Masa Pendudukan Jepang KAUM BANGSAWAN MELAYU LANGKAT

25 Sejati. 44 Kemudian pada tahun 1938 dibentuk Persatuan Sumatera Timur PST. 45 Tujuan berdirinya PST adalah sebagai wadah untuk melihat kondisi sosial penduduk asli di Sumatera Timur, sekaligus sebagai perlawanan atas dominasi etnis pendatang di Sumatera Timur. Ternyata kehadiran penduduk pendatang untuk mengadu nasib dan kemudian berhasil menimbulkan rasa tidak senang segelintir golongan bangsawan terhadap mereka. Pada akhirnya organisasi ini tidak dapat bertahan lama karena tidak mendapat dukungan dari kalangan masyarakat bawah dan para bangsawan yang terpelajar. 46

2.2 Masa Pendudukan Jepang

Pemerintah Kolonial Belanda menunjukkan sikap agresif untuk mematahkan pergerakan partai-partai politik tersebut. Akan tetapi sejak tahun 1940 hingga tahun 1942, kerusuhan yang disebabkan oleh kelompok pergerakan sering terjadi di Sumatera Timur dan ditambah lagi dengan serangan dari Jepang sehingga kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda tidak berkutik lagi. Setelah memukul mundur Pemerintah Kolonial Belanda di Hindia Belanda, pada tanggal 2 Maret 1942, tentara Jepang segera melanjutkan perjalanan ke Sumatera Timur melalui Pantai Cermin dan Tanjung Tiram dan sebagian melalui Teluk Haru. 44 Bangsawan Langkat Sejati adalah organisasi yang didirikan oleh para bangsawan Melayu Langkat sekitar tahun 1930-an. Hampir sama dengan organisasi Melayu lainnya, tujuan berdirinya Bangsawan Langkat Sejati yaitu untuk mewadahi segala gagasanpemikiran dan mampu menyelesaikan masalah yang terjadi di sekitar lingkungan bangsawan Melayu Langkat. 45 PST adalah suatu organisasi yang didirikan oleh sekelompok elite modern yang terdiri dari etnis Melayu. PST didirikan pada bulan April 1938 di Medan. Tokoh yang terkenal adalah adalah Abdul Wahab dan Zahari, para guru yang telah menyadari akan keterbelakangnya para penduduk asli Sumatera Timur, baik dari segi pendidikan maupun lainnya. Lihat, Reid, op.cit., hlm. 123. 46 Suprayitno, op.cit., hlm. 42-43. Universitas Sumatera Utara 26 Pada tanggal 12 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di Sumatera Timur. Tentara Jepang mulai melakukan pendudukan ke berbagai daerah di Sumatera Timur. Sebelumnya, Tentara Jepang yang telah mengetahui kondisi di Sumatera Timur telah mendengar bahwa mereka tidak bisa masuk ke Langkat karena sebelum Belanda mundur ke Binjai, mereka telah menghancurkan beberapa kantor pemerintahan dan beberapa jembatan yang ada di Tanjung Pura untuk mempersulit gerakan Jepang yang datang dari Pangkalan Brandan. Pengeboman ini dilakukan oleh “Stadwacht” atau tentara sukarela Hindia Belanda di bawah pimpinan Tengku Harun Azis, adik Sultan Langkat. 47 Pada tanggal 12 Maret 1942, ketika Jepang menduduki Sumatera Timur dibentuk lembaga “Komite Indonesia” di Medan, dipimpin oleh Sugondo Kartoprodjo. Komite ini bertujuan sebagai usaha menampilkan suatu front persatuan kaum pergerakan Indonesia kepada Jepang dan juga untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia melalui politik, sosial, ekonomi dan agama. Anggota yang bergabung dalam komite ini terdiri dari organisasi Partai Islam Indonesia Parpindo dan organisasi Islam lainnya. Ternyata Kesultanan Langkat sudah mengetahui bahwa Jepang akan datang. Golongan bangsawan dan Belanda sudah bekerjasama untuk memperlambat pergerakan Jepang demi melindungi kedudukan mereka. Pada tanggal 13 Maret 1942 tentara Jepang memutuskan mendirikan markas di Pangkalan Brandan dan sekaligus ingin menguasai kilang minyak yang terdapat disana. 