Masa Kemerdekaan Indonesia KAUM BANGSAWAN MELAYU LANGKAT

35 sudah memberi bayangan bakal terjadinya ujian keras bagi apa yang masih tersisa dari struktur sosial kesultanan yang tradisional. 64

2.3 Masa Kemerdekaan Indonesia

Suasana Sumatera Timur menjelang bulan-bulan terakhir kekalahan Jepang tidak menentu. Jepang yang kemudian kalah berusaha menutupinya dengan melakukan penjagaan ketat dan menyita radio-radio milik rakyat dan sejak tanggal 14 Agustus menutup Kantor Berita Domei di Medan agar berita kekalahan itu tidak tersebar. Akan tetapi berkat usaha dan semangat para pemuda, pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia merdeka. Di Jawa, seluruh rakyat bersorak gembira menyambut kemerdekaan Indonesia, sementara berita kemerdekaan itu belum sampai ke telinga rakyat Sumatera Timur karena terbatasnya komunikasi, hanya beberapa tokoh pemuda, antara lain Ahmad Tahir, dr. Amir yang mendengar isu berita kemerdekaan tersebut. Gubernur Sumatera Nakashima baru mengumumkan secara resmi kekalahan Jepang di Medan pada tanggal 22 Agustus 1945. Pada tanggal 23 Agustus 1945 T.M. Hasan, dr. Amir, dan Mr. Abbas berangkat ke Batavia memenuhi panggilan untuk bergabung dalam sidang PPKI untuk mendukung dan mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Dalam momen itu, T.M. Hasan diangkat oleh Ir. Soekarno sebagai gubernur Sumatera dan dr. Amir sebagai wakilnya. Ketika itu, dr. Amir 64 Reid, op.cit., hlm. 231. Universitas Sumatera Utara 36 sempat merasa kecewa dengan keputusan Soekarno. Pada hari itu juga mereka kembali ke Medan menggunakan pesawat militer Jepang. 65 Pada tanggal 25 Agustus 1945, dr. Mansyur sebagai ketua Syu sangi kai mengundang sejumlah tokoh pergerakan, antara lain Abdul Xarim MS dan Mr. Joesoef dan para sultan di Sumatera Timur di rumahnya di Jalan Raja Kota Maksum Jalan Sisimangaraja, Yuki Simpang Raya sekarang untuk membicarakan masalah kemerdekaan tersebut. Semua mempunyai kepentingan untuk mencegah terjadinya tindakan balas dendam dan mengadukan “kolaborator-kolaborator” kepada sekutu yang bakal mendarat. Kelompok ini kemudian mengedarkan suatu pengumuman yang menyerukan penduduk supaya tetap tenang. Sultan Langkat dan dr. Mansyur juga telah membentuk panitia untuk menjelaskan kepada sekutu mengapa setiap orang merasa perlu untuk bekerja sama dengan Jepang. Pertemuan ini oleh sekelompok pemuda, seperti Abdul Xarim MS, menimbulkan kecurigaan dan menuduh bahwa pihak kesultanan telah membentuk suatu Comite van Ontvangst, panitia untuk menyambut kedatangan Belanda. 66 Situasi politik yang memanas membuat T.M. Hasan dan dr. Amir ragu untuk mengumumkan berita kemerdekaan. Desas-desus sekutu akan segera mendarat di Sumatera Timur, membuat para pemuda terus mendesaknya. Akhirnya pada tanggal 31 September, 65 NEFIS Publicatie, De Rol Door Dr Amir Gespeeld In De Sociale Revolutie Ter Oostkust van Sumatera No. 7 , Batavia tanggal 17-6-1946. Dan di ARA 1207 Archief Algemeene Secretarie Kist II, dossier 51. 66 Reid, op.cit., hlm. 260-261. Universitas Sumatera Utara 37 T.M. Hasan dalam rapat Barisan Pemuda Indonesia 67 di Gedung Taman Siswa Medan,memanggil seluruh tokoh pemuda,antara lain Ahmad Tahir dan Sugondo Kartoprodjo, untuk memberitakan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.Pada tanggal 4 Oktober T.M. Hasan secara resmi memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, sekaligus membentuk Pemerintahan Propinsi Sumatera di Medan. 