dapat disimpulkan bahwa tanah bekas penambangan yang akan direklamasi adalah tanah yang tidak sehat untuk budidaya tanaman padi dan membutuhkan
teknologi perbaikan melalui penerapan teknologi bahan pembenah tanah dan bahan-bahan organik. Simanungkalit et al 2006 menyatakan bahwa salah satu
penyebab menurunnya produktivitas lahan pertanian terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah, yaitu 2, dimana untuk
memperoleh produk-tivitas optimal dibutuhkan C-organik 2,5. Sedangkan Simarmata dan Joy 2012 menyatakan bahwa berdasarkan indikator kesehatan
tanah, maka lahan sawah dengan kadar C-organik 1,5 termasuk kategori sakit berat degradasi berat, 1,5 – 2 sakit dan lahan sawah sehat memiliki
kandungan C-organik 3 – 5 . Melihat data pengamatan C-organik tanah setelah umur panen 120 hari
lampiran 26 telah terjadi peningkatan kandungan C-Organik tanah, bahkan pada taraf dosis D
3
30 t.ha
-1
meningkat hingga 75 . Namun bila melihat salah satu indikator kesehatan tanah berdasarkan kandungan C-organiknya, maka lahan
yang telah direklamasi tersebut masih masuk kategori lahan sakit dan membutuhkan aplikasi bahan organik lanjutan pada budidaya berikutnya.
1. Pengaruh Penimbunan Bahan Tanah Mineral Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aplikasi penimbunan bahan tanah mineral T berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah
anakan, dan produksi per plot saat panen. Pada parameter pengamatan luas daun, berat kering tanaman, LTR, LAB dan jumlah anakan produktif tidak
46
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh nyata, namun aplikasi penimbunan bahan tanah mineral subsoil cenderung memberikan hasil yang lebih rendah.
Aplikasi penimbunan bahan tanah mineral insitu pada akhir pengamatan 8 MST pada parameter tinggi tanaman memiliki tinggi sebesar 102,83 cm dan
penimbunan bahan tanah mineral subsoil sebesar 97,94 cm, sehingga aplikasi penimbunan bahan tanah mineral subsoil memiliki tinggi tanaman lebih kecil
yaitu 4,99. Aplikasi penimbunan bahan tanah mineral subsoil juga menurunkan luas daun sebesar 15,09, menurunkan jumlah anakan sebesar 8,49,
menurunkan jumlah anakan produktif sebesar 7,51, bobot kering tanaman sebesar 5,69. LTR sebesar 2,4 dan produksi per plot sebesar 4,67 .
Dalam melakukan reklamasi lahan bekas penambangan dibutuhkan
aplikasi penimbunan bahan tanah mineral untuk mengembalikan lapisan tanah atas top soil yang telah hilang dan rusak. Tanah bagi tanaman merupakan
tempat terjadinya proses konversi hara yang terikat dalam senyawa organik maupun anorganik menjadi hara tersedia atau yang dapat diserap oleh tanaman.
Konsenkuensinya, kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada kualitas, kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati.
Dari parameter pengamatan produksi per plot, tinggi tanaman dan jumlah anakan diketahui bahwa penimbunan bahan tanah mineral subsoil nyata
memberikan hasil yang lebih rendah dibanding dengan penimbunan bahan tanah mineral insitu. Hal ini diduga karena pada aplikasi penimbunan bahan tanah
mineral subsoil, tanaman padi mengalami keracunan besi fero. Tingginya kadar
47
Universitas Sumatera Utara
besi fero yang meracunin tanaman merupakan dampak negatif dari penggenangan dan rendahnya kualitas tanah timbunan subsoil yang digunakan. Hartatik et al
2007 menyebutkan bahwa salah satu dampak negatif yang merugikan pertumbuhan tanaman padi akibat penggenangan adalah peningkatan kelarutan
besi fero, selain itu status kesuburan tanah yang rendah juga menyebabkan tanaman menyerap secara langsung besi fero lebih banyak. Prasetyo 2007 juga
menyebutkan bahwa bahan tanah mineral subsoil yang berwarna kemerahan hingga merah memiliki kandungan oksida Fe dan Al yang tinggi. Efisiensi
pemupukan pada tanah jenis ini sangat rendah, karena terdapatnya unsur-unsur tanah yang mempunyai daya fiksasi tinggi sehingga pupuk yang diberikan
menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Oleh karenanya, penimbunan bahan tanah mineral subsoil yang status
kesuburannya rendah dan digenangi air selama proses penyawahan menyebabkan tanaman keracunan besi. Keracunan besi menyebabkan pertumbuhan tanaman
kerdil, anakan terbatas dan daun menyempit, perakaran jarang dan pendek. Selain itu penyerapan hara juga terhambat akibat perakaran yang tidak berkembang
karena diselimuti besi oksida Ismunadji dan Sabe, 1988. Hal ini sangat mempengaruhi komponen produksi tanaman, sehingga dapat mempengaruhi
produksi tanaman padi sawah pada saat panen. Penggunaan bahan tanah mineral subsoil yang tidak merusak ekosistem
setempat dan tersedia banyak merupakan hal penting dalam mendasari penggunaannya. Pengaturan tata air irigasi yang baik dan adanya input bahan
organik akan mermperbaiki kualitas tanah sawah setelah penimbunan dan
48
Universitas Sumatera Utara
menekan pengaruh negatif dari penggenangan. Dengan melihat data hasil produksi per plot Lampirann 25, tanaman masih berproduksi pada lahan yang
menggunakan bahan tanah mineral subsoil walaupun hasilnya masih dibawah produksi rata-rata nasional ± 4,6 t.ha
-1
. Hal ini karena pengaruh negatif keracunan besi ferro pada tanaman telah dapat diminimalisir. Sistem pengairan
terputus intermitten irrigation juga dapat mereduksi fe
2+
dan Mn
2+
yang meracunin tanaman Nursyamsi dan Suryadi, 2000. Sedangkan setyorini et al
2007 menyebutkan bahwa salah satu peranan penting bahan organik pada tanah ialah kemampuan bereaksi dengan ion logam untuk membentuk senyawa
kompleks. Dengan demikian ion logam yang bersifat meracuni tanaman serta merugikan penyediaan hara tanah Al, Fe dan Mn dapat diperkecil dengan
adanya khelat dengan bahan organik.
2. Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi