BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan mengenai Perjanjian joint venture bersumber kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
dan ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian secara umum yang diatur dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata
KUHPerdata. UUPM mengatur beberapa hal yang menjadi landasan sebuah perjanjian antara pihak asing dengan pihak lokal,
diantaranya berkaitan dengan: a. Bentuk badan usaha dan kedudukan;
b. Ketanagakerjaan;
c. Bidang usaha; d. Hak, kewajiban dan Tanggungjawab Penanaman Modal;
e. Pengesahaan dan perizinan Perusahaan; f. Penyelesaian sengketa;
2. Dalam membuat joint venture agreement, aspek hukum perjanjian harus sangat diperhatikan dan para pihak harus berhati-hati dalam
penyusunan joint venture agreement, agar celah-celah kekosongan hukum dalam joint venture agreement dapat dihindari sehingga tidak
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan suatu permasalahan di kemudian hari.Begitu juga mengenai faktor bahasa yang digunakan dalam perjanjian joint
venture yang menggunakan bahasa asing yang biasanya menggunakan bahasa Inggris sehingga dapat menimbulkan suatu
permasalahan dan kerugian bagi pihak penanam modal nasional dalam merancang joint venture agreement karena tidak semua
penanam modal nasional memiliki kompetensi dalam merancang perjanjian dalam bahasa asing. Berikut ini adalah permasalahan
kontraktual yang dapat terjadi dalam joint venture agreement yaitu: a. Pasal kontribusi para pihak terhadap perusahaan joint venture
b. Penambahan pemodalan perusahaan\ c. Pasal anggaran dasar perusahaan
d. Penarikan diri salah satu pihak dari perjanjian e. Berakhirnya joint venture
f. Pengalihan saham g. Pilihan hukum
3. Dalam penyelesaian sengketa berkenaan dengan penanaman modal asing di Indoneisa terdapat kecenderungan bahwa pilihan forum
penyelesaian sengketa yang disepakati dan dipilih adalah arbitrase, karena cara penyelesaian sengketa melalui pengadilan kurang
dirasakan fair dan kurang dipercaya oleh investor. Para investor cenderung menganggap cara penyelesaian sengketa melalui
pengadilan tidak efektif dan tidak efisien sehingga menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
ketidakpuasan. Oleh karena itu, penyelesaian melalui arbitrase lebih diminati oleh para penanam modal karena dirasakan lebih praktis,
cepat, dan murah. Di samping itu, arbitrase juga memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh peradilan umum.
A.2 Saran
1. Pemerintah sudah sepantasnya untuk membenahi sistem hukum, menerapkan penegakan yang ramah bagi investasi dan perdagangan
serta menciptakan suatu kepastian hukum di Republik Indonesia ini agar para investor asing mau datang dan menanamkan modalnya di
Indonesia. 2. Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian joint venture
harus dibuat dengan jelas dan teliti agar tidak menimbulkan suatu permasalahan di antara para pihak di kemudian hari.
3. Dalam praktik ternyata pelaksanaan joint venture agreement tesebut seringkali tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, munculnya
suatu sengketa acapkali sukar untuk dihindarkan. Untuk itu, diharapkan agar para pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut,
sejak awal telah menyiapkan sejumlah persyaratan dalam kontrak yang akan ditandatangani.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM PENANAMAN MODAL MENURUT
UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL
A. Sejarah Penanaman modal di Indonesia A.1 Masa Orde Lama