68 Di Binjai dan Langkat, berita proklamasi kemerdekaan diterima tanggal 6 September 1945 pukul 13.00 WIB setelah selesai sholat Idul Fitri 1365 H. Pada hari itu juga, tokoh ulama dan politisi, Ustadz H.A. Halim Hasan dan Ustadz A. Rahim Haitami memerintahkan untuk mengibarkan bendera merah putih di Binjai. Tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dari segenap penjuru Kota Binjai berduyun-duyun berdatangan ke tanah lapang Binjai untuk menghadiri dan menyaksikan pemasangan dan pengibaran bendera Merah Putih bahwa Indonesia sudah merdeka. 69 Sebenarnya berita kemerdekaan telah diketahui oleh tokoh pergerakan dan Sultan Langkat sekitar bulan Agustus, hanya saja belum disebarluaskan kepada rakyat. Perlu diketahui bahwa di setiap daerah berita proklamasi diterima dalam waktu yang berbeda-beda. Untuk di Medan sendiri baru secara resmi disebarluaskan sekitar tanggal 31 September 1945. Hal ini disebabkan sikap T.M.Hasan yang kurang tegas ditambah dr. Amir yang terang-terangan bersikap acuh pro Belanda mengakibatkan berita proklamasi terlambat disampaikan di Medan. 70 67 Untuk mempersiapkan kekuatan militer dibentuklah Barisan Pemuda Indonesia BPI pada tanggal 23 September 1945 yang anggotanya terdiri dari para mantan gyugun dan heiho. Ibid., hlm. 268. 68 Suprayitno, op.cit., hlm 53-54. 69 Nas Sebayang, dkk, op.cit., hlm. 89-91. 70 Biro Sejarah Prima, op.cit., hlm. 101. Universitas Sumatera Utara 38 Menurut Tengku Sulong, beberapa hari setelah Indonesia merdeka, Oka Ibrahim datang ke kantor Kejuruan Stabat untuk menemui Tengku Muhammad Khalid. Dalam percakapan itu, beliau mengatakan bahwa Indonesia telah merdeka. Beliau menyarankan bahwa sudah tiba saatnya untuk menyerahkan kejuruan, melebur ke dalam Republik Indonesia. Setelah itu, Tengku Khalid memerintahkan opas untuk mengibarkan bendera sang merah putih di halaman kantor Kejuruan Stabat. 71 Para mantan gyugun dan heiho yang ditinggalkan oleh Jepang mulai dikumpulkan kembali. Mereka dikumpulkan untuk merekrut para pemuda Indonesia menjadi Tentara Keamanan Rakyat. Menjelang beberapa bulan terakhir tahun 1945, merupakan hal yang paling membahagiakan dan melelahkan bagi tokoh pergerakan dan para pemuda. Di samping giat menyebarluaskan berita kemerdekaan, mereka juga harus mempersiapkan kekuatan militer dan mendirikan laskar-laskar rakyat untuk melawan Belanda. Bulan Oktober 1945 Tentara Inggris yang memboncengi tentara Netherlands Indisch Civil Administration NICA telah masuk ke Medan. 72 71 Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983. 72 Perjalanan militer dimulai dari Barisan Pemuda Indonesia BPI pada tanggal 23 September 1945. Tidak berapa lama BPI berubah nama menjadi Barisan Keamanan Rakyat BKR. Kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat TKR. Akan tetapi di Medan TKR baru bisa dibentuk pada tanggal 10 Oktober 1945. TKR kemudian berubah nama lagi menjadi Tentara Republik Indonesia TRI. Akhirnya pada tanggal 3 Juni 1947 oleh Presiden Soekarno TRI secara resmi berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia TNI hingga sekarang. Reid., op.cit., hlm. 277. Selain itu, partai-partai politik juga mendirikan laskar-laskar rakyat seperti Partai Sosialis Indonesia PSI dengan Pesindo, PKI dengan Barisan Merah, PNI Universitas Sumatera Utara 39 dengan Napindo dan Barisan Harimau Liar, MasyumiMajelis Islam Tinggi MIT 73 dengan Hizbullah dan Sabilillah, Partai Kristen Indonesia Parkindo dengan Divisi Panah. Partai- partai dan laskar rakyat itu kemudian melebur ke dalam Persatuan Perjuangan Volksfront. 