48 47 Tengku M. Lah Husny, Revolusi Sosial di Sumatera UtaraTapanuli Disertai Pangkal dan Akibatnya, Medan : Badan Penerbit Husny, 1983, hlm. 3. 48 Reid, op.cit., hlm 157. Dr. Amir bergabung ke dalam organisasi tersebut sebagai penasihat. Menurut dr. Amir selama bulan pertama pendudukan Universitas Sumatera Utara 27 Jepang, segala aktivitasnya sebagai dokter pskiater di rumah sakit Tanjung Pura diawasi. Hal ini disebabkan latar belakang dr. Amir yang sangat dekat dengan Kesultanan Langkat dan Belanda sehingga dianggap orang yang membahayakan Jepang. Lembaga Komite Indonesia ini dianggap illegal oleh Jepang. 49 Berdasarkan wawancara dengan Tengku Mochtar Azis adik Sultan Langkat, setelah Jepang berkuasa, beliau diperintahkan oleh Sultan Mahmud mewakili Kesultanan Langkat untuk menghubungi komando militer Jepang di Pangkalan Brandan yang dipimpin oleh Kapten Sakamoto. Awalnya Jepang menolak kedatangan Tengku Mochtar karena kedekatan Tengku Mochtar dengan Belanda. Jepang menganggap Tengku Mochtar adalah kaki tangan Belanda. Akan tetapi kecakapannya dalam berdiplomasi membuat beliau diterima oleh tentara Jepang. Kapten Sakamoto memerintahkan kepada Tengku Mochtar dan Tengku Temenggung Jafar untuk mengumpulkan semua pejabat pemerintahan Kesultanan Langkat di Pangkalan Brandan pukul 10.00 WIB. Setelah semua pejabat pemerintahan berkumpul, kemudian dibentuklah pemerintahan baru di bawah pimpinan Jepang. Jepang tetap membiarkan jabatan-jabatan lama yang sudah berlaku di pemerintahan Kesultanan Langkat. Sikap Jepang yang awalnya tidak suka dengan dr. Amir, akhirnya berubah melunak karena beliau berhubungan dengan Tsuno penasehat politik Gubernur Sumatera Nakashima. 49 Lihat NEFIS Publicatie, De Rol Door Dr Amir Gespeeld In De Sociale Revolutie Ter Oostkust van SumateraNo. 7 , Batavia tanggal 17-6-1946. Dan di ARA 1207 Archief Algemeene Secretarie Kist II, dossier 51. Universitas Sumatera Utara 28 Untuk mengadili rakyat yang bersalah, kerapatan di Kesultanan Langkat tetap berjalan seperti biasa. 50 Pada masa Jepang kondisi ekonomi di Sumatera Timur sudah tidak menentu. Pemerintahan Jepang yang lebih terfokus terhadap pemerintahan dan persiapan perang, tidak terlalu mementingkan warisan Belanda. Onderneming-onderneming dibiarkan menjadi semak belukar. Onderneming yang masih menghasilkan sejak ditinggalkan Belanda, mereka rawat dan hasilnya dijual. Selebihnya, tanah-tanah tersebut mereka bagi-bagikan kepada penduduk yang datang dari berbagai daerah untuk ditanami bahan pangan untuk kepentingan persiapan perang. 51 Peran sultan mulai merosot pada masa pendudukan Jepang. Perubahan yang terjadi akibat kebijakan-kebijakan Pemerintah Jepang membuat martabat para sultan dan bangsawan lain memudar di mata rakyat. Pada setiap upacara para sultan diperintahkan berdiri sejajar dengan para pemimpin pergerakan politik sambil menyanyikan lagu kebangsaan Jepang. Lebih menyedihkan lagi bahwa kaum bangsawan harus mengayunkan cangkul untuk memberi contoh kepada rakyat tentang pertanian dan ikut dalam kegiatan gotong-royong. 52 Sultan dan golongan bangsawan diibaratkan boneka yang sewaktu-waktu diajak bermain oleh pemiliknya ketika diperlukan. Hal ini juga dirasakan oleh segelintir bangsawan di Langkat, diantaranya Tengku Amir Hamzah. Pada tahun 1943, Tengku Amir Hamzah 50 Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Mochtar Azis, Medan, 22 Juli 1983. 51 Suprayitno, op.cit., hlm. 46-47. 52 Ibid., hlm. 49. Universitas Sumatera Utara 29 pernah ditangkap oleh Jepang dan menjadi tawanan di kamp Lau Segala Tanah Alas, dan kemudian dipindahkan ke Belawan. Setelah bebas, Tengku Amir Hamzah diangkat menjadi kepala bagian ekonomi pemerintahan Jepang di Binjai. Tugasnya adalah mengumpulkan beras dan jagung untuk tentara Jepang. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan terendah baginya karena beliau merasa tidak lebih dari sebagai tukang timbang dan tukang sukat yang menyediakan beras untuk Jepang di Langkat. 53 Pendapat ini dibenarkan oleh Tengku Mochtar. Beliau diperintahkan oleh Jepang untuk menyiapkan segala kebutuhan Jepang selama di Langkat termasuk bahan makanan untuk tentara Jepang. Sultan pun menyetujui dan memerintahkan rakyatnya memberikan beras kepada tentara Jepang. Sebagai ganti rugi atas pemberian beras oleh rakyat kepada Jepang, sultan menggantikannya dalam bentuk uang. 54 Menurut Tengku Sulong Chalizar, rakyat ketika itu sangat menderita. Tanah-tanah dikuasai oleh Jepang. Banyak tenaga rakyat yang dikerahkan untuk menjadi romusha. Pemerintah Jepang memerintahkan pihak kesultanan untuk secara bergantian mengerahkan tenaga penduduk kampung di Kesultanan Langkat sebagai wajib bekerja membangun sarana bagi kepentingan Jepang. Tengku Sulong pernah melihat di pinggir jalan di Batu Lenggang Tanjung Beringin sekarang banyak ditemukan kerangka manusia. Kerangka itu merupakan 53 Tengku M. Lah Husny, Biography Sejarah Pujangga dan Pahlawan Nasional Amir Hamzah, Medan : Badan Penerbit Husny, 1976, hlm. 65-67. 54 Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Mochtar Azis, Medan, 22 Juli 1983. Universitas Sumatera Utara 30 kerangka tubuh rakyat yang menjadi romusha untuk membangun lapangan pesawat terbang militer Jepang disitu. 55 Pada tahun 1943 Jepang membentuk satu badan yang disebut Badan Usaha Membantu Perang Asia BOMPA. Setelah beberapa kali terjadi pergantian kepemimpinan, Gubernur Sumatera, Nakashima menunjuk Abdul Xarim MS dan dr. Amir untuk menjadi ketua dan wakil BOMPA. Tugas badan ini adalah untuk pertahanan Jepang sekaligus merekrut pemuda Indonesia bergabung ke dalam gyugun dan heiho. Selama di organisasi tersebut dr. Amir bertemu dengan rekan organisasinya seperti Mr. Luat Siregar Wakil Ketua PKI, Djamaludin alias Nugroho Redaktur Sumatera Shimbun. Nakashima juga menunjuk dr. Amir menjadi anggota dewan penasihat residensi Syu Sangi Kaiuntuk wilayah Sumatera Timur. 56 Di dalam kepemimpinan Abdul Xarim MS, BOMPA juga bertugas untuk mengerahkan tenaga rakyat. Di setiap kecamatan di wilayah Langkat dibentuk badan ini yang dipimpin oleh Tengku Abubakar Husni. Melalui badan ini Jepang mengerahkan tenaga rakyat menjadi romusha untuk bekerja gotong-royong secara paksa di basis-basis tentara fasisme Jepang, membangun benteng-benteng pertahanan, pembuatan jalan, parit-parit, dan ada yang dikirim ke gunung Setan dan Blangkejeren untuk membuat jalan dari Aceh 55 Wawancara, Tengku Luckman Sinar dengan Tengku Sulong Chalizar, Stabat, 18 Juni 1983. 56 Syu Sangi Kai didirikan pada bulan November 1943, yang diketuai oleh Mangaradja Soeangkoepon dan wakilnya Tengku Musa. Dewan ini terdiri dari 15 orang yang berasal dari golongan bangsawan dan tokoh nasionalis. Pada awal tahun 1945 Soeangkoepon digantikan oleh Tengku Hafas dan bulan Maret 1945 jabatan ketua diserahkan kepada Tengku Mansyur. Lihat NEFIS Publicatie, De Rol Door Dr Amir Gespeeld In De Sociale Revolutie Ter Oostkust van SumateraNo. 