia untuk menjalin interaksi dan mengetahui keadaan orang lain disekitarnya. Tabel 3 memperlihatkan sebagian besar responden baik laki-laki dan perempuan, berusia muda dan tua, reponden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi maupun rendah, bekerja, tidak bekerja, pelajar serta responden yang beretnis Sunda maupun luar Sunda memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial yang kuat dalam menonton Megaswara TV. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dennis McQuail dan Michael Gurevits seperti yang dikutip oleh Blumler (dalam Damayanti, 2004) yang menyatakan bahwa responden laki-laki, berusia tua dan berpendidikan tinggi menggunakan media terutama untuk mendapatkan integrasi dan interaksi sosial.

Menurut responden dari semua latar belakang yang berbeda, mereka lebih tertarik mengetahui kondisi lingkungan terdekat mereka dibandingkan dengan kondisi lingkungan yang jauh dari mereka. Mengetahui bahwa keadaan orang lain dan lingkungan daerah mereka dalam kondisi baik akan menjadi ketenangan tersendiri bagi responden. Mereka juga menganggap Megaswara TV merupakan media yang sangat efektif dalam menyampaikan informasi mengenai keadaan orang lain dan lingkungan disekitar Bogor karena sifatnya yang audiovisual sehingga responden dapat melihat secara visual terkait kondisi orang lain dan lingkungan sekitar mereka.

Berdasarkan uji korelasi spearman, tidak terdapat hubungan yang nyata antara usia, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan, dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial dari menonton Megasawara TV. Berdasarkan hasil uji chi square tidak ada hubungan yang nyata antara jenis kelamin dan etnis dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial dari menonton Megasawara TV, tetapi faktor domisili memiliki hubungan. Responden yang berdomisili di Bojong Rangkas lebih banyak memiliki motivasi integrasi dan interaksi sosial. Hal ini


(50)

 

 

40

mengidentifikasikan bahwa masyarakat yang bertempat tinggal di daerah yang jauh dari perkotaan masih memiliki sifat kepedulian yang tinggi terhadap orang lain dan lingkungan sekitar, salah satunya lewat media televisi lokal. Menurut responden yang berdomisili di Bojong Rangkas, interaksi antar anggota keluarga masih terjalin sangat erat sehingga informasi yang ada pada Megaswara TV juga dimanfaatkan sebagi bahan untuk berinteraksi dengan anggota keluarga mereka.

5.4. Hubungan Antara Faktor Intrinsik dengan Motivasi Mencari Hiburan dari Menonton Megaswara TV

Setiap manusia di dunia ini pada dasarnya membutuhkan hiburan untuk menghilangkan kejenuhan dari aktivitas yang telah dilakukan sehari-hari. Televisi lokal pun dapat dijadikan salah satu media untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tabel 3 memperlihatkan sebagian besar responden dari semua fakror intrinsik memiliki motivasi mencari hiburan yang kuat dari menonton Megasawara TV. Hal ini juga didukung oleh hasil uji chi square ternyata tidak ada hubungan antara jenis kelamin, etnis, dan domisili dengan motivasi hiburan dalam menonton Megaswara TV. Berdasarkan uji korelasi spearman juga tidak terdapat hubungan yang nyata antara usia, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan dengan dengan motivasi hiburan dalam menonton Megaswara TV.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dennis McQuail dan Michael Gurevits seperti yang dikutip oleh Blumler (dalam Damayanti, 2004) yang menyatakan bahwa responden wanita dan responden yang berpendidikan rendah menggunakan media terutama untuk mendapatkan hiburan. Menurut responden, hiburan merupakan kebutuhan semua responden tidak hanya bagi wanita saja. Program-program yang bernuansa lokal menjadi daya tarik tersendiri dan dapat menghibur karena sifat dari kelokalannya tersebut.

5.5. Hubungan Antara Faktor Ekstrinsik dengan Motivasi Menonton Megaswara TV

Tabel 3 memperlihatkan sebagain besar responden ternyata memiliki pengaruh keluarga dan teman yang lemah dalam menonton Megaswara TV, tetapi mereka tetap memiliki motivasi yang kuat dari menonton Megaswara TV.


(51)

Berdasarkan hasil uji korelasi spearman pada Tabel 4, tidak ada hubungan yang nyata antara faktor ekstrinsik dengan motivasi menonton informasi, identitas pribadi dan hiburan dalam menonton Megaswara TV. Menurut responden, baik keluarga dan teman yang mendukung atau tidak mendukung, keinginan menonton Megaswara TV tetap pada keputusan responden itu sendiri.

Lain hal nya dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial. Berdasarkan hasil uji korelasi spearman, ada hubungan yang nyata antara faktor ekstrinsik keluarga dengan motivasi integrasi dan interaksi sosial dalam menonton Megaswara TV. Hubungannya lemah dan searah. Artinya, semakin kuat pengaruh keluarga dalam menonton Megaswara TV maka semakin kuat pula motivasi integrasi dan interaksi sosial seseorang dalam menonton Megaswara TV. Menurut responden, keluarga merupakan lingkungan terdekat mereka mengajarkan untuk peduli terhadap orang-orang dan lingkungan di sekitar mereka lewat Megaswara TV dan program Megaswara TV tersebut dapat dijadikan bahan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya.

Tabel 4. Nilai Uji Chi Square dan Korelasi Spearman Hubungan Antara Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik dengan Motivasi Menonton Megaswara TV di Kelurahan Bojong Rangkas RW 01 dan Tegal Gundil RW 17 Tahun 2009

Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik

Motivasi Menonton Megaswara TV Motivasi Informasi Motivasi Identitas

Pribadi

Motivasi Integrasi dan Interaksi Sosial

Motivasi Hiburan

Jenis Kelamin 0.249 0.357 0.820 0.602

Usia 0.923 0.208 0.219 0.837

Tingkat Pendidikan 0.094* -0.218**

0.427 0.235 0.278

Status Pekerjaan 0.501 0.175 0.460 0.414

Etnis 0.903 0.061* 0.583 0.401

Domisili 0.313 0.584 0.028* 0.389

Keluarga 0.603 0.828 0.032*

0.277**

0.180

Teman 0.719 0.263 0.143 0.356 Keterangan:

* : Berhubungan nyata pada α= 10% ** : Nilai Korelasi Spearman


(1)

jelas dan membuat penonton mudah dalam memahami isi berita.

3. Berita yang disampaikan

mewakili kejadian-kejadian yang sedang hangat

dibicarakan ditengah-tengah masyarakat dan bukan merupakan berita yang sebelumnya sudah pernah disampaikan.

4. Properti yang ditampilkan

di studio menarik dan teknik pengambilan gambarnya baik.

5. Berita/ informasi yang

disampaikan memberikan manfaat.

6. Waktu Penayangan

(pkl.21.00), Total (30menit), dan Frekunsi penayangan (setiap hari) sudah tepat.

Jika jawaba anda no,6 adalah STS/ TS/ KS maka isilah pertanyaan berikut ini: 1.Waktu penayangan yang tepat menurut anda: ... Alasannya:... 2.Total waktu penayangan yang tepat menurut anda (dalam menit):... Alasannya:... 3.Frekuensi penayangan yang tepat menurut anda (dalam satu minggu):... Alasannya:... 4.Saran anda terhadap program Dinamika Bogor:...

... • Program Sunda Bogor

No Pernyataan Penilaian Sangat

Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Kurang Setuju (KS) Setuju Sangat Setuju

1. Topik yang diangkat

merupakan topik yang benar-benar berhubungan dengan kebudyaan Sunda.

2. Presenter membawakan

acara dengan menarik sehingga membuat suasana menjadi hidup.


(2)

 

 

84

3. Topik yang disampaikan

merupakan topik yang menarik dan bukan merupakan berita yang sebelumnya sudah pernah disampaikan.

4. Properti yang ditampilkan

di studio menarik dan teknik pengambilan gambarnya baik.

5. Topik/ informasi yang

disampaikan memberikan manfaat.

6. Waktu Penayangan (pkl.

19.30 WIB), Total (60 menit), dan Frekunsi penayangan (dua kali dalam seminggu yaitu hari kamis dan minggu) sudah tepat.

Jika jawaban anda no,6 adalah STS/ TS/ KS maka isilah pertanyaan berikut ini: 1.Waktu penayangan yang tepat menurut anda: ... Alasannya:... 2.Total waktu penayangan yang tepat menurut anda (dalam menit):... Alasannya:... 3.Frekuensi penayangan yang tepat menurut anda (dalam satu minggu):... Alasannya:... 4.Saran anda terhadap program Sunda bogor:...

... • Program Gorobog

No Pernyataan Penilaian Sangat

Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Kurang Setuju (KS) Setuju Sangat Setuju

1. Cerita yang diangkat

merupakan berita tentang kehidupan masyarakat Bogor yang sedang bekembang.

2. Pemain memerankan

tokohnya dengan menarik dan menghibur.

3. Cerita yang ditampilkan

merupakan cerita yang belum pernah ditampilkan sebelumnya (diulang).


(3)

4. Properti yang ditampilkan di studio menarik dan teknik pengambilan gambarnya baik.

5. Cerita yang disampaikan

dapat ditarik pelajarannya.

6. Waktu Penayangan

(20.30-21.00WIB), Total (30 menit), dan Frekunsi penayangan (dua kali dalam seminggu, yaitu hari kamis dan minggu) sudah tepat.

Jika jawaba anda no,6 adalah STS/ TS/ KS maka isilah pertanyaan berikut ini: 1.Waktu penayangan yang tepat menurut anda: ... Alasannya:... 2.Total waktu penayangan yang tepat menurut anda (dalam menit):... Alasannya:... 3.Frekuensi penayangan yang tepat menurut nada (dalam satu minggu):... Alasannya:... 4.Saran anda terhadap program Gorobok:... ...


(4)

 

 

86

Peta Sebaran Daerah Penerima Chanel Megaswara TV Tahun 2008  

 

   


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal DELI TV (DTV) Medan (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Terhadap Televisi Lokal Deli TV (DTV) Medan)

5 51 141

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi di Trans TV Terhadap Perilaku Pemilihan Produk Makanan (Studi Pada Ibu-Ibu Rumah Tangga RW 05 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing kota Malang

0 8 2

PEMAKNAAN AUDIENS TENTANG REALITY SHOW 86 DI NET. TV (Studi Resepsi Pada Warga RW 02 di Kelurahan Mulyorejo Kecamatan Sukun Kota Malang)

3 21 22

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 25-55 Tahun di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap Kanker Serviks dan Faktor yang Berhubungan

1 20 68

Pendidikan Agama Islam Dalam Majelis Taklim Kaum I bu RW 01 Kelurahan Tegal Parang Jakarta selatan

0 5 60

Persepsi Petani Terhadap Siaran Pertanian DiRadio Fiska Fm Bogor : (Kasus Petani di Desa Sukamulya Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

0 3 73

Analisis Pengelolaan Sampah rumah tangga Di Kelurahan Kayumanis Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

0 6 148

Hubungan pendidikan akhlak dalam keluarga dengan kepribadian remaja di RW 08 Kelurahan Kedaung Kecamatan Sawangan Kota Depok

13 51 124

Sistem Informasi Adminstrasi Kependudukan Desa (SITRAPENDE) RW 12 Kelurahan Sukapada Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung

0 12 1