74 Untuk memperkuat kedudukan, partai-partai membentuk cabang laskar rakyat di setiap wilayah. Di Langkat, laskar rakyat tumbuh dengan suburnya. Tidak hanya para pemuda yang menjadi anggota, tetapi para golongan bangsawan Langkat yang terpelajar juga tertarik untuk berpartisipasi ke dalam laskar rakyat. Misalnya, Tengku Sulong Chalizar yang bergabung ke dalam Pesindo cabang Stabat. Selama menjadi anggota Pesindo, beliau merasa tidak cocok dengan misi yang diterapkan yang selalu menjelekkan kesultanan dan para bangsawan Melayu. Akhirnya beliau memilih keluar dan bergabung dalam Persatuan Majelis Islam Tinggi MIT. Selama di MIT, beliau dipercaya mengorganisir Harimau Bampu Harib yang merupakan pasukan inti dari Laskar Sabililah. 75 73 Majelis Islam Tinggi MIT merupakan organisasi Islam yang merupakan gabungan antara Partai Muslimin Indonesia Parmusi dengan Muhammadiyah dan Jamiyatul Wasliyah. Pada awalnya organisasi Islam Jamiyatul Wasliyah melahirkan sebuah kesatuan bersenjata pada tanggal 5 Desember 1945, dengan nama Laskar Hisbullah. Kemudian laskar ini digabungkan dengan Sabilillah Parmusi. Setelah kongres Majelis Islam Tinggi pada pertengahan bulan Januari 1946, diputuskan organisasi ini melebur menjadi Majelis Syura Muslimin Indonesia Masyumi. Laskar Sabilillah inipun dilebur menjadi Laskar Hizbullah kembali di bawah naungan Masyumi . Cabang organisasi ini segera berdiri di Sumatera Timur dan terkuat adalah di Langkat. Lihat, Hasan Basrie Z.T, Two Rivers Darah Juang 45, Medan : Panitia Anjangsana Pejuang RI Medan Area, 1984, hlm. 39.; Reid, op.cit., hlm. 298-299. 74 Rokyoto menjelaskan bahwa ketika itu banyak para pemuda Indonesia yang bergabung ke dalam TKR dan laskar rakyat. Beliau sendiri bergabung ke dalam Pesindo cabang Binjai dan menjadi staf di markas Pesindo. Banyak tokoh pergerakan yang menjadi anggota Pesindo. Pesindo merupakan laskar rakyat yang diatur oleh Volksfront. Wawancara, S.P. Dewi Murni dengan Rokyoto, Binjai, 12 Juni 1983. Lihat juga, Nas Sebayang, dkk, op.cit., hlm. 172-181. 75 Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983. Universitas Sumatera Utara 40 Dalam suasana yang bergejolak, hati Sultan Langkat pun mulai sedikit tersentuh untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. 76 Menurut catatan pegawai Belanda, A.I.Spit dan V.D. Wal bahwa Sultan Langkat pada awal revolusi menyumbangkan uang sebesar 100.000 gulden kepada T.M. Hasan untuk keperluan Pemerintahan Republik Indonesia. Gubernur Sumatera, T.M. Hasan juga mempercayakan beberapa tokoh bangsawan untuk memimpin di Sumatera Timur, seperti Tengku Amir Hamzah yang dilantik sebagai Asisten Residen Langkat yang berkedudukan di Binjai. 77 Akan tetapi bagi tokoh pergerakan seperti Abdul Xarim MS dan Mr. Luat Siregar, tindakan yang dilakukan para sultan ini hanya tameng untuk menutupi dosa-dosa mereka sebagai kaum feodal dan untuk mencari muka dihadapan rakyat Indonesia. 76 Lah Husny, op.cit., hlm. 68-69. 77 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN