Masa Pemerintahan Kolonial Belanda

14

BAB II KAUM BANGSAWAN MELAYU LANGKAT

2.1 Masa Pemerintahan Kolonial Belanda

Kesultanan Langkat merupakan salah satu Kesultanan Melayu terbesar yang ada di Sumatera Timur. Berdirinya Kesultanan Langkat berawal dari abad ke-16. Akan tetapi eksistensiKesultanan Langkat dan adanya pemimpin yang disebut sultan baru ada sejak tahun 1840. Ketika itu, pengertian sultan tidak hanya sebagai pemimpin pemerintahan dan ulil amri, tetapi juga sebagai pemimpin adat. 16 Pada masa kepemimpinan Sultan Musa, kehidupan bangsawan di Kesultanan Langkat masih sederhana. Istana yang terletak di Kota Pati Tanjung Pura sekarang masih berbentuk rumah panggung berbahan dasar kayu papan. Istananya berhadapan dengan Sungai Batang Durian yang terletak di belakang Mesjid Azizi. 17 Sebelah utara dan selatan : berbatasan dengan Afdeeling Simalungun dan Tanah Karo. Pada masa itu wilayah Kesultanan Langkat berada di antara Kesultanan Deli dan Tamiang dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah timur : berbatasan dengan Landschap Deli dan Serdang Sebelah barat : berbatasan dengan Keresidenan Aceh 18 16 Budi Agustono. “Kehidupan Bangsawan Serdang 1887-1946”, dalam TesisS2 belum diterbitkan. Yogyakarta : Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 1993, hlm. 30. 17 Zainal ArifinAka, Riwayat Tengku Amir Hamzah : Cinta Tergadai, Kasih Tak Sampai, Langkat : Dewan Kesenian Langkat, 2002, hlm. 5. 18 Lihat Lampiran I Universitas Sumatera Utara 15 Kontak pertama antara Kesultanan Langkat dengan Kolonialisme Belanda dimulai ketika Sultan Musa berkuasa, yaitu setelah ditandatangani traktaat Siak. 19 Pada bulan Februari 1862 Sultan Musa secara terang-terangan datang ke Siak untuk meminta bantuan Belanda mengamankan wilayahnya dari pemberontakan-pemberontakan yang sering terjadi di wilayahnya, serta ancaman dari Aceh. Oleh sebab itu, tidak mengherankan ketika E. Netscher melakukan ekspedisi pertamanya ke Sumatera Timur dalam rangka mengikat kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur di bawah kekuasaan Belanda, di Langkat Netscher tidak mendapat hambatan apapun. 20 Penaklukkan raja-raja Sumatera Timur itu oleh Netscher bersamaan dengan mulai berkembangnya usaha onderneming yang dipelopori Nienhuys. Artinya, terjeratnya sultan- sultan Melayu di dalam kekuasaan kolonial, semakin mempermudah kaumplanters untuk memperoleh tanah perkebunan itu. 21 Sama seperti wilayah Kesultanan Melayu Sumatera Timur lainnya, usaha perkebunan ternyata memberi keuntungan bagi pihak kesultanan. Anggapan bahwa sultan sebagai 19 Traktaat Siak adalah perjanjian antara Belanda dengan Siak yang ditandatangani pada tanggal 1 Februari 1858. Salah satu isinya adalah Siak mengakui kedaulatan Belanda dan termasuk kerajaan-kerajaan yang ada di pantai timur Sumatera, seperti Deli, Serdang, Langkat, Asahan, dan Tamiang. 20 Ekspedisi pertama dilakukan pada awal Agustus 1862. Ketika itu, Serdang dan Deli tidak mau langsung menandatangani surat perjanjian dengan Belanda itu karena mereka tidak mau tunduk di bawah kekuasaan Siak. AkhirnyaPemerintah Kolonial Belanda memenuhi permintaan mereka dengan menyingkirkan kalimat yang mengakui kedaulatan Siak, dan sepenuhnya mengakui kedaulatan Belanda. Akan tetapi ekspedisi pertama ini mengalami hambatan karena meskipun mereka sudah mengakui tetapi dalam prakteknya raja-raja ini masih membangkang terhadap Belanda. 21 Langkat termasuk menjadi salah satu incaran kaum planters dalam rangka memperluas wilayah onderneming. Kemudian usaha onderneming di Langkat baru dimulai sekitar tahun 1871. Pada tahun 1872 di wilayah Deli sudah terdapat sekitar 13 onderneming sedangkan di Serdang dan Langkat terdapat 1 onderneming.Lihat, Mohammad Said, Kuli Kontrak Tempo Dulu : Dengan Derita dan Kemarahannya, Medan : Percetakan Waspada, 1977, hlm. 44. Universitas Sumatera Utara 16 pemilik tanah menyebabkan para pengusaha hanya berhubungan dengan sultan bila membutuhkan tanah perkebunan. Untuk mendapatkan konsesi tanah perkebunan itu, para pengusaha membayar uang sewa tanah pertahun kepada sultan sebagai ganti rugi. 22 Tanah yang subur dan hasil yang menguntungkan membuat investor asing berlomba- lomba mendirikan perkebunan disana. Sampai tahun 1875 sudah terdapat tujuhonderneming di wilayah Langkat. 23 Menurut kaum planters mendapatkan konsesi-konsesi tanah dengan syarat-syarat yang paling menguntungkan, dan menjalankan “uang pelicin” dan sistem sogok serta persenan-persenan kepada elite Melayu jauh lebih murah dibandingkan membayar pajak kepada pemerintah Kolonial Belanda. Untuk gubernemen, sultan-sultan ini bukan saja menjadi dalih bagi kehadiran kekuasaannya, tetapi juga menjadi alat perantara yang murah untuk menertibkan struktur sosial yang sangat kompleks dan bersifat otonomi sendiri-sendiri dari suku-suku Batak. Selain itu, sultan-sultan ini dapat dijadikan tameng untuk menutupi tindakan-tindakan gubernemen yang tidak menyenangkan rakyat. Semakin tinggi keuntungan dari hasil perkebunan-perkebunan ini, maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh oleh Sultan Langkat. 24 Meskipun begitu, kekuasaan Kolonial Belanda dengan sistem ekonomi perkebunannya telah meningkatkan prestise dan kesejahteraan mereka sebagai golongan bangsawan. 25 22 Anthony Reid,Perjuangan Rakyat : Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera Timur, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. 1987, hlm. 87-88. 23 Said, op.cit., hlm. 45. 24 Reid, loc.cit. 25 Suprayitno,Mencoba Lagi Menjadi Indonesia, Yogyakarta : Yayasan Untuk Indonesia, 2001, hlm. 21. Universitas Sumatera Utara 17 Dari hasil kerjasama antara kaum planters dan Sultan Musa dalam konsesi onderneming, Sultan Musa mampu membangun istana Darul Aman 1880 26 Setelah Sultan Musa sudah tidak berkuasa lagi 1892, kekuasaan diwariskan kepada anaknya, Tengku Abdul Azis. Di masa kepemimpinan Tengku Abdul Azis, Kesultanan Langkat semakin berjaya. Hal ini disebabkan produksi minyak di Pangkalan Brandan yang cukup megah menurut ukuran masa itu. Istana itu letaknya agak ke kota yaitu di sekitar Jalan Istana Jalan Amir Hamzah sekarang. Selain itu sultan mampu memiliki barang-barang mewah yang terpajang di dalam ruangan istana. Meskipun terdapat campur tangan politik Pemerintahan Kolonial Belanda di dalam unsur pemerintahan kesultanan, tetapi Belanda masih memberikan keleluasaan terhadap sultan agar kekuasaan pemerintahan Kesultanan Langkat berjalan sesuai dengat adat yang berlaku selama ini. Dalam menjalankan pemerintahan di Kesultanan Langkat, sultan masih tetap mempercayai keluarga dan kerabat dekatnya yang memiliki potensi dan dapat dipercaya untuk menjalankan tugas tersebut. Misalnya, anak-laki-laki Sultan Musa yang bernama Tengku Sulong yang diangkat menjadi wakil luhak Langkat Hulu 1884-1896, dan Tengku Hamzah yang diangkat menjadi pangeran Langkat Hilir 1887-1899. Selain itu, sultan juga merekomendasi golongan bangsawan untuk menduduki jabatan di kerapatan pengadilan kesultanan dan perusahaan perkebunan asing. Dengan demikian sudah dapat dipastikan orang-orang yang memiliki jabatan tinggi dalam tatanan birokrasi pemerintahan kesultanan adalah golongan bangsawan. 26 Lihat lampiran II. Universitas Sumatera Utara 18 memperoleh hasil yang cukup memuaskan. 27 Dari hasil produksi itu, sultan mendapat royalty hingga tahun 1936 yaitu 1 sen per 1 liter untuk Kesultanan Langkat dan 1 sen untuk pribadi Sultan Langkat konsesi kilang minyak N.I.A.M. dan Teluk Haru, dan royalty 0,5 sen per liter untuk pribadi sultan dan 0,5 sen per liter untuk para pembesar kerajaan Datuk Lepan dan Datuk Besitang. 28 Maka tidak heran dari royalty itu sultan juga kembali membangun Istana Darussalam dan mampu memiliki kapal tanker bernama SS Sultan van Langkat 1897. 29 Di samping itu, usaha-usaha perkebunan karet sebagai salah satu mata pencaharian sebagian rakyat Langkat, juga berdampak pada pendapatan sultan. Menurut Tengku Rahil, 30 27 Izin konsesi untuk mengusahakan sumber minyak di Pangkalan Brandan diberikan oleh Sultan Musa kepada Aeilko J. Zijlker pada tanggal 8 Agustus 1883. Perusahaan minyak pertama yang didirikan adalah de Koninklijke pada tahun 1890. Perusahaan minyak itu mulai berproduksi sejak Maret 1892. 28 Tuanku Luckman Sinar,Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur,Tanpa Kota Terbit : Tanpa Penerbit, Tanpa Tahun Terbit, hlm. 244. 29 Djohar Arifin Husin. Sejarah Kesultanan Langkat. Medan: Yayasan Bangun Langkat Sejahtera, 2013, hlm. 73. Untuk mengetahui bangunan Istana Darussalam lihat lampiran III. 30 Wawancara, dengan Tengku Rahil, Tanjung Pura, 28 Mei 2014. bahwa selain kaum planters yang memiliki perkebunan karet, rakyat Langkat ketika itu juga ada yang menanam karet sebagai milik pribadi. Biasanya hasil getah karet itu mereka jual ke pengepul atau jual langsung ke Malaysia.Kemudian Pemerintah Belanda melalui Sultan Langkat melarang rakyat Langkat menjual karet ini langsung ke Malaysia karena produksi akan tersaingi yang dapat menyebabkan harga karet rendah. Sebagai imbalannya Pemerintah Kolonial menggantikannya dengan imbalan berupa kupon sebagai ganti uang.Usaha ini ternyata berhasil. Dari usahanya itu, sultan juga mendapat bonus. Beragam pendapatan yang Universitas Sumatera Utara 19 diperoleh mengakibatkan sultan mampu membangun Mesjid Azizi yang cukup megah dan Makhtab Jamiyatul Mahmudiyah. Hal ini menunjukkan tidak hanya sultan yang kaya tetapi rakyatnya pun juga memperoleh kesejahteraan. Bagi rakyat yang tidak mampu, mereka akan mendapatkan satu kaleng minyak secara gratis dari sultan. Hubungan sultan dengan Belanda serta kedudukannya sebagai seorang bangsawan membuka perubahan terhadap pola hidup bangsawan dan anak-anaknya yang tidak hanya dihormati oleh rakyat, tetapi mendapatkan perlakuan istimewa dari Kolonial Belanda. Ketika itu, anak-anak bangsawan diberi kesempatan bersekolah di sekolah berbahasa Belanda atau Hollandsch Inlandsche School HIS. Biasanya hanya kaum ambtenaar Belanda dan golongan bangsawan serta pengusaha kaya yang mampu menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut.Setelah tamat, anak-anak bangsawan itu diizinkan untuk memperoleh pendidikan tahap selanjutnya. Bagi anak-anak sultan yang ingin melanjutkan sekolah ke Jawa atau luar negeri, mereka akan mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Kolonial Belanda. 31 Dalam kehidupan sosial golongan bangsawan, di Tanjung Pura terdapat gedung bangsawan club. Gedung ini terletak di sekitar stasiun kereta api Tanjung Pura.Gedung ini didirikan khusus untuk tempat berkumpulnya para anak-anak bangsawan. Di sini mereka Bagi anak-anak bangsawan yang tidak melanjutkan pendidikannya, maka mereka bisa menjadi pegawai di kantor pemerintahan Belanda. 31 Menurut penuturan Tengku Mochtar Azis, pada tahun 1934 beliau dikirim ayahnya untuk melanjutkan pendidikan di Mekkah. Menurut beliau, biaya pendidikannya tidak diberikan oleh ayahnya melainkan dari Pemerintah Kolonial Belanda. Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Mochtar Azis, Medan, 22 Juli 1983. Universitas Sumatera Utara 20 biasanya melakukan permainan olahraga seperti bulu tangkis, catur, bola sodok bilyard, dan sebagainya. 32 “Setiap Hari Raya Idul Fitri, ayah patik dipanggil oleh Sultan Abdul Azis naik ke istana. Ayah patik dan rakyat duduk bersila di lantai dan makan bersama. Tutur katanya lembut dan beliau tidak mau dipanggil tengku atau sultan. Beliau senang dipanggil uwak atau panggilan Melayu lainnya”. Meskipun terdapat bangsawan club banyak juga anak-anak bangsawan Langkat yang senang menyatu dengan rakyat biasa. Walaupun ada bangsawanclub, tetapi bukan berarti ada jarak pemisah antara rakyat dengan bangsawan. Sultan Musa dan Sultan Abdul Azis dikenal rakyat sebagai sultan yang baik hati dan bijaksana. Berdasarkan cerita Tengku Chalizar Sulong, yang memperoleh cerita dari ayahnya Tengku Muhammad Chalid Kejuruan Stabat, bahwa di masa pemerintahan kedua sultan tersebut, rakyat hormat dan menyayangi sultannya. Hubungan yang baik antara keduanya membuat Kesultanan Langkat sejahtera. 33 Menurut Tengku Sulong, pada masa Kolonial Belanda situasi di Langkat ketika itu aman. Hubungan antara sultan dan bangsawan Melayu dengan etnis pendatang terjalin cukup baik. Sultan pun mengizinkan rakyat, baik penduduk maupun pendatang untuk memperoleh tanah. Mereka boleh menggarap tanah semampunya dan membayar pajak apabila telah memperoleh hasil. 34 32 Wawancara, dengan Tengku Rahil, Tanjung Pura, 28 Mei 2014. 33 Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983. 34 Ibid. Universitas Sumatera Utara 21 Pada tahun 1926 kekuasaan Sultan Abdul Azis digantikan oleh anaknya Tengku Mahmud. 35 Sumber pendapatan Kesultanan Langkat semakin meningkat akibat meningkatnya produksi perkebunan dan minyak. Kekayaan dan royalty yang diperoleh semakin ditonjolkan oleh Sultan Mahmud dengan membeli barang-barang mewah, seperti mobil mewah, perhiasan, perabotan impor. Sampai tahun 1933 sultan telah memiliki 13 mobil dan beliau adalah salah satu dari beberapa orang di Sumatera Timur yang mengendarai mobil Buick yang mahal ketika menghadiri pertemuan. 