7 , Batavia tanggal 17-6-1946. Dandi ARA 1207Archief Algemeene Secretarie Kist II, dossier 51; Suprayitno, op.cit., hlm. 49-50. Universitas Sumatera Utara 31 Tenggara sampai Takengon Biruen Aceh Utara. Selama disana mereka banyak meninggal akibat penyakit dan kelaparan, serta ada meninggal karena kedinginan. 57 Kehidupan yang sulit pada masa Jepang juga dirasakan oleh penduduk Melayu di Langkat. Menurut Musa Darus, ibunya pernah bercerita bahwa ketika melahirkannya mereka tidak diizinkan oleh Jepang menggunakan lampu, sehingga ibunya harus berjuang melahirkannya dengan penerangan lampu petromak seadanya. Ketika itu pakaian yang terbuat dari goni merupakan pakaian kebesaran bagi rakyat karena harga kain sangat mahal. 58 Hal serupa juga dikemukakan oleh Fachruddin Ray. Selama Jepang berkuasa, hampir semua sekolah di Langkat ditutup termasuk Makhtab Jamiyatul Mahmudiyah dan Makhtab Jamiyatul Khalidiyah. Sekolah-sekolah umum seperti H.I.S. atau Meisje School dibuka kembali, sedangkan makhtab ditutup hingga Agresi Militer Belanda pertama. Murid-murid yang bersekolah harus kembali ke kampung halaman masing-masing, sedangkan guru-guru mencari pekerjaan lain. Ayahnya yang berprofesi sebagai guru di makhtab tersebut harus berhenti mengajar dan berusaha menghidupi keluarga dengan bertani di sawah. 59 Pengalaman hidup masa pendudukan Jepang selama 3,5 tahun dirasakan lebih kejam dan menyakitkan dibandingkan dijajah Belanda yang hampir mencapai 350 tahun. Akan 57 Nas Sebayang, dkk. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Langkat dan Binjai. Langkat- Binjai : Team Redaksi Panitia Penyusun Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. 1993, hlm. 85. 58 Wawancara, dengan Musa Darus, Tanjung Pura, 1 Agustus 2014. 59 Wawancara, dengan Fachruddin Ray, Stabat, 12 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara 32 tetapi perlu kita sadari bahwa setidaknya Jepang memberikan warisan positif kepada para pemuda Indonesia mengenai sikap kepemimpinan dan kemiliteran, meskipun tujuan awalnya untuk kepentingan Jepang. Adanya kewajiban militer menjadi bekal bagi para pemuda untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1943 kebijakan wajib militer diberlakukan kepada para pemuda Indonesia, termasuk di Langkat. Menurut Oka Rulam,setelah beliau putus sekolah akibat sekolah-sekolah ditutup, beliau diperintahkan untuk wajib militer. Menurutnya, perintah untuk mengikuti latihan kemiliteran dan kepemimpinan dikenakan jika di dalam satu keluarga memiliki anak laki-laki yang telah cukup dewasa, dan memang waktu mengikuti wajib militer beliau telah berusia 20 tahun. Beliau mengikuti latihan militer selama tiga bulan di markas Kempetai tentara Jepang di Binjai. Selama di sana, beliau dan para pemuda lainnya diajarkan latihan baris-berbaris dan menggunakan senjata. Setelah selesai, beliau kembali ke kampung halamannya. 60 Diantara para pemuda yang telah menjalankan latihan militer, ada yang tertarik untuk menjadi tentara rakyat yang disebut gyugun dan heiho. Hal ini diungkapkan oleh Zainudin Hamid atau lebih sering dipanggil Rokyoto. Menurut beliau, setelah mengikuti latihan militer, dibuka penerimaan calon tentara heiho. Beliau yang sangat menyukai olahraga dan hobi menyanyi ini merasa tertarik dan akhirnya menjadi tentara heiho. Beliau pun juga aktif dalam organisasi BOMPA. Selama terjun dalam organisasi ciptaan Jepang, ia mengenal 60 Wawancara, dengan Oka Rulam, Tanjung Pura, 25 Mei 2014. Universitas Sumatera Utara 33 orang-orang berpengaruh di Sumatera Timur setelah Indonesia merdeka, seperti Ahmad Tahir, Jamin Gintings, Abdul Xarim M.S, Tengku Ahmad Chairy. 