36 Gaya hidup mewah ini perlahan-lahan membuat jarak pemisah antara sultan dengan rakyat. Sultan Mahmud sudah jarang memperlihatkan diri kepada rakyat sehingga rakyat tidak begitu mengenal sultan. Hal ini berdasarkan pengalaman pribadi Tengku Sulong Chalizar. Tengku Sulong Chalizar mengatakan selama kepemimpinan Sultan Mahmud belum pernah bertatapan langsung dengan sultan. Suatu ketika, di saat ada pertemuan sultan dengan para pejabat kesultanan di Binjai, beliau ikut dengan ayahnya. Beliau hanya mendengar bahwa Sultan Mahmud memiliki tubuh pendek dan putih. Sesampainya disana beliau melihat orang yang memiliki ciri-ciri tersebut. Beliau langsung mengangkat tangan untuk melakukan tabikpenghormatan. Ternyata beliau salah karena orang yang dimaksud bukanlah sultan. 37 Gaya hidup mewah dan kekuasaan Sultan Langkat juga membuat golongan elite modern merasa tidak senang. Sikap awal yang dilakukan adalah dengan melakukan protes. 35 Foto Sultan Mahmud, lihat lampiran IV. 36 Reid, op.cit., hlm. 89. 37 Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983. Universitas Sumatera Utara 22 Akan tetapi masa itu sikap protes pun bungkam karena tidak ada dukungan dari rakyat. Rakyat Langkat sendiri merasa hal itu bukanlah sesuatu yang patut dikeluhkan karena kekayaan yang diperoleh sultan juga dinikmati dan telah mampu mensejahterahkan rakyat. 38 Pendapat ini dibenarkan oleh Jalilah Yahya yang berasal dari golongan Melayu biasa. Beliau pernah tinggal selama 4 tahun di istana, dari tahun 1938 hingga tahun 1941. Jalilah Yahya merupakan cucu dari almarhum Syech Abdul Wahab Rokan yang telah menjadi anak yatim sejak masih berumur 4 tahun. Beliau bercerita bahwa Sultan Mahmud meminta kepadanya untuk tinggal di istana sambil bersekolah dan mengajar di Jamiyatul Mahmudiyah. Beliau menambahkan bahwa penghuni istana sangat banyak karena selain keluarganya, sultan senang memelihara anak yatim piatu dan anak-anak dari kerabatnya untuk disekolahkan. Selama di istana, beliau hidup bersama keluarga yang baru menikah yaitu Tengku Amir Hamzah dan Tengku Kamaliah. Keluarga sultan sangat baik kepadanya. Menurutnya Tengku Amir Hamzah adalah orang yang cerdas. Beliau sering melihat di ruang kerja Tengku Amir Hamzah dipenuhi dengan buku-buku. 39 Gaya hidup mewah ternyata menjadi masalah bagi Sultan Langkat, terutama terjadi krisis ekonomi dunia 1930 yang mengakibatkan melemahnya perekonomian di Hindia Belanda. Hal ini juga berdampak berkurangnya hasil produksi perkebunan dan mempengaruhi keuangan sultan. Para sultan yang sudah terbiasa hidup mewah dan persaingan prestise kehormatan tidak peka terhadap situasi ini, sehingga untuk menutupi 38 Ibid. 39 Wawancara, dengan Jalilah Yahya, Stabat, 7 Mei 2014. Universitas Sumatera Utara 23 kebiasaan hidup mewah, mereka terlibat dalam masalah utang kepada para rentenir atau ceti orang India. 40 Masalah utang tidak hanya membuat pemerintah kolonial gusar, sultan juga semakin gelisah untuk membayarnya. Pejabat Pemerintah Kolonial Belanda yang marah segera mengambil tindakan tegas. Pada tahun 1934-1935, Belanda mengambil alih urusan keuangan pribadi Sultan Langkat, untuk menghindarkan semakin jatuhnya martabat sultan di mata rakyat. Utang yang banyak membuat Pemerintah Kolonial Belanda bersikap tegas untuk tidak lagi memanjakan mereka. 41 Pada tahun 1938 Sultan Mahmud menandatangani kontrak pembaharuan politik dengan Belanda yang semakin membuat kekuasaan pemerintahan kesultanan semakin terbatas. Kontrak yang terdiri dari 22 pasal itu berisi tentang penentuan wilayah kekuasaan sultan, penggunaan tanah, penghasilan kesultanan, dan sebagainya. 42 Dalam kontrak ini ditetapkan bahwa penghasilan kesultanan, termasuk juga hasil izin dan konsesi, hasil pajak dan ganti kerugian sebesar 64.150 gulden setahun. Ini menandakan bahwa pendapatan sultan telah menurun dari 472,094 gulden pada tahun 1931 menjadi hanya 64.150 gulden pada tahun 1938. Dalam kontrak ini disebutkan jumlah penghasilan yang 40 Reid, op.cit., hlm. 97. 41 Pengambilan alih kekuasaan Sultan Mahmud jelas terlihat dalam kontrak perjanjian raja dengan Belanda pada tahun 1938 dimana untuk menggunakan tanah perkebunan sepenuhnya harus mendapat izin dari Pemerintah Kolonial Belanda. Hasil penghasilan sultan juga ditahan untuk pembayaran utang mereka. Lihat, Het Governement van Nederland Indie en Het Zelfbestuur van Langkat, 1938, hlm. 17; Reid, op.cit., hlm. 98. 42 Salah satu isi pasal dari kontrak perjanjian itu adalah setiap pekerjaan pemerintah yang dilakukan oleh pemerintah kerajaan di bawah pengawasan umum dari Gubernur Jenderal Belanda. Jika mempergunakan tanah kesultanan untuk urusan komersial perkebunan, perlu adanya aturan dan izin dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Universitas Sumatera Utara 24 harus dibayar oleh gubernemen berhubungan dengan hak-hak yang dahulu diperolehnya harus dimasukkan ke dalam landschaps kas menurut pasal-pasal yang berlaku. 43 Dalam suasana pergerakan politik itu, lahir pula organisasi yang beranggotakan golongan bangsawan Melayu. Di Langkat, para bangsawan membentuk Bangsawan Langkat Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan pemerintahan Kesultanan Langkat sudah dikendalikan sepenuhnya oleh Belanda dan tahun 1938 menunjukkan kekuasaan sultan mulai berkurang. Sekitar tahun 1930-an hingga menjelang pendudukan Jepang, suasana pergerakan politik menunjukkan arah yang jelas. Banyak para elite modern yang berasal dari berbagai etnis menjadi promotor berdirinya partai-partai politik seperti Gerindo, Parindra, Partindo, PNI, PKI. Organisasi politik ini lahir disebabkan oleh perlakuanpemerintah Kolonial Belandaterhadap rakyat yang dianggap sebagai kebodohan dan penindasan. Semakin banyaknya para elite modern bergabung ke dalam pergerakan politik tersebut, elite modern yang berasal dari golongan bangsawan juga unjuk gigi untuk menentang Belanda. Akan tetapi tindakan yang dilakukan mereka selalu dihalangi oleh adat istana yang cukup membelenggu mereka. Akhirnya, perjuangan politik dari golongan bangsawan Melayu harus terhenti di tengah jalan. Misalnya, Tengku Amir Hamzah yang harus merelakan segala perjuangan yang telah ditempuhnya di Jawa akibat desakan Sultan Langkat yang juga mendapat tekanan dari Pemerintah Kolonial Belanda. 43 Het Governement van Nederland Indie en Het Zelfbestuur van Langkat,op.cit., hlm. 22. Universitas Sumatera Utara 25 Sejati. 44 Kemudian pada tahun 1938 dibentuk Persatuan Sumatera Timur PST. 45 Tujuan berdirinya PST adalah sebagai wadah untuk melihat kondisi sosial penduduk asli di Sumatera Timur, sekaligus sebagai perlawanan atas dominasi etnis pendatang di Sumatera Timur. Ternyata kehadiran penduduk pendatang untuk mengadu nasib dan kemudian berhasil menimbulkan rasa tidak senang segelintir golongan bangsawan terhadap mereka. Pada akhirnya organisasi ini tidak dapat bertahan lama karena tidak mendapat dukungan dari kalangan masyarakat bawah dan para bangsawan yang terpelajar. 46

2.2 Masa Pendudukan Jepang