61 Prosedur pembentukan gyugun dan heiho dimulai dengan memanggil para pemuda yang telah selesai menjalani Sinen Renseisyo latihan Pusat Latihan Pemuda dalam bidang Administrasi dan Pimpinan. Pemanggilan dilakukan juga lewat penunjukkan kepala-kepala kantor pemerintahan dan terutama lewat penunjukan para pemimpin yang berkesadaran nasional yang berhimpun dalam BOMPA, untuk mendaftarkan diri sebagai calon-calon perwira dan bintara gyugun. 62 Kepercayaan dan sedikit kebebasan yang diberikan oleh Jepang kepada para pemuda Indonesia untuk bergabung dalam pergerakan politik prakarsa Jepang, membuat mereka memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan gerakan bawah tanah melawan Jepang. Di Sumatera Timur terdapat empat kelompok gerakan bawah tanah, yaitu gerakan bawah tanah anti fasisme untuk kemerdekaan Indonesia, gerakan bawah tanah pro Belanda, gerakan bawah tanah Cina peranakan, dan pendatang anti fasisme yang berhaluan nasionalis, dan berhaluan kiri.Gerakan bawah tanah ini terdiri dari berbagai latar belakang, tujuan, dan cara yang berbeda. 63 61 Wawancara, S.P. Dewi Murni dengan Rokyoto, Binjai, 12 Juni 1983. 62 Nas Sebayang, dkk, op.cit., hlm. 17. 63 Biro Sejarah Prima. Medan Area Mengisi Proklamasi. Jilid I, Medan : Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, 1976, hlm. 480-481. Universitas Sumatera Utara 34 Gerakan bawah tanah ini mendapat sambutan hangat dari rakyat terutama para pendatang, namun gerakan ini tidak mampu mematahkan pertahanan Jepang di Sumatera Timur. Pada tahun 1944, situasi politik dan ekonomi di Sumatera Timur mengalami krisis. Jepang yang terdesak oleh Perang Asia Timur Raya sibuk mempersiapkan sebanyak- banyaknya bahan logistik untuk tentara Jepang. Perkebunan yang masih berfungsi kembali dihidupkan dan tanah-tanah dibagikan kepada rakyat yang mayoritas adalah pendatang di Sumatera Timur. Kelompok pergerakan politik yang anti Belanda dan kaum feodal, terus menyokong para pendatang mendapatkan tanah-tanah tersebut. Para tokoh pemimpin kesultanan dan bangsawan serta penduduk Melayu merasa tidak senang tanah-tanah perkebunan yang menjadi hak mereka direbut. Hal ini yang membuat konflik antara Melayu dan non-Melayu semakin memanas. Meledaknya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 9 dan 14 Agustus 1945 merupakan titik awal berakhirnya pendudukan Jepang. Masyarakat di Utara Pulau Sumatera belum mengetahui mengenai berita kekalahan Jepang tersebut dan belum sepenuhnya bersiap untuk menerima kemerdekaan. Jepang hanya sebagian berhasil menjembatani jurang perpecahan antara pejabat-pejabat kesultanan dan para tokoh pergerakan untuk bisa menahan tekanan-tekanan yang akan datang. Semangat pengabdian dan jiwa patriotisme yang tinggi yang ditempa Jepang dalam diri para pemuda, bersama dengan penderitaan ekonomi yang telah menjatuhkan martabat sebagian besar bangsanya, Universitas Sumatera Utara 35 sudah memberi bayangan bakal terjadinya ujian keras bagi apa yang masih tersisa dari struktur sosial kesultanan yang tradisional. 64

2.3 Masa Kemerdekaan Indonesia